Kala Solidaritas Gen Z Menembus Batas

SumudFlotilla-LenSaMediaNews

Oleh : Ummu Rifazi, M.Si

 

LenSaMediaNews.Com–Genosida yang semakin memilukan di Gaza, telah menggerakan solidaritas Global Sumud Flotilla. Sebagai bagian dari agenda tersebut, dana lebih dari Rp10 miliar berhasil digalang dalam waktu singkat oleh 25 LSM Indonesia untuk membeli tujuh buah kapal. Diawali oleh INH (International Networking for Humanitarian), lantas segera diikuti oleh Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Nusantara Adara, Adara Relief, Spirit of Aceh dan 19 LSM lainnya.

 

Pimpinan INH, Muhammad Husein, salah seorang aktivis Indonesia yang sudah 12 tahun tinggal di Gaza, mengungkapkan bahwa langkah tersebut merupakan gerakan dasar agar mereka layak disebut manusia. Dan juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sebagai negara besar, sudah semestinya pemerintah Indonesia mampu mengirimkan kapal (inanews.co.id, 10-10-2025).

 

Palestina, Sekedar Komoditas Politik

 

Palestina sesungguhnya adalah milik muslimin di seluruh dunia. Bumi yang diberkahi Allah ini terkait erat dengan akidah dan syariat Islam. Masjidil Aqsha yang berada di Baitul Maqdis (Al Quds) merupakan kiblat pertama sholat muslimin. Di Masjidil Aqsha pula terjadi peristiwa Isra Mi’raj dimana perintah sholat lima waktu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sehingga kedudukan Masjidil Aqsha sama pentingnya dengan Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi.

 

Dengan segala kemuliaannya tersebut, sudah seharusnya para penguasa negeri muslimin menghentikannya genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel laknatullah dengan dukungan induk semangnya Amerika Serikat (AS). Namun nyatanya mereka hanya menjadikan Palestina sebagai komoditas politik.

 

Di panggung politik dunia, para penguasa negeri muslimin ini hanya ‘berpura-pura peduli’ dengan melontarkan berbagai ‘retorika kecaman di lidah’. Nyatanya mereka justru mendukung solusi dua negara, yang sejatinya mengabadikan eksistensi penjajahan Zionis Israel laknatullah dan memaksa umat Palestina hidup berdampingan dengan penjajah dan perampok negeri muslimin ini.

 

Bahkan pemimpin Negara Indonesia dengan terang-terangan mengatakan bahwa perdamaian hanya bisa datang kalau semua orang mengakui, menghormati dan menjamin keamanan Israel. Sungguh suatu pernyataan yang naif dan mengkhianati konstitusi. Padahal dalam pembukaan UUD 1945 Negara Indonesia tercantum bahwa ”Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

 

Kekuatan Sipil, Mampu Menembus Batas

 

Apa yang dilakukan oleh Gen Z dalam Global Sumud Flotilla sungguh merupakan benchmark yang patut diparesiasi. Ketika para penguasa di seluruh dunia dan khususnya di seluruh negeri muslimin berpura-pura peduli, Gen Z setulusnya berempati. Solidaritas Gen Z menembus batas, bertransformasi menjadi tekanan masyarakat global. Membelalakan mata dunia bahwa ketika pemerintahan mereka gagal menghentikan genosida oleh Zionis Israel laknatullah, masyarakat sipil masih punya kekuatan untuk bergerak.

 

Walaupun faktanya pelayaran Global Sumud Flotilla tidak bisa lanjut mencapai Gaza karena dicegat, ditangkap, ditawan dan disiksa oleh para tentara Zionis Israel laknatullah, perjuangan Gen Z tidaklah sia-sia. Sabotase pelayaran sontak memicu gelombang kemarahan Gen Z di berbagai belahan dunia, Indonesia, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Australia.

 

Buah manis lainnya yaitu manakala Tommaso Bortolazzi, Kapten Kapal Maria Cristina, salah satu armada konvoi kemanusiaan Global Sumud Flotilla memutuskan menjadi mualaf. Aktivis asal Italia tersebut memutuskan memeluk Islam setelah menyaksikan kekejaman polisi Zionis Israel laknatullah yang menghalangi teman-temannya untuk menjalankan ibadah salat Subuh.

 

Wa makarụ wa makarallāh, wallāhu khairul-mākirīn. Ketika orang-orang kafir itu membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya mereka. Kekejaman kaafirin Zionis Israel laknatullah, semakin membelalakan mata dunia, menembus nurani para insan, utamanya Gen Z lintas bangsa, agama dan profesi, menggerakan mereka yang kian hari makin menambah kekuatan muslimin.

 

Dan yang terpenting dari semuanya, kekuatan Gen Z yang mampu menembus batas ini haruslah menjadi perjuangan yang terarah, sesuai dengan tuntunan Ilahi. Gen Z haruslah bisa memahami dari peristiwa pencegatan pelayaran tersebut, bahwa Zionis Israel laknatullah hanya mengerti bahasa “perang’ dan bukan “perdamaian”.

 

Sehingga gagasan solusi dua negara yang terus-menerus digembar-gemborkan PBB dan didukung para pemimpin negara di berbagai belahan dunia, adalah mustahil dan batil. Gagasan ini pun haram berdasarkan Syariat Islam karena melegitimasi penjajahan Zionis Israel laknatullah, memperpanjang penderitaan warga Gaza dan membagi wilayah milik muslimin kepada kafir harbi.

 

Solusi hakiki dan sahih untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan hanya mampu terwujud melalui jihad fii sabilillah di bawah kepemimpinan Islam global, Daulah Khilafah Islamiyyah. Wallahu a’lam bis shawwab. [LM/ry].