Paradoks Retret di Tengah Efisiensi Anggaran Negara

Oleh: Elis Sulistiyani
Komunitas Muslimah Perindu Surga
LenSa Media News.Com, Opini–Lebih dari 500 walikota, gubernur dan bupati yang baru saja dilantik mengikuti kegiatan retret di Akademi Militer di Magelang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada kepala daerah yang terpilih. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 21 Februari -28 Februari 2025. kegiatan ini juga menelan biaya yang fantastis yakni Rp. 13 miliar (CNBC Indonesia.com, 19-2-2025).
Tak bisa di pungkiri pro kontra mulai menyeruak di kalangan masyarakat mengingat biaya fantastis yang dikeluarkan untuk kegiatan ini. Kebijakan ini jelas dianggap sebagai bentuk matinya empati penguasa, disatu sisi pejabatnya habiskan dana miliaran, di sisi lain rakyat dipaksa untuk menerima efisiensi berbagai anggaran untuk layanan publik. Dampaknya efisiensi anggaran layanan publik ini membuat penurunan kualitas layanan publik.
Mirisnya kegiatan ini dinilai menggunakan fasilitas yang mewah. Sedangkan hal ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan rakyat yang makin tak menentu nasibnya. Urusan makan, kesehatan juga pendidikan rakyat tidak ada yang menjamin. Rakyat harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup. Mereka seolah dituntut tak boleh sakit, karena biaya rumah sakit tidaklah bersahabat.
Urusan kualitas pendidikan juga bak jauh panggang dari api, tak semua rakyat mampu bersekolah meskipun sudah ada kebijakan wajib belajar 12 tahun. Karena nyatanya sekolah tak hanya urusan bayar SPP saja. Tapi ketika anak sekolah orang tua juga harus menyediakan seragam, sepatu, tas dan berbagai alat tulis yang mesti di beli secara pribadi. Jika mereka yang berpenghasilan tetap mungkin tak akan ada kendala, namun bagi mereka yang serabutan dan tak menentu penghasilannya, jelas ini jadi beban tersendiri.
Beginilah nasib ketika kita hidup dalam negara yang hanya bertindak sebagai fasilitator kebijakan, untuk kesenangan oligarki. Negara tak lagi bisa hadir untuk menjadi pelayan bagi rakyatnya. Mereka telah dibutakan dengan keserakahan dan kekuasaan. Negara seperti ini adalah ciri utama negara penganut Kapitalisme. Dan jelas ideologi Kapitalisme adalah ideologi yang rusak dan merusak karena ideologi ini berasal dari akal manusia yang serba terbatas.
Maka sudah seharusnya kita mencampakkan ideologi ini, dan kita terapkan ideologi yang berasal dari Sang Pencipta karena sudah pasti ideologi ini akan sesuai fitrah manusia. Ideologi yang sahih itu hanya Islam. Ideologi ini terbukti menjadi solusi bagi semua problematika kehidupan manusia.
Islam memandang bahwa penguasa adalah perisai bagi rakyatnya. Maka penguasa akan mendedikasikan dirinya untuk menjalankan amanah mengurusi urusan rakyatnya. Tak ada transaksi untung rugi layaknya pedagang dalam relasi penguasa dengan rakyat.”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh ).
Ketika dibutuhkan pembekalan kepemimpinan maka akan dibuat efektif dan efisien yang fokus pada konten pembekalannya, bukan fokus pada fasilitas mewah yang hanya sebatas seremonial. Sistem Islam fokus membentuk pemimpin yang siap bekerja keras memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Dan wajib menggunakan dua mekanisme, yakni langsung dengan mengelola seluruh sumber daya alam untuk kepentingan umum, dan kedua secara tidak langsung dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para ayah untuk mencari nafkah, sehingga mampu mensejahterakan keluarga hingga mampu bersedekah kepada tetangganya.
Terdengar mustahil terwujud, jika kita masih menggunakan sistem Kapitalisme di negeri ini. Namun menjadi bagian dari akidah bagi kaum muslim jika kembali kepada syari’at Allah dalam menjalan kehidupan kita, termasuk dalam urusan mengurus negara dan problematikanya. Wallahualam bissawab. [LM/ry].
