Ekonomi Kita Sakit, Al-Qur’an Punya Solusinya

Oleh Nadisah Khairiyah
LensaMediaNews.com, Tsaqofah Aqliyah_
وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.”
(QS al-Baqarah [2]: 275)
Ayat ini secara tegas membedakan antara aktivitas ekonomi yang halal dan berkah (jual-beli) dengan yang haram dan merusak (riba). Sayangnya, hari ini sistem ekonomi yang berlaku justru menormalisasi riba, menjadikan utang berbunga sebagai andalan, dan memberi ruang luas bagi keserakahan individu menguasai sumber daya milik umat. Inilah wajah nyata sistem ekonomi kapitalis.
Ketika Sistem yang Salah Dibiarkan Mengatur Negeri
Baru-baru ini, seorang mantan Menteri dijatuhi hukuman karena kebijakan ekonominya dinilai pro-kapitalis. Kesalahan Tom Lembong menurut pemerintah adalah: menerbitkan izin impor gula yang melanggar aturan teknis, mengingkari kepentingan rakyat kecil, serta mengabaikan asas keadilan dan stabilitas harga. Namun menurut banyak ahli hukum, dasar hukum vonis itu lemah dan tidak memenuhi unsur pidana korupsi sejati. Bagaimana mungkin menjalankan kebijakan ekonomi bisa dianggap sebagai kejahatan? Namun, sesungguhnya masalah utama bukan pada siapa yang duduk di kursi kekuasaan, tapi sistem apa yang sedang dijalankan.
Sistem ekonomi kapitalis yang sedang dijalankan saat ini, membolehkan segelintir orang menguasai sumber daya alam seperti tambang, minyak, bahkan jutaan hektar tanah sementara rakyat kecil hanya jadi penonton. Bahkan negara sendiri lebih mengandalkan pajak dari rakyat miskin dan terus menumpuk utang berbunga, yang bunganya saja mencapai ratusan triliun per tahun.
Islam: Solusi dari Langit
Islam datang dengan sistem ekonomi yang berbeda, yang menempatkan keadilan dan keberkahan sebagai prinsip utama. Islam melarang riba, melarang monopoli, melarang kepemilikan pribadi atas kekayaan umum seperti air, listrik, tambang, dan sumber daya penting lainnya.
Dalam sistem Islam:
•Harta dibagi menjadi 3 jenis kepemilikan: individu, umum, dan negara,
•Sumber daya alam yang besar harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat,
•Negara wajib menjamin kebutuhan dasar tiap warga, seperti makan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.
•Negara tidak boleh mengandalkan pajak atau utang riba sebagai sumber utama anggaran.
Sistem ekonomi kapitalis telah gagal membawa kesejahteraan. Ia hanya membuat yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin susah. Kekayaan negara justru berpindah ke tangan segelintir orang, dengan dalih investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Allah sudah memperingatkan:
“Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.”
Namun sistem yang berlaku hari ini menjungkirbalikkan perintah itu. Akibatnya, krisis demi krisis terjadi, dan keberkahan hidup semakin jauh dari kita.
Saatnya Kembali kepada Islam
Solusi ekonomi sudah ada dalam Al-Qur’an. Bukan sekadar teori, tapi sistem yang pernah diterapkan dan terbukti berhasil selama ratusan tahun di bawah kepemimpinan para khalifah.
Kini, tugas kita bukan mencari-cari solusi baru, tapi berani kembali pada sistem Allah.
“Kalau mau negeri ini berkah, bukan tambang yang harus diperbanyak. Tapi ketakwaan yang harus ditegakkan.”
و الله اعلم بالصواب
Nadisah Khairiyah