Mengakhiri Penghinaan Terhadap Nabi Saw

IMG-20201111-WA0003

Oleh: Kunthi Mandasari

(Pegiat Literasi)Sama 

 

Lensa Media News – Seruan boikot terhadap produk Perancis kian santer terdengar. Kecaman dari berbagai kalangan kaum Muslim pun turut mewarnai. Bermula dari seorang guru sejarah dan geografi di Perancis yang mengajarkan kebebasan berekspresi, dengan menampilkan beberapa kartun yang merendahkan Nabi Muhammad Saw yang di terbitkan Charlie Hebdo kepada siswa. Imbasnya guru bernama Samuel Paty (47) ditemukan dipenggal pada Jumat (16/10/2020).

Menanggapi peristiwa tersebut, presiden Perancis, Emanuel Macron justru memberikan pembelaan terhadap publikasi kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad Saw. dan menganggap hal ini adalah bentuk kebebasan berekspresi. Macron juga meluncurkan kampanye melawan radikalisme Islam dan memantik kemarahan kaum Muslim baik di Eropa maupun seluruh dunia.

Pernyataan Macron yang dinilai tidak sensitif dan emosional itu, memicu demonstrasi dan boikot produk Perancis di sejumlah negara mayoritas Muslim.

“Saya menyerukan kepada orang-orang, jangan mendekati barang-barang Perancis, jangan membelinya,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin di Ankara. Pemboikotan diikuti oleh negara Timur-Tengah lainnya, seperti Yordania, Kuwait, Yaman dan Qatar (palembang.tribunnews.com, 28/08/2010).

Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan imbauan kepada umat Islam Indonesia untuk memboikot segala produk asal negara Perancis. Seruan boikot MUI dilayangkan melalui surat pernyataan Nomor: Kep-1823/DP-MUI/X/2020 tertanggal 30 Oktober 2020 (kompas.com, 31/10/2020).

Meski aksi boikot digencarkan oleh negeri-negeri Muslim. Namun banyak ekonom menilai dampak ekonomi yang ditimbulkan terbilang kecil dan hanya bersifat jangka pendek saja. Direktur Forecast Global di Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais, mengatakan boikot itu akan berlangsung singkat jika mengacu pada peristiwa tahun 2015. Saat itu, protes serupa terjadi menyusul pembunuhan 12 orang di majalah satir Charlie Hebdo di Paris atas publikasi kartun yang sama (cnbc, 27/10/2020).

Maka pemboikotan terhadap produk Perancis tidak bisa dijadikan satu-satunya upaya untuk menghentikan penghinaan terhadap Nabi Saw. Selama sistem demokrasi yang masih digunakan oleh negeri-negeri Muslim, penghinaan terhadap Nabi Saw akan sulit dibendung. Sistem demokrasi memberi peluang menjamurnya penghina-penghina baru. Tidak ada sanksi tegas yang mampu membungkam para pembenci Islam. Hal ini terbukti dengan terus berulangnya penghinaan Nabi saw.

Dahulu Perancis pun pernah berencana menggelar pertunjukan teater yang menampilkan tokoh utamanya Nabi Muhammad Saw. Hingga berita itu sampai kepada Sultan Hamid II dan membuatnya marah besar. Beliau langsung mengutus duta besarnya yang di Perancis untuk menghentikan pementasan tersebut. Bahkan beliau juga mengingatkan akibat politik yang akan dihadapi Perancis jika masih meneruskan pementasannya.

Menanggapi peringatan tersebut, Perancis langsung menghentikan pementasan Perancis. Kemudian memindahkan ke Inggris dengan tujuan serupa. Lagi, Sultan Hamid II tidak setuju dan memerintahkan pemerintah Inggris untuk menghentikan pertunjukan itu. Sayangnya Inggris bersikeras menolak. Dengan dalih tiket telah terjual dan pementasan tidak mungkin dibatalkan karena melanggar prinsip kebebasan rakyatnya.

Mendengar jawaban tersebut, Sultan Hamid II mengeluarkan perintah yang berbunyi, “Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengumumkan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasulullah kami! Saya akan kobarkan Jihad al-Akbar (jihad yang besar).”

Alhasil, Inggris menghentikan keinginannya untuk mengamalkan ide kebebasan dan menghentikan pementasan. Ini bukti nyata ketika kaum Muslim memiliki seorang Amirul Mukminin di tengah-tengah mereka. Kehebatan Islam terlihat nyata karena diterapkan melalui negara. Sehingga tak heran jika Imam al-Ghazali dalam Al-Iqtishad fi I’tiqad menuliskan:

Agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar. Agama adalah asasnya dan kekuasaannya adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki asas maka pasti akan hilang dan apa saja yang tidak memiliki penjaga pasti akan hancur.”

Maka sangat jelas, satu-satunya solusi untuk menghentikan penghinaan terhadap Nabi Saw hanya bisa dilakukan apabila ada yang menerapkan Islam, yaitu Khilafah.

Wallahua’lam bish shawab

 

[ry/LM]