Meraih Kepemimpinan Politik

Blue White Illustrated Give Your Vote Instagram Post_20250303_153041_0000

Oleh: Zahra Kamila 

(Pengajar dan Aktivis Dakwah)

 

Dunia saat ini dikuasai oleh dua gagasan besar. Pertama, Islam dengan ruh positifnya yang mampu menunjuki dan menyinari manusia dalam upayanya meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sekaligus menjelaskan jalan lurus yang mampu menyelamatkan manusia dari kehancuran serta penderitaan di dunia dan akhirat.

Kedua, kapitalisme dengan ruhnya yang destruktif, yang menyesatkan umat manusia dan menggiring mereka ke jurang kegelapan di dunia dan akhirat. Kapitalisme justru melempangkan jalan ke arah kesesatan, kehancuran dan penderitaan umat manusia di dunia dan akhirat.

Islam adalah gagasan yang bersifat politik sekaligus spiritual, bukan sekadar gagasan politik saja. Islam berkaitan dengan urusan-urusan keduniaan dan keakhiratan sekaligus. Artinya, ia mengatur tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan, tetapi juga keakhiratan.

Sedangkan kapitalisme adalah ideologi yang buruk dan bobrok. Ia hanya bersifat politik dan sama sekali menafikan aspek spiritual. Kapitalisme hanya mengurusi urusan keduniawian belaka.

Aturan Islam memecahkan semua problem manusia dengan solusi yang shahih, yang disandarkan pada asas akal dan fitrah kemanusiaan. Sedangkan kapitalisme memecahkan problem kehidupan manusia di atas landasan jalan tengah demi kepentingan pihak yang paling kuat. Ini jelas bertentangan dengan akal dan fitrah kemanusiaan.

Sejak kapitalisme hadir di tengah-tengah kita, ia telah berhasil membentuk pemimpin sebagai alat untuk menguasai, memaksa dan meneror masyarakat. Gagasan kapitalisme telah mampu merusak masyarakat dunia dengan api kezalimannya.

Sebaliknya, Islam telah berhasil membentuk pemimpin secara hakiki, ikhlas dan sadar yang memandang dengan pandangan yang sesuai dengan fitrah yakni untuk menunjuki manusia pada hidayah.

Generasi umat ini telah memahami bahwa pemahaman mengenai kepemimpinan sebagai hal yang praktis. Tidak hanya terbatas pada pemilik kewenangan atau pemangku tanggung jawab dalam tubuh pemerintahan. Tetapi mencakup seluruh aktivitas kepemimpinan lain seperti menyampaikan nasihat, mengoreksi penguasa, serta mencintai kaum Muslim, menghilangkan penderitaan dan bahaya dari mereka, menjaga kehormatan, darah dan harta mereka, melakukan amar makruf dan nahi mungkar kepada mereka, mendakwahi mereka, berjihad demi mereka dalam rangka menyelamatkan mereka dari segala bentuk kekufuran, kesesatan, serta azab di dunia dan akhirat yang akan menimpa mereka.

Dengan demikian, kepemimpinan tidak berarti bagaimana menguasai, memaksa serta melakukan unjuk kekuatan fisik atas kaum Muslim. Akan tetapi, kepemimpinan berarti mengasihi kaum Muslim, membantu orang -orang lemah di antara mereka serta berlaku baik terhadap siapa saja yang berbuat buruk kepada mereka, selama itu tidak menyangkut hak-hak Allah SWT.

Walhasil, gagasan Islam dan upaya membangun kekuatan Islam di atas gagasan tersebut merupakan cara untuk membangun kepribadian yang berkepemimpinan (unggul). Karena mayoritas manusia sebetulnya cerdas, artinya dalam diri mereka ada potensi kecerdasan.

Secara umum, manusia berpotensi menerima kebajikan dan hidayah Islam, yang mampu membentuk manusia baru dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan noda-noda kapitalisme yang buruk. Artinya, mereka tidak hanya berpotensi untuk menerima Islam sekaligus terikat dengan Islam dan mendakwahkannya.

Dengan begitu, mereka akan menjadi pemimpin dengan gagasan Islam yang mendunia dan yang bersifat politik. Mereka juga akan menjadi contoh dalam hal memberi, juga dalam merasakan tanggung jawab atas manusia. Mereka juga akan menjadi teladan dalam mencintai kebajikan dan kebahagiaan pada manusia di dunia dan akhirat, artinya mereka sangat mendambakan manusia seluruhnya mendapat hidayah dan menjadi ahli surga bukan menjadi orang -orang yang sesat yang terjatuh dalam kehancuran dan penderitaan, serta menjadi penghuni neraka yang abadi.

Wallahu’alam bis shawab.

 

[LM/nr]