Kebenaran Tak akan Terkubur Meskipun Jurnalis Gugur

20250911_215831

LenSaMediaNews.Com–Tanah Gaza terus membara akibat serangan Israel yang membabi buta. Anak-anak, wanita orang tua menjadi sasaran tembak. Serangan brutal Israel juga terus menghantam rumah sakit dan pekerja media yang berlangsung selama hampir dua tahun.

 

Dikutip dari Kompas.com, 25 Agustus 2025, sebuah serangan militer Israel kembali menghantam rumah sakit Nasser Di Khan Younis, Gaza Selatan, Senin, 25 Agustus 2025, menewaskan sedikitnya 20 warga sipil, termasuk lima wartawan.

 

Pada pekan sebelumnya, tepatnya 10 Agustus 2025, serangan udara di Gaza telah menewaskan jurnalis Al Jazeera Anas Al-Syarif, 28 tahun, beserta empat rekannya dan dua pendamping. Sehingga total korban sebanyak tujuh orang. Tewasnya para jurnalis di Gaza sebagai upaya Israel untuk menutup informasi tentang kondisi Gaza kepada khalayak.

 

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengungkapkan bahwa penghilangan nyawa jurnalis merupakan upaya mengubur informasi kejahatan genosida Gaza agar tidak terdokumentasi.

 

Selama hampir 2 tahun serangan massif yang dilakukan Israel ke Gaza, lebih dari 270 jurnalis dan pekerja media telah dibunuh. Ini bukan hanya tentang jurnalis yang di bunuh, tetapi tentang suara yang dibungkam dan kebenaran yang diperangi.

 

Gaza, setiap hari dan jamnya terus dihantui kematian. Puluhan ribu orang telah syahid menemui ajalnya. Sementara ratusan ribu luka-luka. Darah terus mengalir, air mata tak pernah berhenti. Tidak ada tempat aman untuk berlindung, gedung-gedung hancur, rumah-rumah rata dengan tanah. Tanpa perlindungan tanpa pasokan makanan yang memadai.

 

Perut-perut kosong merintih dalam dingin dan pengepungan. Warga sipil terjebak di Gaza menghadapi kekurangan makanan dan pasokan penting, karena blokade yang dilakukan Israel, ancaman kelaparan terus menghantui. Sementara para penguasa Arab dan muslim hanya mengecam tanpa aksi nyata mengirimkan tentara untuk berjihad memerangi Israel.

 

Bahkan sebagian diam-diam ada yang bermesra-mesra menjalin dan menormalisasi hubungan dengan Zionis. Pengkhianatan terbesar yang dilakukan para penguasa muslim di tengah kucuran darah para syuhada. Hal ini tidak bisa dibiarkan, harus terus disuarakan. Para jurnalis begitu gigih membongkar kebiadaban Zionis, walau mereka banyak yang gugur namun kebenaran tak pernah terkubur.

 

Gaza akan terus dibumihanguskan selama tak ada seorang pemimpin yang mampu mengomando jihad. Oleh karena itu suatu hal yang urgen saat ini untuk menyatukan umat dibawah satu kepemimpinan umum (Khilafah).  Khalifah sebagai kepala negaranya akan terjun langsung memerangi Zionis bersama pasukan kaum muslimin.

 

Menjadi tugas kita untuk terus menyerukan solusi hakiki untuk Palestina, yaitu dengan jihad dan khilafah. Melanjutkan perjuangan para jurnalis yang telah membayar dengan darah mereka untuk menyuarakan kebiadaban dan kebusukan Zionis. Syahidnya mereka tidak akan memadamkan kebenaran, bahkan lebih menguatkan semangat kaum muslimin untuk terus berjuang. Wallahualam bissawab.Yani Ummu Qutuz, Pegiat Literasi. [LM/ry].