Guru, Nasibmu Kini

Oleh: Sunarti
LenSa Media News.com, Dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Tak hanya siswa yang mengalami berbagai persoalan, ternyata sosok pendidik juga tak luput dari dilema dalam mendidik siswanya.
Baru-baru ini banyak peristiwa yang menjerat guru ke ranah hukum sebagai protes ketidakterimaan pihak orangtua siswa terhadap perilaku guru pada anaknya. Sebenarnya, ini adalah problematika yang muncul dari berbagai persoalan. Sudahlah secara perekenomian mereka juga masih rendah, ditambah kriminalisasi di saat mereka hendak menerapkan disiplin dalam batas wajar sesuai norma yang berlaku.
Sebut saja kasus guru Supriyani, yang dilaporkan karena kasus penganiayaan terhadap siswa. Kasus ini bergulir hingga ranah pengadilan dan menyita perhatian publik ketika pada akhirnya Supriyani ditahan pihak kejaksaan (Liputan6.com, 31-10- 2024). Kasus seperti ini tidak layak terjadi.
Kasus serupa juga menimpa guru SD inisial M (guru olahraga), di Wonosobo, Jawa Tengah, yang juga dilaporkan oleh orangtua akibat menampar muridnya, yang pada akhirnya dimintai sejumlah uang agar kasus ini tidak dilanjutkan (Kompas.com, 30-10-2024).
Kasus yang Menimpa Guru, tak Perlu Terjadi
Banyaknya kasus yang menimpa para guru dan berakhir di meja pengadilan, tidak seharusnya terjadi. Pasalnya, guru adalah sosok pendidik dan pencetak generasi yang seharusnya ditempatkan pada posisi yang mulia. Terkait dengan kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru, sebenarnya juga tak lepas dari peran orang tua, lingkungan maupun tangan negara.
Sistem pendidikan dengan basis sekular liberal tidak bisa mencetak generasi penerus yang unggul, berkualitas dan menjunjung tinggi adab. Jadilah output pendidikan yang tidak layak dicontoh, seperti kebanyakan tingkah dan polah para guru saat ini. Sehingga, muncul oknum guru yang ringan tangan dan melampiaskan kekesalan pada anak didik. Di samping tugas-tugas berat guru saat ini yang musti dipikulnya.
Anak didik yang jauh dari adab, sering bergantinya kurikulum pendidikan tidak menambah murid menjadi berkualitas dan menjunjung tinggi adab. Kenakalan dan kriminal yang muncul di tengah-tengah para pelajar kian meningkat. Urusan sekolah bagi mereka bukan lagi hal yang layak diindahkan. Apalagi guru yang tidak lagi dihormati sebagai pembimbing mereka.
Adanya kesenjangan makna dan tujuan pendidikan antara orangtua, guru dan masyarakat serta negara karena masing-masing memiliki persepsi terhadap pendidikan anak memunculkan gesekan antara berbagai pihak termasuk para guru dalam mendidik anak tersebut. Keraguan guru dalam menjalankan perannya untuk menasehati siswa akhirnya muncul.
Dari sisi orangtua atau wali murid tidak lagi mempedulikan bagaimana anak-anak berperilaku dan adab terhadap guru. Demikian pula kepercayaan yang telah luntur terhadap para pendidik disebabkan sosok pendidik yang sesungguhnya juga telah luntur. Jadilah disamaratakan antara guru yang memang memiliki profesionalisme tinggi dengan guru yang hanya menjalankan tugas sebagai pegawai saja.
Sementara undang-undang perlindungan anak juga rentan bagi para guru untuk didiskriminasikan. Banyaknya kasus dikriminalkannya para guru dalam upaya mendidik siswanya sering disalahartikan sebagai tindak kekerasan terhadap anak. Sungguh inipun dilema tersendiri bagi para guru dalam mendidik siswanya.
Butuh Solusi Mendasar untuk Dunia Pendidikan
Seharusnya negeri ini mawas diri sebagai negeri yang subur serta kaya akan SDA untuk memperhatikan nasib guru. Agar secara ekonomi juga terjamin. Sehingga mereka tidak lagi terbebani persoalan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga fokus dalam mengurus anak didiknya.
Kurikulum pendidikan yang seharusnya mencetak generasi berkepribadian mulia juga diterapkan. Harapan generasi cemerlang akan terwujud. Taat kepada Sang Pencipta, tinggi adab dan memiliki tanggung jawab besar terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Sehingga mereka akan tawadu‘ terhadap gurunya.
Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah sewajarnya negara memiliki kewajiban untuk memahamkan semua pihak akan sistem pendidikan berdasarkan pada Islam. Karena hanya sistem pendidikan berbasis pada Islam yang memiliki tujuan jelas dan meniscayakan adanya sinergi semua pihak untuk mencapai tujuan mulia.
Namun tidak memungkinkan jika hanya sistem pendidikan Islam yang diterapkan tanpa didukung sistem yang lain, seperti sistem perekonomian guna pemenuhan kebutuhan dasar para guru, kebutuhan pendidikan warga negara dan kebutuhan dasar masyarakat secara keseluruhan.
Sistem lain seperti sistem sanksi dan sistem pergaulan juga musti ditegakkan guna terciptanya kehidupan yang baik. Kehidupan yang diridai Allah SWT. Waallahualam bisawab. [LM/ry].