Ironi Bali: Pariwisata Sukses, Alam Kena Ekses

LenSaMediaNews.com__Banjir bandang baru saja melanda Bali. Sejumlah 18 orang meninggal dunia, dan ratusan warga harus mengungsi. Sedikitnya 123 titik di enam kabupaten/kota terdampak. Sungai Badung kini tidak mampu menahan debit air. Aliran sungai tersebut menyempit akibat bangunan ruko, kios dan pura di sekitar bantaran.
Sementara, hutan di kawasan hulu Gunung Batur berubah fungsi. Nampak di sana areal tamanan sayuran yang nota bene pemupukannya dapat tergerus air hujan dan kemudian mengotori Danau Batur, sehingga mengakibatkan pencemaran. Dalam 20 tahun terakhir, pembangunan area wisata meningkat dua kali lipat dan banyak lahan produktif berubah fungsi menjadi hotel, vila dan cottage.
Bencana ini menunjukkan bahwa penyebabnya bukan hanya hujan deras, melainkan kerusakan tata ruang dan alih fungsi lahan yang masif. Banyak bangunan berdiri di area resapan air bahkan di tepi sungai. Rencana tata ruang seharusnya menjadi panduan pembangunan. Namun, seringkali hanya dijalankan di atas kertas karena lemahnya pengawasan. Pembangunan yang menitikberatkan pada keuntungan pariwisata, justru mengorbankan daya dukung lingkungan dan memperbesar risiko bencana.
Dalam pandangan Islam, bumi adalah amanah dari Allah SWT. Hutan, air, dan sungai merupakan hak publik yang harus dijaga, bukan dieksploitasi tanpa batas. Allah sudah memperingatkan dalam QS. Ar-Rum ayat 41 bahwa kerusakan di darat dan laut akibat ulah manusia. Tugas negara adalah memastikan tata ruang dijalankan dengan benar, menjaga keselamatan rakyat, dan mencegah kerusakan lingkungan.
Karena itu, bencana ini seharusnya menjadi titik balik untuk memperbaiki kebijakan. Penegakan aturan tata ruang harus lebih tegas, hutan yang gundul harus direhabilitasi, dan pembangunan pariwisata wajib disesuaikan dengan daya dukung alam.
Islam mendorong keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya, sehingga upaya seperti reboisasi, normalisasi sungai, dan pelibatan masyarakat menjadi bagian dari kebjakan negara. Selain itu, sumber pendapatan negara tidak bergantung pada sektor wisata, tetapi melalui mekanisme syariat yang menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.
Ummu Aulia, MIMم_Muslimah Indramayu Menulis [LM/Ss]
