Gen Z dan Geliat Perubahan

LenSaMediaNews.Com–Gen Z, generasi yang selama ini dianggap generasi strawberi: lembek dan mudah hancur, mulai menampakkan taringnya. Di seluruh dunia, gen Z mulai mengisi ruang-ruang perjuangan, mengukir peradaban dengan nama-nama mereka.
Di ranah global, gen Z mendominasi perlawanan terhadap penjajahan dan genosida Israel di tanah Palestina. Dalam ranah lokal, gen Z Indonesia mulai kritis atas ketidakadilan penguasa.
Namun, bukan manusia zalim namanya jika mendiamkan kekritisan pemuda. Jika di masa lalu ada Fir’aun yang membunuhi Bani Israel untuk mencegah kelahiran Musa, atau para ‘Baby Boomers’ Quraisy yang mencegah gerakan pencerahan para pemuda sahabat Rasulullah, di masa kini karakter kritis gen Z juga berusaha dibungkam oleh dunia.
Media sosial yang bersuara lantang mengkritik genosida dibatasi, dilabeli antisemit. Para pengkritik DPR dan penguasa juga dikriminalisasi dengan label anarkis.
Fakta ini harusnya menjadi tamparan jelas bagi kita, bahwa Demokrasi-Kapitalisme hanya akan memberi ruang pada suara yang sejalan. Demokrasi-Kapitalisme tidak akan pernah memberikan ruang perubahan ketika kepentingan penguasa dan pendukungnya diusik.
Kebebasan berpendapat dan berekspresi hanya bisa dinikmati para pendengung bayaran. Karenanya, berharap perubahan hakiki pada sistem ini adalah mimpi tak bertepi.
Pemuda dan Perubahan
Dalam sepanjang sejarah umat manusia, perubahan senantiasa digagas dan digerakkan oleh para pemuda. Terlepas dari sahih tidaknya jalan perubahan itu, pemuda senantiasa menjadi aktor perubahan.
Reformasi 1998, kemerdekaan Indonesia 1945, dihapuskannya pemboikotan di Mekah, hingga tegaknya Daulah Islam pertama di Madinah, cukup menjadi contohnya.
Karena pentingnya peran pemuda dalam perubahan, Islam memberikan perhatian besar kepada para pemudanya. Islam memandang bahwa arus perubahan tidak bisa serampangan. Perubahan harus dibangun atas kesadaran sistemik-ideologis menuju tegaknya Ideologi Islam, bukan ideologi yang lain.
Melalui seperangkat aturannya, Islam sebagai sebuah ideologi akan menggeser hegemoni Demokrasi-Kapitalisme yang serakah, sekaligus mencegah bangkitnya Demokrasi-Sosialisme yang menghambat kemajuan. Dengan Islam, perubahan akan menghapuskan penjajahan dan perbudakan manusia moderen.
Kesadaran politik para pemuda dibentuk oleh Khilafah melalui pendidikan berbasis akidah Islam. Dengannya, perjuangan politik pemuda akan terarah untuk memperjuangkan kebenaran dan rida Allah, bukan anarkisme.
Kritisnya pemuda pada kebijakan penguasa dalam sistem Islam akan senantiasa dijaga, karena itu adalah bentuk pelaksanaan kewajiban amar makruf nahi munkar, muhasabah kepada penguasa. Allahu a’lam bishshowwaab. Ranita. [LM/ry]