Menjadikan Bulan Rajab sebagai Moment Perubahan

20250111_063547

Oleh: Muflihatul Chusnia

 

Lensamedianews.com, Opini — Bulan Rajab telah tiba, aroma dan nuansa Ramadan seakan mulai terasa. Perbanyak amal dan doa, karena bulan ini bulan mulia.

 

Rajab adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan. Pun salah satu bulan haram. Bulan yang terletak setelah bulan Jumadil Akhir. Berdasarkan firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 36 yang artinya:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

 

Kali ini Rajab bertepatan dengan tahun baru Masehi 2025. Bukankah ini merupakan ujian dari Allah SWT?
Bahwasanya dalam memasuki bulan Rajab kita dianjurkan untuk meningkatkan ketaatan dengan memperbanyak amal salih dan doa karena pada bulan ini termasuk bulan mustajab. Dan Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang beramal salih. Begitu juga sebaliknya, dosa pelaku maksiat akan berlipat.

 

Sehingga pada malam Rajab bisa kita gunakan untuk muhasabah dalam rangka lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Memohon ampunan atas segala dosa, karena telah lalai pada syariat-Nya.

 

Mari berusaha memperbaiki diri dan umat, memahamkan umat agar kembali pada Islam. Dengan cara ber-amar makruf nahi munkar dan tidak melakukan sesuatu yang Allah larang, seperti mengucapkan selamat natal dan tahun baru, atau ikut merayakan malam pergantian tahun dengan meniup terompet, menyalakan kembang api dan atribut-atribut lain yang terkesan mendukung. Semua itu termasuk tasyabbuh bilkuffar artinya mengikuti atau meniru orang kafir.

 

Perayaan tahun baru Masehi bukan berasal dari Islam. Mengikuti atau meniru orang kafir, baik dari perilaku atau penampilan dan kebiasaan ialah haram. Meskipun tak ada niat untuk melakukan tasyabbuh, hukumnya tetap haram karena bisa merusak keimanan dan akhlak seseorang, dan dapat menjerumuskan pada kesesatan.

 

Larangan tersebut Allah sampaikan dalam surat Ar-Rum ayat 31-32 .

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ .

Artinya: “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah . Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”

Allah juga sampaikan pada surah Al-An’am ayat 108.

 

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”

 

Oleh karena itu, di bulan Rajab ini yang bertepatan dengan tahun baru Masehi merupakan kesempatan baik untuk melakukan perubahan menjadi ketaatan yang sempurna dengan cara menerapkan seluruh syariat Islam dalam lini kehidupan.

 

Sudah menjadi keharusan bagi kita umat Rasulullah saw. melaksanakan semua perintah Allah dan Rasul-Nya secara kaffah. Semoga kita senantiasa bisa menjaga kemuliaan Rajab, serta menjauhi segala kemaksiatan yang dapat menodai kesucian Rajab.

Wallahu a’lam bishshawab. [LM/Ah]