Budaya Mudik Lebaran, Kapan Aman dan Nyaman  

20250328_073036

Oleh Dinar Rizki Alfianisa

 

LenSaMediaNews.Com, Opini–Lebaran sebentar lagi. Sudah menjadi tradisi ketika Lebaran tiba kampung halaman menjadi tujuan, kita mengenalnya dengan istilah mudik. Setelah sekian lama merantau di kota bahkan negeri orang momen lebaran adalah momen yang pas untuk berkumpul bersama keluarga besar.

 

Namun juga bukan menjadi hal yang aneh ketika momen mudik tiba jalanan menjadi macet dan angka kecelakaan semakin tinggi. Dari data Korlantas Polri mencatat sebanyak 4.514 kecelakaan lalu lintas baik yang melibatkan kendaraan umum maupun pribadi di seluruh wilayah Indonesia selama angkutan lebaran atau mudik 2024 kemarin.

 

Kejadian paling banyak berdasarkan data yang dihimpun, terjadi pada 6 April 2024 atau H-4 sebelum Idul Fitri. Sementara dari jumlah kecelakaan tersebut, terdapat 7.290 orang menjadi korban dan 507 diantaranya meningal dunia (JabarEkspres.com, 15-03-2025).

 

Kegagalan Kapitalisme-Sekuler Mengelola Transportasi

 

Berbagai persoalan yang muncul di momen mudik, seperti kemacetan dan kecelakaan, tak lepas dari buruknya tata kelola transportasi di negeri ini. Dalam sistem kapitalisme, seluruh aspek kehidupan disandarkan hanya pada keuntungan materi. Pendidikan, kesehatan, pangan hingga transportasi semua dikomersilkan. Aspek kehidupan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak yang seharusnya menjadi tanggungjawab negara tapi malah diserahkan kepada pihak swasta. Negara hanya bertindak sebagai regulator yang membuat kebijakan sesuai kepentingan pengusaha.

 

Tak heran bila segala urusan diserahkan kepada swasta maka yang ada adalah kacamata bisnis alias untung rugi. Bila ingin mendapatkan fasilitas yang aman dan nyaman maka harus membayar dengan harga yang mahal. Namun bila tak ada uang, fasilitas yang didapatkan pun ala kadarnya.

 

Sudah menjadi rahasia umum juga jika hari ini banyak infrastruktur yang disediakan negara jauh dari kata layak bahkan bisa mengancam nyawa. Proyek perbaikan jalan jadi lahan basah untuk meraup keuntungan. Alih-alih memperbaiki jalan, yang ada malah menambah masalah baru.

 

Budaya mudik juga lahir karena banyak masyarakat yang merantau ke perkotaan. Kemajuan ekonomi yang tidak merata menyebabkan masyarakat lebih memilih mengadu nasib di perkotaan daripada tinggal di desa. Ini membuktikan bahwa negara telah abai dan lepas tangan atas tanggung jawabnya mengurusi rakyat.

 

Islam Menjamin Kenyamanan dan Keselamatan

 

Dalam Islam negara bertanggungjawab mengurusi urusan rakyatnya. Dalam hal transportasi, negara wajib menyediakan fasilitas yang layak dan aman bagi masyarakat. Transportasi merupakan fasilitas publik yang tidak boleh dikomersilkan. Meski dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur itu mahal dan rumit, haram diserahkan kepada swasta.

 

Negara wajib membangun dan menyediakan fasilitas transportasi yang nyaman, aman, murah, tepat waktu serta fasilitas pendukung yang memadai. Untuk memenuhi itu semua negara memiliki anggaran yang mutlak karena itu merupakan fasilitas publik yang harus tersedia.

 

Negara memiliki banyak sumber pemasukan yang telah ditentukan oleh syariat seperti melalui sumber daya alam, jizyah, kharaj, fa’i, ghanimah, infak, sodaqah dan lain sebagainya. Itu semua cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya termasuk fasilitas publik dengan kualitas terbaik. Terlebih negara kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah.

 

Di sisi lain negara juga akan membangun infrastruktur yang merata di semua wilayah sehingga kemajuan ekonomi tidak hanya berpusat di perkotaan. Hal ini karena Islam memandang bahwa kemajuan dan pembangunan adalah hak seluruh rakyat dan merupakan kewajiban negara. Wallahualam. [LM/ry].