Krisis Moral Remaja dan Hilangnya Wibawa Guru, Cermin Gagalnya Sistem Sekuler

Oleh Novi Kristiawati
LensaMediaNews.com, Surat Pembaca_ Kasus viral Kepala SMAN 1 Cimarga, Lebak, yang menampar siswanya karena merokok di lingkungan sekolah, kembali memantik perdebatan publik. Ada yang menyalahkan sang kepala sekolah karena melanggar aturan HAM, tapi banyak juga yang justru bersimpati karena memahami betapa beratnya peran guru di tengah zaman yang kehilangan adab.
Peristiwa itu belum hilang dari ingatan, muncul lagi foto viral seorang siswa SMA di Makassar yang merokok sambil mengangkat kaki di samping gurunya seolah menunjukkan betapa tipisnya batas antara kenakalan dan arogansi. Fenomena ini bukan sekadar cerita individu, melainkan potret rapuhnya pendidikan nasional yang kehilangan arah nilai.
Kita hidup di zaman ketika guru takut menegur murid, karena sedikit saja salah ucap bisa berujung laporan hukum atau viral di media sosial. Di sisi lain, siswa merasa bebas berbuat sesukanya atas nama kebebasan berekspresi. Akibatnya, pendidikan kehilangan makna sebagai proses pembentukan akhlak. Sekolah menjadi ruang akademik tanpa ruh moral.
Akar persoalannya bukan hanya pada perilaku remaja, tetapi pada sistem sekuler-liberal yang menyingkirkan agama dari ruang pendidikan. Sistem ini mengajarkan kebebasan mutlak tanpa batas moral, menjadikan nilai agama sekadar pelengkap. Akibatnya, lahir generasi yang pintar secara intelektual, tapi miskin akhlak dan kehilangan rasa hormat kepada guru dan orang tua.
Islam memiliki pandangan yang sangat berbeda. Dalam Islam, pendidikan adalah proses menumbuhkan kepribadian Islam (syakhsiyyah Islamiyyah), membentuk pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan syariat. Guru bukan hanya pengajar, tapi pembina iman dan akhlak. Murid bukan sekadar pelajar, tapi calon pemimpin umat yang dididik untuk bertanggung jawab di hadapan Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda.” (HR. Ahmad).
Nilai ini seharusnya menjadi napas pendidikan, bukan sekadar slogan di dinding sekolah.
Negara pun seharusnya hadir sebagai pelindung moral masyarakat. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab menanamkan akidah Islam dalam seluruh kurikulum, membatasi akses terhadap barang haram seperti rokok, serta memberikan kesejahteraan yang layak bagi guru agar mereka bisa fokus mendidik tanpa tekanan hidup.
Selama pendidikan masih dipisahkan dari agama, krisis moral akan terus berulang. Remaja akan terus kehilangan arah, guru akan terus kehilangan wibawa, dan masyarakat akan terus terjebak pada perdebatan tanpa solusi.
Sudah saatnya kita berani mengakui: sistem sekuler telah gagal mencetak generasi bertakwa. Maka solusi sejati hanyalah pendidikan Islam kaffah, yang menjadikan iman sebagai fondasi, ilmu sebagai cahaya, dan guru sebagai pembimbing menuju peradaban mulia.
