Lahan Menyusut, Petani Enggan Tanam Jagung

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd
Lensa Media News—Siapa nih yang suka jagung dan olahannya? Jagung bakar, jagung rebus, jasuke, corn chips, dan jagung-jagung lainnya. Wah banyak juga ya. Nah, tetapi ada kabar buruk nih bagi petani jagung. Khususnya wilayah Madiun yang kehilangan 1000 Ha lahan yang biasa dipakai untuk menanam jagung (radarmadiun.jawapos.com, 13/5/2023).
Hilangnya lahan jagung ini bukan tanpa sebab, tetapi memang ada pemicunya. Petani di Madiun lebih memilih menanam tembakau daripada jagung. Ini karena adanya penurunan atas subsidi pupuk bagi petani di sana. Meski produksi jagung menurun, tetapi produksi tembakau meningkat. Hanya saja, tetap tidak bisa menggantikan permintaan jagung di pasaran.
Ini menjadi masalah penting masyarakat di Madiun karena berhentinya para petani menanam jagung maka masyarakat akan kesulitan mencari jagung. Keputusan para petani ini memang tidak sepenuhnya tepat, tetapi bagi mereka juga tidak bisa berbuat lebih selama persediaan pupuk terbatas dan harganya mahal.
Alhasil jika semua petani membuat keputusan seperti ini dan pemerintah pusat tidak segera mengambil kebijakan, maka bukan tidak mungkin akan terjadi kelangkaan jagung di pasaran. Sebaliknya, jika semakin banyak petani yang beralih ke tembakau, maka dampaknya adalah semakin banyak produksi rokok di kalangan masyarakat. Lagi-lagi proyek perusahaan yang diuntungkan.
Oleh karena itu, pemerintah harus senantiasa membantu, mendukung, menyupport masyarakat dalam pemenuhan subsidi pupuk ataupun benih jagung untuk masyarakat supaya bisa menanam jagung kembali.
Memang masalah pupuk dan benih menjadi hal yang penting bagi petani, karena dua bahan tersebut adalah bahan yang diperlukan petani. Kita bisa melihat saat ini kondisinya carut-marut mulai dari pengadaan dan distribusinya. Sekalipun itu ditangani oleh perusahaan yang berplat merah tetapi perusahaan tersebut tidak lepas dari orientasi profit sehingga sebenarnya keberadaan atau pengadaan pupuk bukan lagi dalam rangka untuk melayani kebutuhan petani, namun bertujuan untuk mencari untung.
Tidak heran kalau harga pupuk semakin mahal dan petani sulit untuk mengaksesnya dengan mudah dan murah. Meskipun pemerintah sempat memberikan subsidi, namun tetap tidak mampu untuk menyediakan anggaran subsidi sesuai dengan kebutuhan para petani.
Sehingga dengan berbagai problem dan kesulitan yang dialami petani saat ini, mereka enggan untuk mengolah tanahnya termasuk juga untuk menanam jagung. Hal ini terjadi karena konsep pengaturan yang salah dengan paradigma kapitalisme neoliberal yang diterapkan saat ini. Terbuktilah kalau pemerintah hanya berfungsi sebagai regulator kebijakan, bukan penanggung jawab atas seluruh urusan rakyat. Semestinya pemerintah mengambil paradigma bahwa keberadaannya itu adalah sebagai pengatur urusan rakyat dalam urusan bernegara.
Pengaturan atas rakyat sifatnya adalah wajib dan pasti. Bagaimana mungkin pemerintah yang mengaku bertanggung jawab atas urusan rakyat tetapi justru menyengsarakan rakyat?
Keberkahan akan dirasakan jika negara mau mengubah prinsip, pengaturan dan pelayanan publik berdasarkan fungsinya yang benar yaitu sebagai pelayan atau pengurus serta pelindung bagi rakyatnya. Pelayanan ini harus bersih dari aspek bisnis sebagaimana yang dilakukan pada aspek pelayanan di dalam Islam.
Pelayanan yang pernah dilakukan oleh daulah Khilafah adalah mendorong produksi pertanian secara maksimal. Ini merupakan bentuk tanggung jawab dan kewajiban negara untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh individu rakyatnya. Untuk mewujudkan hal ini, negara akan memberikan dukungan penuh kepada petani, baik persediaan barang ataupun pendistribusiannya.
Di dalam sistem Islam, Khalifah akan memberikan bantuan berbagai sarana produksi pertanian dan membangun infrastruktur pendukung pertanian yang semua ini dilakukan dengan orientasi pelayanan bukan mencari untung. Kemampuan Khilafah dalam memberikan dukungan penuh bahkan bantuan gratis tentu ditopang oleh sistem anggaran negara yang unik yakni kas baitul mal.
Para petani dan rakyat akan sama-sama untung karena mereka akan mendapatkan kemudahan di dalam berusaha dan sekaligus mengakses kebutuhannya, termasuk mengakses pangan. Inilah yang seharusnya dicontoh supaya masalah rakyat cepat terselesaikan dengan baik, yakni segera kembali kepada aturan yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Wallahu a’lam bish showab. [LM/ry].