Trending “Kabur Aja Dulu”, Ada Apa?

Oleh: Mulia
Aktivis Dakwah
LenSaMediaNews.com__Tren Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu ramai digunakan di media sosial dan menjadi pemberitaan beberapa hari terakhir. Tren ini muncul sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan juga keadilan di negeri ini. Sejumlah kebijakan pemerintah belakangan ini dinilai tidak berpihak pada masyarakat (KOMPAS.com, 10-3-2025).
‘Kabur Aja Dulu’ bukan hanya tren biasa melainkan sebuah ajakan untuk berpindah dari tempat tinggal saat ini guna mencari kenyamanan dan jaminan hidup, maupun masa depan yang lebih baik. Beberapa kebijakan yang dinilai tidak pro terhadap rakyat adalah susahnya mencari lapangan pekerjaan, harga bahan pangan yang tinggi, dan biaya hidup lainnya yang terbilang sulit dijangkau masyarakat.
Beberapa lowongan pekerjaan di Indonesia mengharuskan pelamarnya memenuhi syarat yang dinilai sulit terpenuhi. Contohnya, pendidikan yang tinggi, badan yang ideal, fisik yang menawan, bahkan ada beberapa lowongan kerja yang harus mengikutsertakan surat pengalaman kerja sebagai persyaratan kerja. Di sisi lain, luar negeri memberikan penawaran pekerjaan dengan kompensasi yang tidak bisa diberikan di negeri ini. Wajar jika bekerja di luar negeri menjadi pilihan yang menjanjikan.
Bangkitnya Kesadaran
Tren Kabur Aja Dulu lahir dari kekecewaan masyarakat terutama generasi muda terpelajar yang melihat kondisi negeri ini begitu mengkhawatirkan. Di satu sisi mereka ingin berkontribusi terhadap negara dengan keilmuan yang mereka miliki. Akan tetapi di sisi lain, mereka mengalami kendala kesempatan, birokrasi, dan hal sistemik lainnya yang menghalangi dari mendapatkan kesempatan berkontribusi dan hidup dengan layak sesuai usaha yang mereka keluarkan.
Kondisi ini menggambarkan ketidakmampuan negara mengakomodasi kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal ini ada kalangan terpelajar yang mendapatkan pilihan untuk tinggal atau pergi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian tinggi. Alih-alih mengakomodasi tuntutan generasi muda, negara justru mempertanyakan nasionalisme generasi muda yang berdiaspora ini.
Isu ekonomi, kesenjangan sosial, dan ketidakadilan menjadi isu utama yang diungkap dalam tren ‘Kabur Aja Dulu’. Isu ini menunjukkan bahwa negara gagal mewujudkan kesejahteraan di negerinya sendiri. Permasalahan ini berakar pada diterapkannya sistem kehidupan sekuler dan kapitalisme. Sistem ini membolehkan SDA untuk dikuasai pemilik modal. Akibatnya, kekayaan dikuasai oleh kalangan orang-orang kaya semata. Hal inilah yang menimbulkan kesenjangan secara kontras antara si kaya dan si miskin.
Pandangan Islam
Tren ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari bahwa kondisi yang selama ini menimpa mereka adalah kondisi yang tidak ideal, kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan menjadi gambaran kehidupan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia hari ini. Sementara itu, ‘Kabur Aja Dulu’ adalah wujud keputusasaan karena masyarakat sulit menemukan solusi untuk menjawab kesulitan ini.
Keputusasaan bukanlah sifat seorang muslim. Kesadaran akan ketimpangan sosial ini harusnya tidak semata mendorong masyarakat untuk kabur dari kondisi yang sulit. Kesadaran ini harusnya mendorong generasi muda untuk mencari tahu solusi yang bisa membawa perubahan pada masyarakat.
Perlu disadari, bahwa solusi itu ada pada Islam. Agama Islam bukanlah agama yang mengatur urusan ibadah saja, tetapi mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya adalah urusan ekonomi. Islam memiliki konsep sistem ekonomi yang mampu menjelaskan cara mengentaskan kemiskinan dan mencegah melebarnya kesenjangan ekonomi.
Allah Swt. dalam surat Al-Hasyr ayat 7, berfirman: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Ayat ini merupakan satu dari sekian banyak syariat yang berkaitan dengan pengelolaan harta. Lebih jauh lagi, Islam memiliki konsep mengenai pergaulan, politik, pendidikan, peradilan, dan pemerintahan. Semua konsep itu perlu dipahami oleh generasi mudah untuk bisa menjawab kebutuhan umat keberadaan sistem terbaik. [LM/Ss]