Maulid Nabi: Rindu yang Menggerakkan

Oleh Nadisah Khairiyah
LensaMediaNews.com, Opini_ Maulid Nabi Muhammad ﷺ selalu menghadirkan rasa haru. Maulid bukan sekadar lantunan shalawat atau syair pujian, tetapi juga kesadaran yang menggerakkan: bahwa Allah menghadirkan seorang manusia mulia ke dunia, untuk menuntun kita keluar dari gelapnya kesesatan menuju terang cahaya iman.
Sejak beliau lahir, tanda-tanda besar tampak. Api Persia yang berabad-abad tak pernah padam, tiba-tiba padam. Istana Kisra retak, danau Sawah mengering, cahaya terpancar hingga Syam. Semua itu adalah isyarat bahwa kelahiran beliau akan meruntuhkan kesombongan kekuasaan manusia, dan menghadirkan tatanan baru: tatanan penuh rahmat.
Betapa indah bila kita berhenti sejenak, menutup mata, lalu berbisik dalam hati: “Ya Rasulullah, sungguh kami rindu. Kami rindu pada jalan yang engkau tempuh, jalan yang menenangkan jiwa, jalan yang mendamaikan dunia.”
Jalan yang Membawa Cahaya
Seruan pertama beliau begitu lembut, namun sekaligus mengguncang dunia:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تُفْلِحُوا
“Wahai manusia, ucapkanlah Lâ ilâha illalLâh, niscaya kalian beruntung.” (HR Ahmad).
Kalimat itu bukan sekadar ajaran tauhid. Ia adalah ajakan penuh kasih: meninggalkan belenggu hawa nafsu manusia, dan kembali kepada Allah yang Maha Penyayang. Dari kalimat itu, lahirlah peradaban yang meneduhkan, karena setiap aturannya lahir dari cinta Allah kepada hamba-Nya.
Lalu, ketika menggali Parit Khandaq, Rasulullah ﷺ memberi kabar gembira: Syam, Persia, dan Yaman akan terbuka. Beliau melihat istana-istana itu dari jauh, bukan dengan mata biasa, tapi dengan cahaya nubuwwah. Dan sejarah pun membuktikannya.
Harapan yang Sering Keliru
Di zaman ini, banyak yang menaruh harap pada demokrasi atau gerakan massa. Kita pun pernah larut dalam euforia: berharap ketika pemimpin berganti, hidup akan berubah. Namun yang terjadi, wajah berganti, luka masyarakat tetap menganga.
Hati kita pun lelah. Kita mulai sadar, ternyata yang kita rindukan bukan sekadar perubahan wajah pemimpin, tapi perubahan hakiki adalah sebuah kehidupan yang diatur dengan penuh kasih oleh hukum Allah.
Allah menenangkan kita dengan firman-Nya:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ
“Otoritas menetapkan hukum hanyalah milik Allah.” (QS Yusuf: 40).
Metode Rasulullah ﷺ: Jalan Penuh Kasih
Rasulullah ﷺ tidak pernah menyerukan kekerasan. Beliau tidak pernah menumpahkan darah demi kekuasaan. Jalan beliau adalah jalan kasih dan dakwah.
Selama di Mekah beliau membina para sahabat dengan sabar. Beliau mendakwahi masyarakat dengan kata-kata yang jernih. Beliau menggalang dukungan para pemilik kekuasaan, hingga akhirnya penguasa Madinah menyerahkan kekuasaannya kepada beliau dengan penuh cinta dan sukarela. Tanpa ada pertumpahan darah.
Dari jalan itu lahirlah sebuah peradaban. Bukan sekadar perubahan penguasa, tapi perubahan sistem. Jahiliyah digantikan oleh Islam. Kekacauan digantikan oleh ketenteraman.
Baiat Rindu di Aqabah
Tatkala sekelompok orang Yatsrib (penduduk Madinah) mendatangi beliau di Aqabah, mereka berjanji untuk melindungi beliau sebagaimana melindungi keluarga mereka sendiri. Itu adalah baiat penuh cinta. Baiat itu menjadi awal lahirnya masyarakat Islam, yang kelak memancarkan cahaya ke seluruh dunia
Seakan-akan baiat itu adalah bisikan rindu: “Ya Rasulullah, kami mencintaimu. Kami serahkan jiwa raga kami untuk jalanmu.”
Rindu itu Milik Kita juga
Kini, rindu itu mengetuk hati kita.
Kita lelah dengan janji-janji palsu. Kita letih dengan sistem yang hanya menguntungkan segelintir orang. Namun, ketika hati kita menoleh kepada jalan Nabi ﷺ, ada rasa tenteram: inilah jalan yang benar. Jalan yang pernah ditempuh kekasih Allah, jalan yang melahirkan rahmat bagi semesta.
Rasulullah ﷺ telah bersabda:
“…ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ…”
“…Pada akhirnya akan datang kembali Khilafah di atas manhaj kenabian…” (HR Ahmad).
Itu bukan sekadar janji, tapi pengingat: bahwa cinta kepada beliau seharusnya menumbuhkan rindu untuk melanjutkan jalannya.
Doa di Saat Maulid
Mari kita bisikkan doa lirih:
“Ya Allah, sebagaimana Engkau anugerahkan kami nikmat berupa kelahiran kekasih-Mu, jadikan kami termasuk hamba-hamba yang berani mengikuti jalannya. Ya Allah, jadikan cinta kami kepada Rasulullah ﷺ bukan hanya pujian di lisan, tetapi rindu yang menuntun langkah, hingga Engkau pertemukan kami dengannya di telaga Kautsar, dalam naungan kasih-Mu.
و الله اعلم بالصواب
Nadisah Khairiyah