Mentalitas Generasi Muda Terganggu, Apa Penyebabnya?
Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
Lensamedianews.com__ Keberhasilan Bangsa Indonesia dalam pembinaan bonus demografi menjadi generasi muda para pemimpin bangsa menuju Indonesia emas 2045 nampaknya masih jauh dari harapan. Pasalnya berdasarkan catatan Indoensia-National Adolecent mental Health Survey 2024, sebanyak 34,9 persen atau sekitar 15,5 juta remaja Indonesia mengalami gangguan masalah mental (disway.id, 16-02-2025).
Sebanyak 34 persen pelajar SMA di Jakarta menunjukkan perilaku mudah marah dan berkelahi akibat gangguan mental emosional. Temuan yang memperihatinkan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) dan Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) bersama Yayasan BUMN melalui Mendengar Jiwa Institute (tempo.com, 15-02-2025).
Generasi Bermental Labil, Bentukan Sistem Batil
Sungguh miris ketika generasi harapan bangsa ini menunjukkan indikasi gangguan mental. Padahal menurut Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) Isyana Bagus Oka, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menyiapkan generasi muda untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang terencana, pendidikan yang terstruktur, berkarier, dan menikah dengan penuh perencanaan dalam program Generasi Berencana (GenRe) (tempo.co, 15-02-2025).
Ketika program GenRe yang berjalan selama puluhan tahun baik di tingkat desa maupun nasional tersebut memberikan hasil yang tidak sesuai harapan, tentulah ada faktor kendala yang sangat mendasar. Perlu kita cermati dan sadari bersama bahwa istilah remaja yang selama ini dipakai oleh BKKBN adalah sebagaimana arahan World Health Organization (WHO) yaitu manusia muda di rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah.
Dan karakteristik manusia muda tersebut diadopsi dari teori Elizabeth B. Hurlock yang merupakan seorang psikolog terkenal kelahiran Amerika Serikat. Hurlock merumuskan karakteristik remaja sebagai : usia bermasalah, usia mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistis, masa ambang dewasa (belum matang) (gramedia.com. 2021. Klasifikasi Remaja : Remaja Awal, Pertengahan dan Akhir).
Alhasil karakter tersebut yang cenderung melekat pada generasi muda Indonesia saat ini. Manusia muda yang identik dengan sosok yang lemah iman, krisis identitas, mengalami kekacauan, keguncangan dan dekat dengan kenakalan. Apalagi mereka terpapar dengan kentalnya budaya hedonis yang deras diaruskan di negara ini.
Oleh karenanya sangat bisa dipahami, dengan kehidupan sekuler seperti itu, generasi muda tumbuh menjadi sosok berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya. Gaya hidup mereka lekat dengan kesia-siaan, jauh dari aktivitas yang produktif sehingga mereka pun gagal memahami penyelesaian sahih atas segala persoalan kehidupannya. Jiwa mereka labil dan gangguan mental pun tak terhindarkan.
Inilah akibatnya ketika penguasa negeri kaum muslimin masih menerapkan sistem batil arahan penguasa Barat. Sesungguhnya Allah ta’ala telah melarang orang-orang beriman untuk mengikuti arahan apapun yang diserukan oleh para kafir Barat sebagaimana firmanNya dalam QS An-Nisa ayat 141 yang artinya Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.
Generasi Kuat nan Cemerlang, Lahir dari Sistem Sahih
Dr. Majid Irsan al Kailani, seorang pakar pendidikan dari Yordania menjelaskan dalam Falsafah At Tarbiyah Al Islamiyah bahwa masa remaja (Al Murohaqoh), bukanlah suatu kondisi yang wajar terjadi pada perkembangan usia manusia. Fenomena tersebut merupakan penyakit dari masyarakat kapitalis. Dalam tulisannya yang berjudul Tarbiyah Asy-Syabab Al-Muslim lil Aba wad-Duat, Dr. Khalid Ahmad Asy-Syantut seorang pakar pendidikan dari Universitas King Abdul Aziz, Jeddah menjelaskan bahwa istilah remaja atau Al-Murohaqoh tersebut berasal dari pemikiran Barat yang bermakna: kedunguan, kebodohan, kejahatan, kezaliman, dan gemar melakukan kesalahan.
Sejatinya Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam sudah memilihkan sebutan terbaik bagi para pemuda yaitu syabab, yang dalam Bahasa Arab mempunyai akar kata yang bermakna : kekuatan, baru, indah, tumbuh, awal segala sesuatu. Dan generasi unggul seperti inilah yang terbentuk di masa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, sosok pemuda kuat nan cemerlang di usia 10-17 tahun.
Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqash, dan Said bin Zaid adalah para pemuda yang terkenal sebagai sosok yang kuat secara fisik dan keimanannya, cerdas, berprestasi dan gigih membela agama Allah. Mereka pun merupakan generasi yang paling awal masuk Islam (assabiqunal awwalun) yang dijamin masuk surga oleh Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam.
Kesimpulannya, jika kita menginginkan generasi yang sehat dan cemerlang, maka sudah sepatutnya kita mengganti cara pandang kita yang berkiblat kepada Barat nan batil ke sudut pandang yang sahih dan mulia yaitu Islam. Wallahu a’lam bishshawab.