Cuti Ayah, Bisakah Jadi Solusi?

LenSa Media News–Sejatinya kualitas generasi dipengaruhi banyak faktor yang mengiringi perjalanan hidup seorang anak. Oleh karena itu, pembentukan generasi yang berkualitas membutuhkan support system yang kuat dan berkualitas sepanjang hidup anak, termasuk ayah berkualitas. Mirisnya hari ini, ayah juga menjadi korban sistem yang diterapkan sehingga belum berkualitas. Ada banyak hal mendasar yang berpengaruh terhadap kualitas generasi.
Sejak pengesahan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) terkait cuti melahirkan hingga 6 bulan, pertanyaan tentang cuti bagi para ayah juga ikut diperbincangkan kembali. Cuti ayah dimaksudkan untuk membantu ibu mengurus anak. Juga dimaksudkan supaya anak-anak Indonesia bebas dari isu fatherless.
Sebagai negara yang ikut disebut sebagai fatherless country , Indonesia memang masih nampak ketimpangan antara bounding anak kepada ibunya atau ayahnya. Padahal urusan mengurus anak adalah urusan domestik bersama antara ibu dan ayah.
Bukankah pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh cara asuh kedua orang tuanya? Pun dengan peran ayah yang juga ikut serta dalam memberikan tuntunan serta panutan dalam kehidupan anak. Seperti kemandirian, rasa percaya diri, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Semua itu ayah yang harus berperan lebih.
Cuti ayah memang dibutuhkan pada beberapa kondisi, namun bukanlah solusi mendasar yang menyentuh akar permasalahan. Nampak nyata bagaimana cara negara menyelesaikan persoalan yang ada di tengah umat. Wajar jika persoalan tidak terselesaikan dengan tuntas.
Islam menjadikan kualitas generasi tidak hanya menjadi tanggung jawab orangtua, ayah dan ibu, namun juga disertai dengan support system , termasuk peran masyarakat dan negara dengan segala kebijakannnya dalam berbagai bidang. Penerapan Islam kafah meniscayakan terbentuk generasi berkualitas, beriman, bertakwa dan terampil serta berjiwa pemimpin. Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd [LM/IF/ry]