Isolasi Segala Arah, Cara Keji Habisi Gaza

GazaTerisolasi-LenSaMedia

Oleh: Jumratul Sakdiah, S.Pd

 

LenSaMediaNews.Com–Mencekam! Kondisi Gaza hari ini semakin memprihatinkan. Zionis menghabisi anak-anak Palestina dan warga sipil lainnya dengan sangat kejam. Setelah memblokade akses masuknya bantuan, negara biadab itu kini memutus jaringan telekomunikasi agar berita genosida Gaza tak lagi terdengar di seantero dunia.

 

Otoritas Regulasi Telekomunikasi Palestina mengonfirmasi bahwa jaringan telepon rumah dan internet terputus di Kota Gaza dan sebagian wilayah utara pada Rabu setelah kabel dan fasilitas utama rusak.

 

Pemadaman listrik semacam itu, secara otomatis akan melumpuhkan rumah sakit, tim pertahanan sipil, dan operasi bantuan kemanusiaan. Dan upaya ini telah menjadi hal yang biasa dalam serangan Israel terhadap Gaza. Saluran internet dan telepon diputus di seluruh wilayah Gaza, sebagai tanda bahwa operasi darat kemungkinan akan meningkat.

 

Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperingatkan bahwa hal itu bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari kebijakan yang disengaja untuk membungkam wilayah kantong tersebut dan menghalangi pengawasan dari luar.

 

Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania telah melacak lebih dari selusin pemutusan komunikasi total sejak Oktober 2023. Lembaga itu menggambarkannya sebagai upaya sistematis untuk “mematikan lampu” di Gaza dan menutupi pelanggaran di lapangan.

 

Tentara Israel terus melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 65.100 warga Palestina sejak Oktober 2023. Kampanye militer tersebut telah menghancurkan wilayah kantong tersebut dan memaksa penduduknya kelaparan. Pada Selasa, Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki mengonfirmasi bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza (tempo.co, 18-09-2025).

 

Warga Gaza merintih dan menjerit kesakitan, hidup dalam bayang-bayang kehancuran, tetapi negeri Islam diam seribu bahasa. Hari-hari yang mereka lalui terasa sangat sulit dan butuh perjuangan untuk bertahan. Mereka diisolasi dari segala arah, tindakan keji Zionis ini masih tak mampu membuka mata para penguasa muslim dunia untuk mengerahkan seluruh daya upaya untuk membebaskan tanah suci itu. Padahal di balik perut kenyang mereka itu, ada rakyat Palestina yang meronta karena kelaparan.

 

Warga Gaza sengaja dilaparkan agar pembunuhan massal terjadi tanpa senjata. Pasokan makanan dibatasi dengan tidak manusiawi. Rumah-rumah penduduk hanya tersisa debu-debu reruntuhan bom yang diledakkan di tengah pemukiman mereka.

 

Akhirnya penduduk mulia itu tinggal dibalik puing-puing pengungsian yang sudah tak layak huni. Karena Zionis dengan tega juga membombardir tenda-tenda pengungsian tempat mereka berteduh, membakar manusia tak berdosa itu dalam keadaan masih hidup.

 

Tak ada yang bersisa kecuali kepasrahan mereka kepada Allah dan pilihan mereka tetap bertahan di tengah pengusiran di negeri mereka sendiri. Karena merekalah para penjaga kota suci, Baitul maqdis, masjid Al-Aqsha sebagai tempat isra’ dan mi’rajnya nabi Muhammad Saw. Sehingga pilihan mereka hanya dua yaitu hidup mulia di kota itu atau syahid karena mempertahankannya.

 

Saat yang sama, para penjaga bumi Ribath itu seorang diri menjaga kemuliaan tanah kaum muslimin, padahal bukankah penjagaan itu menjadi tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia? Namun, sayangnya harapan warga Gaza terhadap dunia telah sirna.

 

Banyaknya negeri muslim yang malah bersembunyi di balik kebiadaban musuh Allah. Masih ada yang menjalin kerjasama dengan Zionis Laknatullah yang telah nyata membabat habis warga Palestina yang merupakan bagian dari umat Islam. Para penguasa dunia Islam telah mati hati nuraninya, mereka tak berkutik dihadapan Israel dan Amerika hanya karena sekat Nasionalisme yang menghilangkan persatuan kaum muslimin di seluruh dunia.

 

Persatuan adalah jalan satu-satunya menuju kebangkitan. Jihad yang menjadi solusi atasi problem Gaza tak bisa ditegakkan tanpa adanya persatuan. Saat ini, terpecah belahnya umat Islam menjadikan seruan jihad tak lagi bergema karena tak ada yang mengomandoi pergerakan menuju Medan pertempuran saat muslim ditindas.

 

Untuk itu, perjuangan dalam menegakkan persatuan menjadi langkah utama yang harus dilakukan. Ditambah lagi, ini adalah perkara mendesak yang harus disegerakan. Karena akan banyak darah yang akan mengalir dan nyawa yang hilang hanya dalam hitungan detik.

 

Tanpa persatuan dalam kepemimpinan Islam, umat tak akan punya kekuatan untuk melawan penindasan demi penindasan. Mau sampai kapan kaum muslimin berada dalam pertikaian dan perselisihan yang tak ada keadilan di dalamnya?

 

Tentu saja kita menginginkan kedamaian dan ketentraman. Hidup dalam naungan berkah dan rahmah dari Allah SWT. Dan ini hanya bisa terwujud dalam institusi Islam yang menaunginya yakni Daulah Khilafah Islamiyyah yang sebentar lagi akan mewujud nyata. Wallahu a’lam. [LM/ry].