Brain Rot Buat Otak semakin Menyusut

20250510_133051

Oleh. Ferrina Mustika Dewi
Penggiat Dakwah Remaja

 

Lensamedianews.com_ Halo, Guys! Apakah kamu sering scroll media sosial seharian? Kalau iya, mungkin kamu berada dalam bahaya. Saking lamanya scrolling, kita sampai tidak menghitung berapa lama kita buka media sosial, seperti Tiktok, Instagram, X, sampai Facebook. Niatnya mau cek akun media sosial kita sebelum mulai beraktivitas, eh taunya malah scroll konten lainnya berjam-jam. Jadinya enggak produktif dong !

 

Rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan gadget dalam waktu 5,7 jam per hari. Lama, ya? Menurut laporan ‘State of Mobile’ dari Data AI, Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan pengguna perangkat gawai terlama di dunia tahun 2024. Dengan durasi penggunaan perangkat komunikasi yang sangat tinggi, pola konsumsi konten online masyarakat di Indonesia pun mengalami lonjakan yang signifikan.

 

Sayangnya, angka tersebut tidak diiringi dengan kualitas konten yang dikonsumsi (dkis.cirebonkota.go.id, 13-1-2025) Tanpa kamu sadari, kebiasaan tersebut bisa membahayakan fungsi otak, loh. Kira-kira bahaya apa yang mengincar kita dari kebiasaan ini, ya?

 

Apa itu Brain Rot?

Kebiasaan yang tengah populer di kalangan generasi Millenial dan gen Z ini disebut Brain Rot. Istilah yang terdengar asing, ya. Fenomena Brain Rot sendiri adalah kondisi yang menggambarkan penurunan kemampuan mental ataupun intelektual seseorang. Hal tersebut terjadi akibat terlalu banyaknya kita mengonsumsi konten-konten receh.

 

Oxford University Press mengumumkan istilah Brain Rot sebagai Kata Terpilih tahun 2024. Hal tersebut tercermin dari kekhawatiran dampak konsumsi konten daring tanpa mutu dalam jumlah berlebih di media sosial. Frekuensi penggunaan istilah ini melonjak hingga 230 persen dari tahun 2023 sampai tahun 2024.

 

Ancaman Brain Rot Saat ini

Istilah Brain Rot jadi gambaran meningkatnya kekhawatiran dampak mengonsumsi konten media sosial yang receh atau dangkal. Paparan informasi yang dangkal dari media sosial menurunkan kesehatan kognitif yang menyebabkan kelelahan mental.

 

Penurunan tersebut menjangkiti semua kelompok usia. Kerusakan otak yang diakibatkan penggunaan media sosial bisa memengaruhi anak-anak dan juga orang dewasa. Meskipun penyebab dan gejalanya berbeda-beda. Anak-anak yang mengalami Brain Rot mengalami kurangnya fokus, kesulitan berkonsentrasi mengerjakan tugas, dan prestasi akademis menurun.

 

Sedangkan orang dewasa yang mengalami Brain Rot ditandai dengan mudah lupa, kurangnya motivasi, mudah tersinggung, serta terlalu bergantung pada perangkat gawai untuk hiburan semata. Faktor lain penyebab Brain Rot ini meliputi kurangnya aktivitas fisik, jam tidur berkurang, dan asupan gizi yang buruk. Belum lagi, gaya hidup yang tidak aktif makin menambah masalah yang terjadi. Sebab aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan mental seseorang (tempo.co, 09-12-2024).

 

Islam Punya Solusinya

Pada sistem sekarang, berbagai hal yang selama ini menghasilkan materi akan tumbuh subur. Termasuk konten-konten receh yang merusak generasi. Rasanya sulit berharap perbaikan generasi muda pada sistem sekuler. Sistem yang mengagungkan materi. Sangat jauh berbeda dengan sistem Islam dengan sempurnanya konsep dan metodenya telah mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat manusia.

 

Dalam Islam, media sosial harus mengikuti aturan yang diterapkan oleh Islam. Ketika kita menjalankan sistem Islam, secanggih apapun teknologi yang sudah ada, maka akan memberikan dampak positif dan kemaslahatan bagi umat manusia. Islam akan mewajibkan negara memberikan perlindungan terhadap rakyatnya. Dari bahaya apapun termasuk bahaya konten-konten yang memberikan dampak buruk. Negara akan melakukan langkah-langkah untuk mewujudkannya.

 

Pertama, negara akan mendorong dan memberikan dukungan dari aspek pendidikan dan finansial kepada para cendekiawan dalam menciptakan teknologi atau platform media sosial yang bersifat edukatif kepada masyarakat. Kedua, negara akan memberikan tindakan keras kepada siapapun yang membuat atau menyebarkan konten berbau maksiat yang berpotensi memberikan kerusakan generasi muda. Terakhir, negara tidak akan memberi celah untuk konten-konten yang membahayakan masyarakat (tintasiyasi.id, 06-01-2025).

 

Pada negara bersistem Islam, media sosial hadir untuk menyebarkan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, serta menyebarkan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Negara akan menyebarkan kebaikan yang tidak hanya untuk manusia, tetapi untuk seluruh alam semesta.

 

Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin akan mendorong setiap individu untuk mengisi aktivitas dengan ibadah dan yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Allah Ta’ala pun telah mengingatkan kita akan tujuan kita diciptakan yaitu beribadah kepada-Nya, yang berbunyi

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS Az-Zariyat: 56).

Wallahu’alam bishshawab []