Kalau Ada 9 Nyawa, Kamu mau Ngapain, Sob?

Oleh Lulu Nugroho
LensaMediaNews.com, Rubrik Remaja_ Lagu ini happening banget ya sob, di mana-mana ada. Ya di jalan, di mal, kampus, dan di kendaraan umum. Awalnya memang gak kenal, tapi karena sering dengar, jadi hafal liriknya, dan tahu siapa yang menyanyikannya. Seru memang dunia anak muda, penuh keceriaan. Tapi kita mesti tetap hati-hati, sob, jangan sampai terlena dengan hal-hal yang datangnya dari luar Islam, sebab hal itu akan mempengaruhi pemikiran kita.
Pasalnya, saat kita detili ternyata lagu ini mengarah ke pergaulan bebas. Jelas bukan aktivitas seorang muslim kan sob. Karena sejatinya dalam Islam perilaku kita terikat dengan hukum syara’. Bahkan di yaumul akhir kelak, kita akan ditanya terhadap segala hal yang pernah kita kerjakan. Tentu kita gak mau kan, seluruh lelah kita di dunia, berakhir dengan ‘zonk‘ di hadapan Allah.
Ada nggak sih, anak muda yang taat di masa Rasul ﷺ ? Ternyata banyak sob, mereka menjadi murid Rasul ﷺ secara langsung, maka tentu hasilnya pun nggak kaleng-kaleng, malah menjadi inspirasi dunia. Salah satunya adalah seorang pemuda Makkah yang tampan, cerdas dan kaya, Mus’ab bin Umair. Ia tinggalkan semua kemewahan yang dimilikinya saat keluarganya memintanya memilih, antara Islam atau tetap dengan hartanya. Mush’ab bin Umair 29 tahun kala itu, lebih memilih Islam ketimbang kembali kepada kekafiran. Ia terus memperjuangkan Islam dan menjadi duta dakwah untuk masyarakat Yatsrib, yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya Daulah Islam di sana.
Ada pula Usamah bin Zaid, anak angkat yang sangat dicintai Rasulullah ﷺ. Pada usia 17 tahun, ia terpilih menjadi panglima perang untuk menghadapi Romawi. Meski banyak yang meragukan keputusan Rasul ini, namun akhirnya semua sepakat bahwasanya Rasulullah ﷺ ingin memberdayakan pemuda, dengan memberi mereka tanggung jawab yang besar.
Zaid bin Tsabit, adalah sosok pemuda yang memiliki potensi keilmuan yang mumpuni. Ia mempelajari Bahasa Ibrani dan Suryani, menjadi juru tulis dan bahasa bagi Rasulullah ﷺ . Dan di masa kekhilafahan Abu Bakar, ia turut mengumpulkan Al-Qur’an. Di usia 13 tahun, ia bahkan pernah ikut Perang Badar.
Pemuda lainnya adalah Ali bin Abi Thalib, yang berani bertaruh nyawa, menggantikan posisi Rasulullah ﷺ di tempat tidurnya, saat orang Quraisy ingin membunuh Rasulullah ﷺ. Ia pun termasuk salah satu orang pertama yang memeluk Islam. Meski ia menapaki jalan Islam di usia belia namun ia adalah salah satu tokoh kunci dalam sejarah Islam.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah kagum terhadap pemuda yang tidak memiliki kecenderungan menyimpang.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Artinya, menjaga diri di usia muda adalah bentuk kemuliaan besar. Dan hal itu pula yang dilakukan Daulah Islam, yang tidak akan membiarkan pemuda berpangku tangan, menyia-nyiakan waktunya, atau bahkan menyerap pemikiran buruk, yang akan mengalihkan perhatiannya dari fokus utama sebagai agen perubahan.
Di usia ini, pemuda memiliki energi yang besar, kemampuan menyerap ilmu dan kesediaan berkorban untuk kebenaran, maka potensi ini tak boleh diabaikan begitu saja. Pun tak layak dijadikan sebagai agen pemikiran kufur. Sebab sejatinya mereka adalah generasi muslim yang memiliki tanggung jawab mengemban amanah kebangkitan umat.
Kita dapati masih banyak sahabat lainnya, seperti Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah yang masuk Islam saat berusia 16 tahun, Ja’far bin Abi Thalib di usia 32 tahun, Saad bin Abi Waqash menjadi pejuang sejak usia 17 tahun dan masih banyak lagi.
Pun terdapat kisah Sa’ad bin Abi Waqqash yang diuji keimanannya melalui ibunya sendiri, yang rasanya sangat relevan dengan topik kita. Setelah Sa’ad bin Abi Waqqash memeluk Islam pada usia 17 tahun, Hamnah binti Sufyan, ibunya yang masih menyembah berhala, melakukan aksi mogok makan dan minum. Ia bersumpah tidak akan makan atau minum sampai Sa’ad kembali pada agama nenek moyangnya.
Akan tetapi Sa’ad tetap teguh meski kondisi ibunya semakin memburuk. Kecintaan Sa’ad kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih besar sehingga ia enggan berpaling dari Islam. Dengan penuh kasih, Sa’ad berkata kepada ibunya, “Wahai ibuku, demi Allah, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa itu keluar satu per satu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.”
Peristiwa ini menjadi sebab turunnya ayat dalam Qur’an surah Luqman ayat 15:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
So, kalau kamu punya 9 nyawa, kamu mau ngapain sob? Pertanyaan ini sudah terjawab kan. Pastinya sayang jika 9 nyawa tadi hanya untuk bermaksiat kepada Allah. Jangankan 9, Saad saja tetap taat kepada Allah meski ibunya melepaskan 100 nyawanya.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ pernah menasehati seseorang,
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya 4: 341)
Jadi jelas kan, pemuda muslim harus semangat mempelajari Islam, menyampaikannya kepada teman-teman kita dan terus berusaha mewujudkan kembali kehidupan Islam. Inilah sebaik-baik pemuda yang akan memegang tongkat estafet perubahan. Tsumma takuunu khilafatan a’la minhajin nubuwwah.
