Bullying: Produk Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

Oleh : Nurul Istiqomah
LensaMediaNews.com, Opini_ Kasus Bullyying yang terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir ini sudah sangat mengkhawatirkan. Data statistik menunjukkan, sebagian besar kasus terjadi di satuan pendidikan, baik di bawah naungan kemendikbudristek maupun kementrian agama. Puncak kekecewaan dari korban bullyying seringkali tidak hanya membahayakan dirinya sendiri melainkan juga orang lain. Sebagaimana yang terjadi pada kasus santri di Aceh yang membakar asrama pondok pesantren disebabkan karena sakit hati lantaran sering di bully. Belum lagi kasus-kasus bunuh diri akibat perundungan. (Cnnindonesia.com, 7/11/2025)
Bullying yang menggejala di berbagai daerah di satuan pendidikan merupakan bukti problem sistemik dalam pendidikan. Pengaruh sosial media memperparah pelaku aksi bullying, bahkan bullying dijadikan candaan. Selain itu sosial media pun menjadi rujukan gelap korban bullying untuk melakukan tindakan yang membahayakan nyawa orang lain sebagai pelampiasan kemarahan atau dendam. Beberapa korban dapat menemukan konten atau komunitas yang mendorong atau membenarkan tindakan kekerasan sebagai bentuk balas dendam.
Sistem pendidikan yang kita anut hari ini memang harus di evaluasi. Asas sekuler yang mendasari sistem pendidikan saat ini adalah penyebab dari terjadinya krisis akhlak, adab dan hilangnya fungsi pendidikan. Asas pemisahan aturan agama dalam kehidupan telah menjadikan sistem pendidikan bersifat kapitalistik. Hasil pendidikan berfokus pada materi. Sehingga menghasilkan output pelajar yang hanya ber orientasi pada materi, kering dari nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Ciri tujuan pendidikan kapitalis yang sering kita dengar adalah sekolah untuk mendapatkan nilai yang bagus agar gampang cari kerja, betul? Sehingga segala cara ditempuh untuk mendapatkan nilai yang bagus meski dengan cara yang tidak halal.
Tujuan Pendidikan dalam Islam
Konsep pendidikan dalam Islam memiliki tujuan yang jelas, yakni membentuk kepribadian yang Islami. Proses pendidikan dilakukan dengan cara pembinaan intensif, membentuk pola pikir dan pola sikap islami, tidak hanya fokus pada nilai materi, tapi juga nilai maknawi dan nilai ruhiyah. Seseorang yang memiki kepribadian islam senantiasa sadar akan hubungannya dengan Allah. Memiliki prinsip kehati – hatian dalam tindak lakunya sebagai wujud takwanya kepada Allah Sang Pencipta.
Sitem pendidikan dalam Islam memiliki kurikulum berbasis akidah Islam. Yakni rancangan pengajaran yang keseluruhannya menanamkan keimanan kepada Allah. Pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai akidah Islam ke dalam seluruh mata pelajaran. Konsep ini berfokus pada pembangunan karakter siswa dengan menanamkan keimanan (akidah), syariat (ibadah), dan akhlak mulia, dengan tujuan membentuk generasi muslim yang berilmu dan bertakwa, serta menjadikan adab sebagai dasar pendidikan. Di antara ciri sistem pendidikan Islam yakni menjadikan manusia bahagia di dunia dan akhirat melalui ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Butuh Sistem Islam
Sistem pendidikan Islam tidak akan terwujud di negara yang menganut sistem sekuler. Karena negara dalam sistem sekuler hanya berfungsi sebagai regulator, membiarkan masyarakat mengurus kebutuhannya sendiri termasuk kebutuhan pendidikan yang berkualitas.
Sedangkan sistem pendidikan Islam butuh adanya negara sebagai penjamin utama pendidikan. Menjamin seluruh masyarakatnya bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan mudah. Memberikan fasilitas pendidikan dan gaji guru yang layak. Maka dari itu sistem pendidikan Islam hanya bisa diwujudkan oleh negara yang menganut sistem Islam yakni Khilafah. Negara (khilafah) tidak hanya menjadi penjamin utama pendidikan, pembinaan moral umat, namun juga perlindungan generasi dari kezaliman sosial.
Mari sudahi kasus bullying dengan sistemis yakni mengganti sistem pendidikan sekuler yang sudah terbukti gagal menjalankan fungsi pendidikan ini, dengan sistem pendidikan Islam yang menghasilkan insan kamil.
