Indonesia Gelap Membutuhkan Cahaya Islam

Oleh : Mutiara Islami
Lensa Media News – Aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Universitas negeri Makassar di depan kampusnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/2/2025). Mereka melakukan aksi tersebut untuk menyuarakan sejumlah tuntutan termasuk perhatian terhadap anggaran pendidikan dan kesehatan. Sejumlah pengamat juga menilai bahwa legitimasi pemerintahan presiden Prabowo Subianto “sudah oleng” menyusul aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk ‘Indonesia Gelap’ berlangsung di berbagai daerah. Aksi ini digealr sebagai respon terhadap berbagai keputusan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat dan mengancam masa depan generasi muda, salah satunya pemotongan anggaran dibeberapa sektor. (BBC News Indonesia, 21 Februari 2025)
Aksi Indonesia gelap merupakan luapan kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan yang diatur oleh pemerintah. Aksi ini mengingatkan kita pada ramainya aksi peringatan darurat dengan logo garuda biru yang terjadi pada Agustus tahun lalu. Kedua aksi ini dipelopori oleh mahasiswa dari berbagai kampus seantero negeri. Era digital memudahkan para mahasiswa dari berbagai kota, maupun pulau yang berbeda dapat dengan mudah mengoordinasikan aksi serentak se-Indonesia.
Mahasiswa mengaplikasikan konsep netizenship yaitu peran aktif netizen dalam aktifiats politik dengan memanfaatkan internet, terutama media sosial dalam melakukan aksi Indonesia gelap ini. Fenomena ini mengingatkan pada fenomena arab spring pada tahun 2010 yang digerakkan melalui media sosial hingga mampu mendorong rakyat turun ke jalan dengan dipimpin para pemuda.
Arab spring ini mampu menggulingkan lima penguasa. Sayangnya, Arab Spring kandas di tengah jalan. Meski terjadi pergantian penguasa, kesejahteraan yang rakyat cita-citakan masih jauh dari kenyataan. Yang mana, diktaktor lama diganti dengan diktaktor baru. Dominasi asing juga masih kukuh di negeri-negeri muslim.
Kondisi yang seperti ini mirip dengan fenomena gerakan reformasi di Indonesia pada 1998. Aksi mahasiswa saat itu mampu menggulingkan rezim Orde Baru. Setelah reformasi, kesejahteraan yang diimpikan tidak kunjung terwujud, bahkan korupsi makin merajalela. Degradasi kondisi Negara ini terus berlanjut hingga sekarang.
Kebijakan yang terjadi sekarang hanyalah kebijakan tambal sulam dan tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini. Bahkan parahnya lagi, kondisi negara ini semakin buruk. Kualitas generasi mencemaskan, korupsi makin parah, kemiskinan merajalela, kesejahteraan makin sulit diraih, dan institusi keluarga yang makin kesini maikn rapuh. Saking buruknya kondisi yang terajdi saat ini, bahkan seolah-olah kondisi yang tidak ada harapan lagi untuk perubahan, muncul tagar #KaburAjaDulu yang banyak diaminkan oleh generasi muda.
Dengan kondisi yang ada saat ini, yang rakyat butuhkan bukan hanya perubahan kebijakan dan rezim, tetapi perubahan yang sistemis dari kapitalisme yang telah terbukti gagal dan merusak menuju sistem Islam. Namun perubahan ini tidak akan terwujud selama demokrasi masih menjadi kekuatan aksi mahasiswa.
Aksi demo Indonesia gelap yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Sayangnya tuntutan yang ditawarkan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan. Padahal penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga khawatir nasib rakyat Indonesia di masa mendatang akan menjadi gelap disebabkan permasalahan yang terjadi pada saat ini. Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis, namun juga harus bisa memberikan solusi yang benar.
Apabila masih memperjuangkan demokrasi, kedaulatan akan tetap di tangan “rakyat” yang sejatinya kedaulatan di tangan para penguasa dan pemilik modal yang mengatasnamakan rakyat untuk mengatur Negara sesuai kepentingan mereka, bukan untuk kemaslahatan rakyat. Apabila masih mempertahankan demokrasi, perjuangan para mahasiswa akan terus jatuh di “lubang” yang sama, yaitu hanya segelintir orang yang menguasai, hanya aktornya saja yang berganti, tapi tidak dengan sistem yang diembannya.
Umat Islam harusnya tidak boleh menggantungkan perubahan pada demokrasi, karena perubahan yang hakiki sejatinya hanya terwujud dengan Islam.
Generasi muda berpotensi menjadi pemimpin perubahan karena mereka memiliki keistimewaan berupa kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan anak-anak dan kelemahan masa tua (Q.S Ar-Rum: 54). Kekuatan ini juga digunakan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim akan bisa mewujudkan kemenangan berupa tegaknya Islam di muka bumi. In syaa Allah.
Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi munkar dan menyuarakan solusi Islam karena hanya dengan penerapan sistem Islam meniscayakan masa depan masyarakat gemilang bukan gelap atau suram. Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah ideologis agar dapat mengawal perubahan sesuai contoh Rasulullah.
[LM/nr]