Perdagangan Bayi bukan Sekadar Horor, ini Bisnis Internasional!

Blue and White Modern Bordered Background Instagram Post_20250812_111207_0000

Oleh: Imtinana Nafilah 

 

LenSa Media News _ Baru-baru ini, Polda Jawa Barat membongkar sindikat jual-beli bayi lintas negara. Nggak main-main, ini udah jalan dari 2023. Modusnya? Sebanyak 12 perempuan direkrut buat hamilin bayi pesanan. Persalinannya dibiayai, terus bayinya dijual ke Singapura. Harga satu bayi? Rp11 sampai 16 juta. Udah kayak jual barang! Total ada 24 bayi, tapi cuma 6 yang berhasil diselamatkan. Serem asli!

 

Yang lebih nyesek, ini pakai sistem ijon alias dipesan dari dalam kandungan. Perempuan miskin jadi target, dipaksa masuk ke pusaran kejahatan karena kondisi ekonomi yang parah. Ini bukti nyata bahwa sistem kapitalisme demokratis gagal ngatasin kemiskinan dan melindungi perempuan dari eksploitasi.

 

Data dari Komnas Perempuan nunjukin, dari 2020–2024 ada 267 kasus TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) yang korbannya perempuan. Banyak yang dikirim ke luar negeri lewat modus digital. BP2MI bahkan bilang, 90% korban sindikat perdagangan orang itu perempuan, kebanyakan TKW ilegal yang terjebak kemiskinan ekstrem.

 

Ini bukan sekadar soal gaji kecil, tapi perempuan sering nggak punya akses buat naik kelas secara ekonomi dan sosial. Ketika pilihannya sempit, sindikat-sindikat kayak gini gampang banget nyasar mereka.

 

Sistem ekonomi liberal yang cuma mikirin untung individu bikin kesenjangan sosial makin lebar. Demokrasi yang jadi biang tumbuhnya otak cuan ini bikin fitrah keibuan hilang, sekedar formalitas, dan nggak punya nyawa moral. Agama dianggap urusan pribadi yang nggak boleh masuk ke ranah masyarakat bernegara. Hasilnya? Orang tua jual anaknya sendiri, aparat malah ikut main. Chaos!

 

Padahal, dalam Islam, anak itu amanah yang harus dijaga sejak dalam kandungan. Tapi ketika aturan Allah dibuang, kasih sayang ikut hilang. Anak pun berubah jadi barang dagangan demi uang.

Islam punya blueprint komplit soal anak: dari menjaga nasab, hak, sampai identitas spiritual dan sosialnya. Negara wajib hadir buat ngasih jaminan hidup yang layak, kasih perlindungan dari eksploitasi, dan nyediain pendidikan yang membentuk karakter kuat berbasis akidah.

 

Bukan cuma teori, ini solusi konkret yang udah terbukti kalau dijalanin dengan benar. Mulai dari mindset ketaatan kepada Allah yang bikin penjagaan personal jadi tameng, aturan tarbiyah jinsiyyah di keluarga, pola masyarakat yang kuat amar ma’rufnya, pendidikan dan berbagai pola pembiayaan negara yang terstruktur dan bersih dari riba dan aqad batil.

 

Islam punya sistem sanksi yang jelas. Pelaku perdagangan anak, apalagi yang sindikat wajib dihukum berat. Negara yang jalanin syariat nggak cuma fokus hukumannya aja, tapi juga mikirin pencegahan dan pemulihan korban tanpa diskriminasi. Fair!

 

Kasus jual-beli bayi lintas negara itu bukan sekadar tragedi, tapi alarm keras: sistem kapitalis dan politik demokrasi udah rusak parah. Ketika agama dibuang, yang tersisa cuma keserakahan.

Islam hadir bukan cuma sebagai agama ritual, tapi solusi hidup kaffah paripurna, dari pendidikan, ekonomi, sampai keadilan hukum. Kalau nilai-nilai Islam dikembalikan ke pusat sistem, anak bukan lagi komoditas. Mereka jadi aset umat yang harus dijaga sepenuh hati. Wallahu a’lam bish-shawab. 

(LM/Sn)