Harta Halal: Bukti Cinta Allah kepada Hamba-Nya

Oleh Nadisah Khairiyah
LensaMediaNews.com, Opini_ Allah mencintai hamba-hamba-Nya. Cinta itu hadir dalam aturan-aturan yang menjaga kehidupan kita di dunia. Salah satunya adalah aturan tentang harta.
Allah tidak ingin kita hidup dari rezeki yang kotor. Harta haram merusak jiwa, memadamkan keberkahan, bahkan bisa menutup pintu rahmat. Karena itu Allah menurunkan syariat agar kita hanya mengonsumsi harta yang halal, yang baik, dan yang menenangkan hati.
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (TQS al-Baqarah [2]:168)
Manusia adalah makhluk yang lemah, mudah tergoda kenikmatan dunia meski harus mengotori jiwanya. Karena itu Allah menugaskan para pemimpin untuk menjaga rakyat dari kezaliman, agar harta haram tidak merajalela, dan agar korupsi serta perampasan aset tidak menutup jalan umat menuju rida-Nya.
RUU Perampasan Aset: Tarik-Ulur yang Melelahkan
Ketika aturan Allah tidak dijalankan pemimpin, yang terjadi hanyalah tarik-ulur kepentingan. RUU Perampasan Aset adalah contoh nyata: pembahasannya berlarut-larut di DPR. Publik lelah mendengar alasan klasik: “masih perlu pendalaman,” “belum ada kesepahaman antar-fraksi,” atau “tidak sesuai karakter hukum Indonesia.”
Banyak yang menilai, RUU ini tersendat karena menyentuh urat nadi elit. Jika dijalankan sungguh-sungguh, ia bisa merampas aset haram hasil korupsi, bahkan yang disamarkan lewat pencucian uang atau dialihkan kepada kerabat.
Ketakutan inilah yang membuat pembahasan ditunda, bahkan diperlambat. Padahal rakyat berharap aturan ini benar-benar membersihkan negeri dari harta kotor, bukan malah berubah menjadi alat represif yang menyasar tanah rakyat kecil yang diwariskan turun-temurun tanpa sertifikat.
Islam: Tegas, Jelas, dan Penuh Kasih
Islam sudah menegaskan sejak awal:
“Janganlah kalian memakan harta di antara kalian dengan jalan yang batil…” (TQS al-Baqarah [2]:188)
Rasulullah ﷺ bersabda:
• “Laknat Allah atas penyuap dan penerima suap.” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi)
• “Siapa saja yang kami beri gaji, lalu dia mengambil sesuatu selain itu, maka itu adalah ghulul (harta haram).” (HR Abu Dawud)
Semua larangan ini lahir dari cinta Allah dan Rasul-Nya. Larangan itu menjaga kita agar tidak mencari rezeki yang kelak berubah menjadi api penyiksa di akhirat.
Umar bin Khaththab ra.: Cinta yang Tegas
Sejarah mencatat teladan indah dari Umar bin Khaththab ra. Beliau mencintai rakyatnya dengan ketegasan. Hadiah untuk pejabat beliau anggap sebagai ghulul dan beliau sita. Abu Hurairah ra. yang tiba-tiba kaya setelah menjabat, beliau periksa dan hartanya yang tidak wajar pun disita. Saad bin Abi Waqqash ra. pun tidak luput dari audit.
Mengapa Umar begitu keras? Karena beliau tahu: cinta sejati adalah menjaga rakyat dan para pejabat bawahannya dari dosa, sekaligus memastikan harta mereka tetap bersih.
Merampas Aset Oligarki, Menjaga Hak Umat
Korupsi pejabat memang merusak, tapi perampasan oleh oligarki jauh lebih menghancurkan. Melalui UU buatan mereka, segelintir korporasi menguasai emas, minyak, gas, batu bara, hutan, bahkan laut. Rakyat hanya mendapat sisa: kemiskinan, harga mahal, dan kerusakan lingkungan.
Padahal Rasulullah ﷺ menegaskan:
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: padang gembalaan, air, dan api.” (HR Abu Dawud, Ibn Majah)
Artinya, sumber daya vital tidak boleh menjadi milik segelintir orang. Ia adalah milik bersama, yang negara wajib kelola demi kemaslahatan rakyat.
Jalan Cinta, Jalan Syariat
RUU Perampasan Aset hanyalah satu potongan masalah. Selama hukum dibuat atas dasar kepentingan manusia, tarik-ulur akan selalu ada.
Solusi sejati hanya ada dalam penerapan syariat secara kaffah, yang bersumber dari cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dengan itu, harta umat akan aman, keadilan tegak, dan korupsi, termasuk penguasaan SDA oleh oligarki, akan benar-benar dibasmi sampai ke akar-akarnya.
Rasulullah ﷺ menyampaikan sabda yang menggetarkan hati:
“Siapa saja yang diangkat untuk mengurus rakyat, lalu dia mati dalam keadaan menipu mereka, Allah haramkan surga baginya.” (Musnad ath-Thayalisi, 2/242)
Di balik ancaman yang tegas, kita menangkap kelembutan cinta Allah, Dia menjaga makhluk-Nya dengan menuntun para pemimpin agar tidak khianat, sebab sekali amanah dikhianati, seluruh rakyat bisa terseret dalam luka dan kesengsaraan.
Semoga kita menjadi hamba yang menjaga harta dengan halal, menolak kezaliman dengan tegas, dan menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lewat setiap nafkah yang kita cari dan setiap amanah yang kita pegang.
و الله اعلم بالصواب