Membebaskan Palestina dengan Jihad, Membutuhkan Kesadaran Umat

Oleh: Ranita
LenSaMediaNews Com–Berteriak di ruang hampa. Seolah itulah yang terjadi pada para jurnalis di Gaza. Mereka lantang menyuarakan penjajahan, genosida, dan pelaparan sistematis di Gaza.
Namun gema suara mereka seolah menghilang saat para penguasa negeri muslim melakukan pengkhianatan. Bukannya mengirimkan bantuan militer untuk Gaza, melainkan tetap menjalin hubungan mesra dengan Zionis penjajah.
Dalam serangan terakhir Zionis di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, ada lima jurnalis dari media internasional dan empat petugas medis wafat. Sejak Oktober 2023, setidaknya 200 jurnalis wafat karena serangan brutal Zionis (bbc.com, 26-8-2025).
Media sosial meliput kematian mereka, pun soal kebrutalan Zionis. Sebagian masyarakat dunia melakukan boikot dan mengirim bantuan kemanusiaan, tapi pemimpin dunia tetap diam. Tak satupun militer mereka kerahkan untuk melakukan jihad menghentikan genosida.
Padahal mustahil penjajah yang membawa senjata akan enyah hanya dengan seruan boikot dan bantuan kemanusiaan. Penjajah bersenjata hanya akan lenyap dengan kekuatan bersenjata tentara kaum muslimin yang sejak awal dilatih berperang.
Palestina Tanah Seluruh Kaum Muslimin
Sejak tahun 637 Masehi, penduduk Yerusalem melalui Patriarch (Uskup Agung) Sophonius, secara sukarela menyerahkan Kota Yerusalem kepada Kekhilafahan Islam. Sophronius meminta agar perjanjian penyerahan kota Yerusalem ditandatangani langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sejak saat itu, status tanah Palestina adalah tanah kharajiyah, yakni tanah yang dibebaskan dengan perjanjian damai.
Menurut ketentuan syariah Islam, status tanah kharajiyah yang melekat pada Palestina, menjadikan Palestina tetap menjadi milik kaum muslimin hingga hari kiamat. Mirisnya, sejak khilafah Islam diruntuhkan oleh penjajah dan dikerat-kerat wilayahnya menjadi lebih dari 50 negara bangsa, tak satupun negeri muslim merasa bahwa Palestina adalah tanah mereka. Rakyat Palestina dibiarkan menanggung beban genosida sendirian.
Umat Harus Sadar
Sejak runtuhnya khilafah pada 1924 Masehi, penjajah Barat tak menghentikan serangan. Dari serangan fisik hingga serangan pemikiran terus mereka lancarkan. Negeri-negeri kaum muslimin senantiasa dibuat sibuk dengan urusan masing-masing hingga mereka melupakan permasalahan utama.
Bukannya menyibukkan diri untuk mengembalikan Khilafah, kaum muslimin justru disibukkan dengan perdebatan seputar format negara baru pasca runtuhnya Khilafah, dengan tetap menggunakan konsep negara bangsa yang digagas penjajah.
Padahal, konsep negara bangsa ini adalah biang masalah hilangnya ukhuwah Islamiyah. Kaum muslimin dunia merasa bahwa penjajahan di Palestina bukan penjajahan atas wilayah, diri, dan kehormatan mereka. Pemimpin dan tentara kaum muslimin enggan berjihad membela Palestina meskipun itu adalah tanah mereka.
Karenanya, kesadaran bahwa tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin harus menjadi kesadaran bersama kaum muslimin di dunia. Palestina sedang dijajah. Dan penjajahan bersenjata ini hanya bisa dihentikan dengan aktivitas bersenjata yang sepadan, yakni kekuatan militer kaum muslimin.
Kekuatan militer di negeri-negeri muslim ini harus diikat dengan kekuatan akidah, bukan ikatan negara bangsa. Allahu a’lam bishshowwaab. [LM/ry].