Kemerdekaan adalah Saat Jiwa Tunduk pada-Nya

Kemerdekaan

 

Oleh Nadisah Khairiyah

 

LensaMediaNews.com, Tsaqofah Aqliyah_

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah ﷻ] itu. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS An Nahl [16]: 36)

 

Ayat ini menegaskan bahwa kemerdekaan hakiki adalah dengan menyembah Allah ﷻ saja dan menjauhi thaghut. Artinya, manusia tidak boleh tunduk pada hukum selain Allah, karena itu sama saja dengan penjajahan.

Menurut Oxford, merdeka berarti bebas dari perhambaan atau penjajahan. KBBI mendefinisikan merdeka sebagai kebebasan dari tekanan, penjajahan, atau keterikatan. Dengan demikian, kemerdekaan hakiki adalah terbebas dari penghambaan kepada sesama makhluk, hanya tunduk kepada Sang Pencipta.

 

Al-’Allamah asy-Syaikh al-Imam al-Qadhi Taqiyudin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, menjelaskan bahwa penjajahan bukan hanya urusan masa lalu. Kini, penjajahan menjadi cara baku negara-negara kapitalis, terutama Amerika Serikat, untuk menguasai negeri lain. Bentuknya bukan hanya fisik, tapi juga mencakup ideologi, ekonomi, politik, budaya, hukum, dan pertahanan, dengan tujuan utama mengeksploitasi.

 

Indonesia adalah salah satu korban penjajahan modern. Walau setiap tahun merayakan kemerdekaan, faktanya sumber daya alam, seperti emas, minyak, dan gas, banyak dikuasai perusahaan asing, misalnya Freeport, Exxon Mobile, dan Newmont. Ironisnya, praktik ini dilegalkan lewat undang-undang.
Lebih berbahaya lagi, Indonesia terjerat penjajahan ideologi, yaitu Kapitalisme-sekuler. Meski tidak tampak menelan korban jiwa langsung, dampaknya sangat besar: melahirkan berbagai krisis dan penderitaan.

 

Anehnya, cara pandang penjajah justru tetap dipertahankan oleh para penguasa dan elit politik. Hukum Indonesia masih menggunakan warisan hukum kolonial Belanda. Bahkan pembuatan undang-undang kini sarat intervensi asing. Di bidang ekonomi pun masih bermasalah, dengan adanya utang luar negeri ribuan triliun rupiah, sementara sumber daya alam dikuasai asing.

 

Sosial dan budaya tampak kerusakannya akibat sekularisme-liberalisme yang memicu kerusakan moral: seks bebas, LGBT, pornografi, judi online, kekerasan, hingga korupsi. Sedangkan politik, sistem demokrasi-sekuler telah membuka jalan bagi kepentingan asing lewat para pembuat kebijakan. Akibatnya, banyak aturan lebih berpihak pada asing ketimbang rakyat sendiri.

 

Hakikat Kemerdekaan

Seperti yang dijelaskan di awal tulisan, kemerdekaan hakiki bukan sekadar bebas dari penjajah fisik, melainkan terbebas dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah. Selama manusia tunduk pada ideologi, hukum, atau kekuasaan buatan manusia, maka sejatinya mereka masih terjajah.
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa mengikuti aturan yang bertentangan dengan hukum Allah ﷻ adalah bentuk penghambaan kepada manusia. Hal ini tampak jelas dalam sabda Rasulullah ﷺ yang dituliskan dalam sebuah surat untuk penduduk Najran, yang sebagian isinya sebagai berikut:

أَمّا بَعْدُ فَإِنيّ أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ الله مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَاد وَأَدْعُوكُم إلَى وِلاَيَةِ اللهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ

Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri kalian dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia) (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 5/64).

 

Karena itu misi Islam adalah membebaskan manusia dari segala bentuk perbudakan sesama manusia menuju penghambaan total kepada Allah, dari dunia yang sempit menuju keluasan akhirat, dan dari kezaliman berbagai sistem menuju keadilan Islam.
Hari kemerdekaan semestinya menjadi momentum renungan: Indonesia belum benar-benar merdeka karena masih dijajah oleh ideologi kapitalisme-sekuler yang menimbulkan krisis, kesempitan hidup, dan kezaliman.

 

Allah telah menjanjikan, jika umat beriman dan bertakwa, Dia akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi.

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu Kami menyiksa mereka disebabkan perbuatan mereka tersebut (TQS al-A’raf [7]: 96)

 

Sebaliknya, selama berpaling dari syariah-Nya, yang akan terus terjadi hanyalah kesempitan, penjajahan, dan penderitaan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur’an), sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

Dua ayat di atas adalah janji Allah ﷻ. Dan Allah tidak pernah mengingkari janjiNya. Maka, tugas kita hari ini bukan sekadar merenungkan ma’na kemerdekaan, tetapi menyempurnakannya dengan Islam. Hanya dengan kembali pada syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah, janji Allah tentang keberkahan dan kemerdekaan hakiki akan terwujud.

و الله اعلم بالصواب