Harapan Baru Hanya Pada Kepemimpinan Islam

20241115_200102

Oleh : Nurjannah Sitanggang

 

LenSa Media News.com–Beberapa kalangan optimis akan mampu meraih sejahtera dengan kepemimpinan presiden yang baru. Pelantikan Prabowo dan Gibran pada 20 Oktober lalu sebagai presiden ke-8 Indonesia dengan program-program andalannya seolah sudah cukup memberikan gambaran yang jelas akan masa depan yang menjanjikan bagi rakyat Indonesia. Apalagi dengan polesan program yang cukup membius. Akan tetapi bisa dipastikan bahwa program ini tidak akan mampu membawa rakyat pada kesejahteraan.

 

Rakyat seharusnya tidak boleh lupa bahwa janji para presiden setiap pemilu hakikatnya masih wacana dan bisa jadi hanya sekedar pencitraan. Terbukti setelah sekian kali pergantian presiden rakyat tetap saja terpuruk secara ekonomi, kemiskinan meluas, dan pengganguran juga menggila.

 

Hal itu memang lumrah terjadi. Sebab otak atik kebijakan negara tetap bermuara pada aturan kapitalis, dimana aturan selalu mengabdi pada kepentingan pemilik modal. Aturan pemasukan dan pengeluaran negara pun ditetapkan berdasarkan paradigma sekuler.

 

Pemasukan negara akhirnya terus bersandar pada pajak, Investasi asing dan hutang luar negeri. Itu artinya rakyat harus membayar mahal untuk berbagai program pemerintah. Padahal pajak itu justru akan menambah penderitaan bagi rakyat. Bagaimana mungkin rakyat sejahtera jika pajak terus naik?

 

Apalagi Indonesia telah menargetkan dalam APBN pendapatan negara dari pajak tahun 2025 sangat besar. Dalam UU No.62 tahun 2024 ditetapkan target penerimaan negara dari pajak Rp 2.490 Triliun.

 

Itu berarti dengan peningkatan pajak maka otomatis jumlah rakyat miskin akan semakin bertambah pula. Sebab pengeluaran rakyat akan semakin besar baik dalam bentuk pajak penghasilan, pajak penjualan barang mewah, pajak pertambahan nilai dan termasuk pajak bumi dan bangunan.

 

Tentu ini sangat berbeda dengan Islam. Islam tidak menjadikan pajak sebagai sandaran ekonomi negara. Pajak hanyalah pilihan terakhir jika keuangan negara kosong. Pajak hanya diambil dari orang kaya saja dan pemungutannya berhenti jika kebutuhan tersebut selesai.

 

Sebenarnya Islam telah mempunyai aturan terkait pengaturan pemasukan dan pengeluaran negara. Pos pemasukan negara yang pertama adalah pos kepemilikan umum. Pos ini berasal dari harta milik umum seperti barang tambang, minyak bumi, gas, batu-bara , hutan, laut, dan lain-lain. Pos ini digunakan untuk pelayanan umum seperti membangun rumah sakit, fasilitas pendidikan, jalan tol, dan semua yang terkategori kebutuhan kolektif masyarakat.

 

Pos kedua adalah pos kepemilikan negara seperti fai’, khumus, kharaj, usyur, jizyah, dan ghanimah. Pos kepemilikan negara ini digunakan untuk pengeluaran negara termasuk membiayai kantor pemerintahan Khilafah, jihad, santunan, dan pengeluaran negara lainnya.

 

Pos ketiga adalah zakat (shadaqoh). Zakat disini termasuk zakat ternak, zakat tanaman dan buah-buahan, zakat perdagangan, dan zakat emas perak. Zakat dalam Islam diperuntukkan hanya untuk delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Quran surat At Taubah ayat 60 yang artinya ,”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk (yang berjihad) di jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana“.

 

Itulah tiga pos pemasukan dan pengeluaran negara secara garis besar dalam aturan syariat islam. Islam tidak pernah menjadikan sandaran ekonomi negara pada pajak, investasi asing dan hutang luar negeri. Sebab ketiga hal ini hakikatnya adalah bagian dari penjajah terhadap rakyat dan akan menyengsarakan rakyat.

 

Pengaturan ekonomi dan pemerintahan dengan aturan Islam inilah yang mampu membawa rakyat pada sejahtera yang diimpikan. Bahkan tidak hanya sejahtera, keberkahan pun akan menaungi umat manusia sebagaimana janji Allah dalam surat Al A’raf ayat 96 yang artinya,”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan“.Wallahu a’lam.  [LM/ry].