HET Beras, Menambah Beban Rakyat

LenSa Media News–Belum lama ini pemerintah menetapkan kebijakan baru mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) pada bahan pokok makanan utama rakyat negeri ini, yaitu beras. Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga tidak banyak, tentu hal ini tidak begitu berpengaruh.
Lain halnya bagi rumah tangga yang memiliki anggota keluarga 5 orang lebih. Tentunya kebijakan ini menambah jumlah pengeluaran untuk beras saja sudah membengkak. Jika dalam sehari untuk 3 kg beras mereka mengeluarkan Rp 36.000, dengan adanya HET ini mengeluarkan lebih. Belum lagi kebutuhan bahan pokok lainnya yang belum juga turun seperti telur. Semakin beratlah beban yangharus ditanggung keluarga di negeri ini.
Penetapan HET beras ini tentunya bukan kebijakan yang tepat mengingat masyarakat yang tengah mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada pedagang yang mengalami sepinya pembeli, ada suaminya yang terkena imbas PHK, ataupun rakyat kecil lainya yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentunya ini menambah panjang beban yang harus mereka tanggung sekadar bertahan hidup.
Pemegang kebijakan yang bisa berempati kepada rakyat, tentu tidak akan menetapkan sesuatu tanpa melihat bagaimana kondisi masyarakatnya. Kestabilan harga beras di pasar tentu bisa saja di lakukan dengan mekanisme pasar yang mereka kuasai. Seperti memastikan pendistribusian, sehingga tidak ada penimbunan, memperluas lahan pertanian, penyediaan pupuk murah, dan lain-lain. Tentunya sangat mungkin menetapkan stabilnya harga beras yang terjangkau dan sesuai daya beli rakyat.
Dalam Islam, penguasa bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan mendasar rakyatnya. Apalagi ini kebutuhan yang wajib dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Pastilah akan menjadi perhatian utama penguasa memastikan terpenuhinya kebutuhan rakyatnya. Bahkan kelangsungan hidup hewan liar pun terjaga oleh penguasa dalam Islam. Ukhti Palupi, Ibu Rumah Tangga, Cibinong.[LM/IF/ry]