Bencana di Mana-Mana, Butuh Kepemimpinan Islam

Oleh: Ummu Mubram
LenSaMediaNews.com__Berbagai bencana alam telah melanda negeri ini. Banjir, longsor, pergeseran tanah, dan jalan ambles melanda wilayah bagian selatan Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur telah melaporkan bahwa bencana melanda di 27 titik yang tersebar di 18 wilayah kecamatan, di antaranya Kadupandak, Cijati, Tanggeung, Argabinta, Sindangbarang dan leles (04-12-2024).
Tak hanya di Cianjur, bencana banjir juga terjadi di Pagelaran, Pandeglang, Banten. Banjir yang disebabkan luapan sungai Cilemer merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter hingga menyebabkan jalan putus (kumparan.com, 05-12-2024).
Seringkali manusia beranggapan bahwa bencana alam terjadi karena fenomena alam dan sebuah takdir yang tidak bisa dihindari, sehingga manusia hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi. Padahal bencana disebabkan juga karena ulah tangan-tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam). Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan.
Kepemimpinan hari ini adalah kepemimpinan kapitalisme. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan, yakni menuhankan materi dan mengabaikan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebijakan dibuat seolah-olah prorakyat, padahal mereka hanyalah regulator kebijakan untuk para kapital. Hutan dieksploitasi secara berlebihan atas nama pembangunan. Pemeliharaan sungai seharusnya bisa dilakukan untuk mencegah banjir, namun anggarannya justru dikorupsi dan dialihkan untuk tunjangan pejabat dan sebagainya.
Inilah akibat tidak menggunakan syariat Islam dalam mengatur negara. Berbagai pelanggaran hukum syariat inilah yang mengantarkan terjadinya bencana alam. Dengan terjadinya berbagai bencana ini sudah saatnya umat melakukan muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.
Dalam kepemimpinan Islam, negara sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung), sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-Araf: 96)
Ketaatan pemimpin kepada hukum syariat akan menuntunnya untuk mengatur urusan rakyatnya. Misalnya untuk mencegah bencana alam hydrometeorologi, Islam mensyariatkan untuk melakukan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan sumber daya alam, serta tidak melakukan eksploitasi berlebihan, agar bencana bisa diminimalisasi.
Ketika negara menerapkan syariat Islam, maka akan hadir kepemimpinan yang mengantarkan masyarakat hidup dalam keberkahan. Seperti terhindar dari bencana alam. Bahkan untuk mewujudkan kepemimpinan raa’in dan junnah, Islam memberikan tanggung jawab pada diri seorang pemimpin bahwa dia harus memiliki kekuatan kepribadian Islam, ketakwaan, kelemahlembutan terhadap rakyat, dan tidak menimbulkan antipati.
Dengan demikian, berbagai bencana yang terjadi hari ini menjadi bukti kesekian kalinya bahwa umat membutuhkan kepemimpinan Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah. Wallahualam bissawab. [LM/Ss]