Membidik Pengkhianat yang Tepat

IMG-20191021-WA0009

Oleh: Shafayasmin Salsabila
(Forum Muslimah Peduli Umat)

 

LenSaMediaNews– “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia.” Satu kalimat yang membekas dalam ruang memori siapapun yang turut menyimak sambutan menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati, saat hadir dalam acara Dinamika (Studi Perdana Memasuki Kampus), di Politeknik Keuangan Negeri Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN STAN), Jakarta. (cnbcindonesia.com, 30/9/2019).

Sebelumnya, Bu menteri menekankan agar semua yang telah lulus dan masuk sebagai mahasiswa di PKN STAN untuk tidak mengkhianati negara. Apalagi seluruh biaya selama menempuh pendidikan di PKN STAN akan dibiayai oleh negara.

Sederhananya, bukti cinta kepada Indonesia salah satunya dengan tidak mengkhianatinya. Namun menjadi sebuah pertanyaan tersendiri, mengapa penegasan tersebut disampaikan kepada para mahasiswa. Apakah tidak lebih tepat jika ditujukan kepada para koruptor yang tertangkap tangan oleh KPK? Atau pihak manapun yang telah menyalahgunakan kekuasaan, bukan untuk kepentingan rakyat?

Mahasiswa membayar sendiri atau dibiayai dengan uang rakyat, bukan oleh uang negara. Sedang para koruptor jelas dan nyata sekali pengkhianatannya. Menggelapkan uang rakyat sedemikian banyaknya, tanpa meneropong efek buruk dari tindakan kotornya tersebut. Mereka yang dipercaya oleh rakyat, menusuk rakyat dari belakang. Rakyat hanya dijadikan alat, sebatas nama atau jargon keheroikannya. Berjuang demi rakyat, tapi nyatanya kepentingan lain yang dibela.

Rakyat, termasuk mahasiswa di dalamnya tidak pernah sedikitpun merasa lelah dalam mencintai tanah air ini. Terbukti dengan aksi turun ke jalan oleh banyak aliansi mahasiswa demi menggugat undang-undang yang dapat menciderai rasa keadilan. Peluh yang mengucur bahkan darah yang dipaksa mengalir, menjadi bukti logis kecintaan besar atas negeri ini. Tak rela negeri ini berujung pada kebinasaan. Mereka tidak dibayar. Dengan modal ketulusan, mereka berusaha semampunya menyuarakan aspirasi, demi keberkahan, kebaikan dan keselamatan bersama.

Maka mari rehat dan berpikir sejenak. Siapa sebenarnya yang layak dibidik dan diberikan wejangan untuk tidak mengkhianati negeri tercinta ini. Apakah kepada mahasiswa yang masih memiliki ketulusan dan idealisme. Atau para koruptor dan pihak yang rela menjadi boneka hanya demi syahwat dunia?

Islam telah men-taklif setiap mukalaf yang memiliki keimanan di hatinya, untuk menjaga dirinya dari aksi pengkhianatan, sebab termasuk salah satu sifat orang munafik. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Inilah keunggulan sistem Islam. Tegas membentuk karakter jujur dan amanah. Pernah terjadi di masa kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz. Sebuah peristiwa fenomenal dan tercatat dalam sejarah. Tatkala Umar meniup satu-satunya lilin yang menjadi penerangan, akibat perbincangan yang akan dilakukan hanya seputar masalah pribadi. Saat dikonfirmasi oleh lawan bicaranya, beliau dengan gamblang mengatakan bahwa penerangan ini hanya akan menyala untuk kepentingan negara saja. Maka tak aneh jika selama dua tahun menjabat, Umar berhasil membawa kesejahteraan yang paripurna kepada seluruh rakyatnya. Sampai tak ada satu pun dari rakyatnya yang bersedia menjadi penerima zakat.

Sangat kontras jika dibandingkan dengan sistem saat ini yang justru menjadi habitat nyaman bagi para pengkhianat. Karena halal haram tidaklah dijadikan patokan perbuatan. Rasa takut kepada Allah dihapuskan oleh ketamakan akan dunia. Karena sistem kapitalis sekuler, memang meniscayakan kebahagiaan hanya dari sektor harta, tahta dan jabatan semata. Maka berlomba-lombalah bahkan saling bahu membahu dalam pengkhianatan.

Sejatinya, tidak cukup hanya membidik sang pengkhianat, tapi berikut sistem yang sukses menyuburkannya. Tukar dan ganti dengan sistem baru yang sehat dan menyehatkan. Sistem rakitannya Allah Azza wa Jalla, jaminannya adalah rahmat. Tenteram dan aman dari para pengkhianat, sebaliknya bermunculan secara masif, individu yang loyal menjaga Indonesia dari cengkeraman imperialisme modern. Tidak terbesit sedikitpun niat berkhianat. Cinta dan kesetiaan telah menguasai jiwa raga.

Wallahua’lam bish-shawab.

 

[ry/Fa]