Hindun binti Utbah: Kisah Taubat Wanita Pemakan Hati Hamzah

Oleh: Yulia Hastuti, SE., M.Si.
Lensa Media – “Kalian mau lari kemana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan surga-Nya? Sungguh Allah melihat apa yang kalian lakukan”, begitulah teriakan lantang seorang perempuan Arab yang dulunya sangat membenci Islam, seketika berubah menjadi pembela Islam di garda terdepan.
Dialah Hindun binti ‘Utbah merupakan anak dari pasangan ‘Utbah bin Rabi’ah salah satu pemuka Quraisy dan Safiya binti Umayya. Ia juga Ibunda dari Muawiyah I, pendiri Dinasti Umayyah. Pada masa jahiliah, Hindun terkenal sebagai perempuan yang sombong lagi ambisius.
Di kalangan kaum Quraisy ia juga dikenal banyak ide, cerdas, fasih, pintar berbahasa, pandai dalam ilmu sastra dan juga bersyair. Dia juga mahir dalam menunggang kuda dan mempunyai kematangan jiwa yang tangguh serta mempunyai tekad yang kuat.
Tak heran dengan sifat yang dimilikinya ketika terjadi Perang Uhud (3H), Hindun dengan bengis telah mengoyak perut dan dada Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dendam membara di hati Hindun yang menyebabkan ia memakan hati Hamzah dan mengunyahnya karena telah membuat ayah, pamannya yang bernama Syaibah dan juga saudaranya bernama Al-Walid terbunuh pada Perang Badar (2H).
Hingga wanita ini dikenal dengan “Akilatul Kibdah” (Pemakan Hati). Sebelum menikah dengan Abu Sufyan bin Harb suami keduanya yang dikaruniai dua orang putra, yaitu Mu’awiyah dan ‘Utbah, ia pertama kali menikah dengan Al Fakih bin Al-Mughirah Al-Makhzumi. Seorang pemuda Quraisy yang terpandang namun memililiki perangai tidak baik, hingga Hindun bercerai dengannya.
Akhirnya waktu itu tiba jua, Hindun yang begitu sombong dan angkuh, akhirnya luluh pada saat Fathu Makkah (8H). Ia mengatakan kepada suaminya Abu Sufyan yang lebih dahulu masuk Islam ingin mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah.
“Mengapa engkau tiba-tiba ingin bergabung bersama Rasulullah?” tanya Abu Sufyan.
“Aku kagum dengan kaum Muslim. Belum pernah aku saksikan kota Makkah penuh dengan ribuan orang yang rukuk dan bersujud,” jawab Hindun.
Bersama kaum wanita lainnya, Hindun mendatangi Rasulullah untuk berbaiat. Ia mengikuti baiat untuk tidak berbohong, tidak berzina, tidak menyelisihi Rasulullah dan tidak berkhianat. Resmi menjadi muslimah, Hindun bersungguh-sungguh melaksanakan aturan Allah untuk menjadi wanita yang taat dan ahli ibadah.
Sampai datangnya kegelapan bagi seluruh bumi ini, yaitu wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun sangat terpukul, hatinya nyaris hancur atas kepergian Rasulullah. Padahal ia belum terlalu lama memeluk Islam. Mendekati akhir hidupnya Hindun telah meriwatkan beberapa hadits dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam.
Beberapa orang meriwayatkan darinya seperti, Muawiyah bin Abu Sufyan (anaknya) dan Aisyah Ummul Mukminin. Pada tahun 14H pada masa pemerintahan Umar bin Khathab, Hindun binti Utbah meninggal di atas tempat tidurnya. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan tetap mempertahankan keIslamannya untuk membela agama yang agung ini.
Dari perjalanan Hindun binti ‘Utbah kita belajar, ia yang dulunya sangat memusuhi Islam dan menghalangi dakwah tauhid yang dibawah Rasulullah. Akhirnya atas kuasa Allah yang membolak-balikkan hati manusia berubah 180 derajat dengan berbalik menjadi pembela kaum muslimin dengan sepenuh jiwa dan tenaga untuk berjihad di jalan Allah.
Ia menyesal dengan bertaubat dan mengakui segala kesalahan yang pernah dilakukannya. Tak heran kisah Hindun kembali menyadarkan kita bahwa Islam sampai tiba kiamat pun akan selalu dimusuhi oleh para pembenci dan musuh-musuh Islam. Mereka secara gigih menyudutkan agama yang berkembang pertama kali di Jazirah Arab ini.
Dakwah Islam dihalang-halangi dan dipersekusi. Bahkan Rasulullah, manusia tanpa cela pun mereka lecehkan melalui kartun dan hinaan, seperti yang terjadi di Prancis baru-baru ini. Namun belakangan para pembenci Islam yang gigih justru tertarik pada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka berbondong-bondong mengucapkan syahadat dengan mendatangi mesjid-mesjid. Persepsi buruk tentang Islam yang sebelumnya mareka yakini berubah menjadi pemeluk yang taat. Karena sejatinya Islam adalah bukan agama ritual semata. Islam adalah jalan hidup yang sempurna dan satu-satunya mabda (ideologi).
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesama manusia. Maka jelas hanya Islam lah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. [LM/ra]