Kapitalisme dan Fantasi Terlarang, Krisis Keluarga di Era Liberal

Oleh: Nettyhera

(Pengamat Kebijakan Publik)

 

 

 

Lensamedianews.com_ Beberapa waktu terakhir publik dibuat bergidik oleh keberadaan grup media sosial bertema “fantasi sedarah”. Grup ini ditemukan di Facebook dan diketahui menyebarkan konten pornografi inses: hubungan seksual antar saudara, orang tua dan anak, bahkan keluarga dekat lainnya. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pun angkat bicara dan menyatakan akan menindak kelompok ini. Komnas Perempuan juga mendesak aparat menindak tegas para pelaku penyimpangan tersebut (Republika, 20/5/2025).

 

Fakta ini sangat mengejutkan. Di tengah klaim bahwa negeri ini religius, masyarakat justru disuguhi fenomena menyimpang dan menjijikkan. Bagaimana mungkin keluarga—institusi terkecil dan terpenting dalam masyarakat—justru menjadi lahan fantasi birahi yang menyimpang? Ini bukan sekadar pelanggaran moral, tapi indikasi runtuhnya sistem keluarga akibat bobroknya sistem sosial dan hukum yang berlaku.

 

Ketika Agama Dipisahkan dari Kehidupan

Fenomena ini tidak lahir dalam ruang hampa. Munculnya kelompok penyuka inses adalah buah dari sistem sekuler liberal yang memisahkan agama dari kehidupan. Dalam sistem ini, agama dianggap cukup hadir dalam ibadah dan ruang privat, sementara dalam kehidupan publik, aturan dibuat berdasarkan akal dan kesepakatan manusia.

 

Konsekuensinya, norma hidup dibentuk bukan dari wahyu, tetapi dari hawa nafsu dan kepentingan pasar. Apa pun yang bisa dinikmati dan dijual, akan dijajakan, meski menjijikkan. Maka tak heran jika fantasi menyimpang seperti inses pun mendapat ruang. Platform digital dibiarkan menyebar konten seksual. Industri hiburan menormalisasi seks bebas. Media sosial tidak dikontrol. Dan negara? Kadang justru pasif, bahkan permisif.

 

Di sisi lain, keluarga sebagai benteng terakhir akhlak dan moral tak lagi kuat. Ketika orang tua sibuk mengejar cuan karena tuntutan sistem ekonomi kapitalis, anak-anak diasuh oleh gawai. Ketika gender disamakan secara ekstrem, ayah dan ibu kehilangan jati diri dan fungsi aslinya. Keluarga kehilangan arah, anak kehilangan panutan, dan masyarakat pun kehilangan kontrol.

 

Inses Bukti Kegagalan Kapitalisme

Kapitalisme-liberalisme telah gagal total membina masyarakat bermoral. Kebebasan berekspresi dan berperilaku menjadi jalan masuk segala bentuk penyimpangan. Selama tidak melanggar “kesepakatan hukum”, semua sah. Bahkan, kelompok pendukung inses merasa berhak mengekspresikan “orientasinya” atas nama kebebasan individu.

 

Sayangnya, negara masih memandang masalah ini sebagai isu “konten negatif” biasa. Padahal, ini adalah darurat moral yang mengancam masa depan bangsa. Jika hubungan sedarah bisa dianggap lumrah, maka kehancuran peradaban tinggal menunggu waktu. Sebab, yang rusak bukan hanya moral individu, tapi fondasi sosial manusia itu sendiri: keluarga.

 

Islam Menjaga Kesucian Keluarga

Islam memiliki sistem hidup yang menyeluruh, termasuk dalam menjaga keluarga dan masyarakat dari penyimpangan. Dalam Islam, inses adalah dosa besar dan termasuk dalam kategori zina mahram yang dikenai sanksi sangat berat. Allah SWT telah mengharamkan hubungan sedarah secara tegas dalam Al-Qur’an (QS An-Nisa: 23).

 

Namun, Islam tidak berhenti di tataran hukum. Islam menutup semua celah penyimpangan itu sebelum terjadi.

 

1. Sistem Pendidikan Islam: Membangun kepribadian Islam sejak kecil, mengajarkan rasa malu, menjaga aurat, dan batasan pergaulan antara lawan jenis serta antar anggota keluarga.

 

2. Sistem Sosial Islam: Menjaga interaksi antara laki-laki dan perempuan sesuai syariat. Tidak ada budaya pacaran, konten seksual, atau campur baur yang membuka celah zina.

 

3. Amar Makruf Nahi Munkar: Masyarakat diberi tanggung jawab saling menasihati dan mencegah kemungkaran, bukan bersikap netral atas dasar toleransi yang keliru.

 

4. Media dalam Islam: Tidak ada kebebasan mutlak. Media wajib mendidik dan menjaga moral publik. Konten pornografi, fantasi menyimpang, bahkan iklan yang membuka syahwat dilarang keras.

 

5. Negara Islam (Khilafah): Negara Islam bertanggung jawab menjaga akidah, akhlak, dan moral rakyat. Negara bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga pengayom nilai-nilai Islam secara sistemik dan menyeluruh.

 

Hanya Islam yang Punya Jawaban

Inses, LGBT, seks bebas, dan pornografi hanyalah gejala dari satu penyakit utama: sekularisme liberal yang menghilangkan peran agama dalam mengatur hidup. Maka, jangan sekadar sibuk menutup grup media sosial atau menghukum pelaku inses, tapi ubah sistem rusak ini dari akar.

 

Saatnya kembali pada sistem Islam kaffah yang menjadikan wahyu sebagai sumber hukum, bukan hawa nafsu. Islam bukan sekadar aturan ibadah, tapi solusi bagi seluruh problem kehidupan, termasuk dalam menjaga kesucian keluarga dan generasi.

Karena peradaban mulia hanya lahir dari sistem yang memuliakan manusia dengan aturan Allah, bukan dari sistem yang menjadikan manusia lebih rendah dari binatang.