Pemberdayaan Perempuan sesuai Fitrah

20250525_181933

Oleh Annisa Auliya
(Penggiat Pena Banua)

Lensamedianews.com_ Pada awal Mei lalu, Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan membuka secara resmi Sekolah Pemberdayaan Perempuan melalui pelatihan keterampilan life skill Massage dan Bekam Batch I dan II Tahun 2025 pada Sabtu (03/05/2025) di Aula Gawi Sabarataan (mediacenter.banjarbarukota.go.id, 03/05/2025).

Sekolah Pemberdayaan Perempuan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan melalui pelatihan ketrampilan praktis yang dapat langsung diterapkan sebagai peluang usaha. Selain itu, juga untuk membuka ruang bagi perempuan dalam mengembangkan potensi diri, memperkuat peran mereka dalam keluarga, serta berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi di lingkungannya.

Pembangunan di sebuah negeri tidak bisa hanya mengandalkan kaum laki-lakinya saja. Namun juga diperlukan kerjasama antara kaum laki-laki dan perempuan berdasarkan perannya masing-masing. Untuk itulah tidak hanya laki-laki yang harus diberdayakan, tapi juga kaum perempuannya. Lalu bagaimana pemberdayaan perempuan masa kini? Apakah sudah sesuai dengan fitrahnya atau justru menyalahi fitrah?

Banyaknya program pemberdayaan perempuan yang digaungkan hari ini tidak jauh dengan tujuannya untuk meraih keuntungan ekonomi semata. Hal ini didasarkan pada penerapan sistem kapitalisme yang juga bersandar pada materi semata.
Hasilnya banyak perempuan setelah berhasil diberdayakan di dorong untuk menghasilkan nilai ekonomi. Dengan menjadi wanita pekerja, wirausaha, dan lain-lain.

Walaupun banyak menghasilkan manfaat ekonomi, namun banyak juga yang kebablasan. Salah satunya hilangnya kewajiban perempuan sebagai istri dan ibu. Ketika perempuan bekerja, waktu mereka akan tersita banyak di luar rumah. Syukur-syukur jika mereka pandai membagi waktu, bagaimana jika mereka terlena? Maka banyak hal yang mereka abaikan, terutama kewajiban mereka sebagai istri dan ibu pengatur rumah tangga.

Padahal kewajiban mereka ini merupakan salah satu fitrah mengapa mereka diciptakan. Walaupun sering diremehkan karena tidak menghasilkan materi, tapi peran mereka merupakan bagian dari membangun generasi yang mulia.
Banyaknya kenakalan remaja hari ini misalnya disebabkan salah satunya hilangnya peran orangtua dalam mendidik anak-anak disebabkan mereka lebih sibuk mencari cuan dan lupa mendidik anak-anak mereka.

Akan tetapi kita pun tidak bisa menyalahkan orangtua maupun ibu yang bekerja untuk mencari nafkah hari ini. Sebab mereka juga terpaksa melakukan hal tersebut karena tuntutan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Seperti makan sehari-hari, biaya sekolah, biaya kesehatan dan lain-lain yang tidak bisa mereka dapatkan secara gratis. Untuk itulah mereka terpaksa sibuk mencari cuan untuk memenuhi kebutuhan.

Beginilah tuntutan sistem kehidupan kapitalisme hari ini, perempuan pun menjadi korban yang menjauhkan mereka dari fitrahnya sebagai istri dan ibu. Adapun program yang ditawarkan juga tidak jauh dari untuk mengejar kemajuan ekonomi semata tanpa melihat fitrahnya sebagai perempuan yang harusnya mulia bukan untuk dieksploitasi oleh sistem kapitalisme hari ini.

Hal ini jauh berbeda dalam sistem kehidupan Islam yang menempatkan perempuan sebagai makhluk mulia yang harus dijaga fitrahnya. Tetapi tidak juga untuk mengekang mereka untuk memberikan manfaat terhadap sesama.
Pemberdayaan yang diharapkan Islam adalah pemberdayaan yang membuat mereka tidak lupa akan fitrahnya sebagai istri dan ibu pendidik anak-anak mereka. Untuk itulah perempuan akan dididik dan dibina dengan akidah Islam. Dengan tujuan perempuan dapat melahirkan generasi-generasi mulia penjaga peradaban Islam.

Adapun kewajiban mencari nafkah dibebankan kepada laki-laki atau suami serta ayah mereka. Negara akan memberi lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk para laki-laki. Adapun segala kebutuhan dasar seperti kesehatan, keamanan, pendidikan, dan lain-lain disediakan secara gratis oleh negara. Dimana biayanya akan diambil dari kas baitul mal. Dengan demikian ini akan meringankan para keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Walaupun perempuan tidak wajib bekerja, tapi mereka tetap dibolehkan oleh negara untuk memberi manfaat kepada sesama seperti menjadi pengusaha, guru, tenaga kesehatan, pegawai pemerintah, dan sebagainya. Dengan catatan tetap memenuhi standar hukum syara yang berlaku atas mereka diruang publik dan tidak melupakan kewajiban mereka sebagai istri dan ibu dari anak-anak mereka.

Inilah pemberdayaan perempuan yang diharapkan oleh Islam yaitu pemberdayaan yang sesuai dengan fitrah mereka sebagai istri dan ibu dari anak-anak mereka. Dimana hadir mereka bukan untuk dieksploitasi demi kepentingan ekonomi semata tapi untuk membangun peradaban yang mulia. Hal ini tidak bisa diterapkan dalam sistem kapitalisme hari ini, tapi hanya bisa diterapkan dalam sistem kehidupan Islam.
Wallahu’alam bis shawab….