Remaja Hijrah, Jadilah Versi Terbaikmu

1000906286

Oleh Lulu Nugroho

 

 

LensaMediaNews.com, Rubrik Remaja_ Muharram adalah salah satu bulan haram atau bulan suci, yang terdapat banyak keutamaan. Di antaranya adalah dilipatgandakannya pahala amal salih kita. Jadi wajar kan gaes, kalau kita juga berlomba dalam kebaikan di bulan ini, melanjutkan bulan-bulan haram sebelumnya, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah.

 

 

Apalagi bulan ini ditetapkan pula sebagai permulaan penanggalan hijriyah, maka kita pun harus memiliki resolusi, berazzam atau membulatkan tekad untuk perbaikan setahun ke depan. Pastinya kita harus selalu menjadi pribadi baik dari waktu ke waktu, sehingga tahun baru tidak hanya sekadar seremonial saja.

 

 

Begitu pula halnya, tatkala dahulu Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. menetapkan awal Kalender Hijriyah dari peristiwa hijrah Nabi saw. Beliau menyatakan:

بَلْ نُؤَرِّخُ لِمُهاجَرَةِ رَسُوْلِ الله، فَإِنَّ مُهَاجَرَتَهُ فَرْقٌ بَيْنَ الْحَقِّ وَاْلبَاطِلِ

Akan tetapi, kita akan menghitung penanggalan berdasarkan hijrah Rasulullah. Ini karena sesungguhnya hijrah Beliau telah memisahkan antara kebenaran dan kebatilan (Ibn Al-Atsir, Al-Kâmil fî at-Târîkh, 1/3).

 

 

Nah merujuk ke peristiwa hijrah Rasulullah saw. maka resolusi hijrah kita adalah, berubah dari ingkar kepada iman, dari maksiat menuju taat. Kapan lagi kan gaes, kita selamat dari arus kekufuran, kalau tidak berubah sekarang juga? Maka kita pun perlu memiliki tolok ukur sebuah perbuatan, ditetapkan sebagai baik atau buruk, benar atau salah, berdasarkan apa?

 

 

Pastinya kita harus bersandar kepada Allah, gaes. Maka yang kita gunakan sebagai panduan adalah halal-haram, sebagaimana ketentuan Allah. Saat aktivitas kita disandarkan pada yang dua itu, maka akan senantiasa terukur dan mudah bagi kita memilihnya, apakah akan meninggalkan atau melakukannya.

 

 

Setelah memiliki tolok ukur, untuk menimbang sebuah aktivitas, kita pun harus menetapkan tujuan realistis sebagaimana yang Allah tunjukkan atau target yang ingin kita raih, yaitu menjadi umat terbaik (khairu ummah). Postur ini hanya akan terwujud pada kepribadian Islam (syakhsiyah Islam), yang terbentuk dari pola pikir (aqliyah) Islam dan pola sikap (nafsiyah) Islam. Keduanya seiring sejalan melengkapi diri. Maka diperlukan langkah nyata, untuk mewujudkannya.

 

 

Pertama diperlukan refleksi diri (muhasabah) agar setiap insan belajar dari kesalahan. Lakukan setiap malam, atau setiap pekan, atau bisa jadi setiap awal tahun. Kita melihat mundur ke belakang, memandang kilas balik waktu, dan memerhatikan kondisi umat saat ini. Apakah ada perbaikan, stagnan, atau malah mengalami kemunduran?

 

 

Emang harus ya merhatiin sampai segitunya? Iyes, sebab remaja muslim adalah bagian dari umat. Maka kita pun harus menjaga pemikiran umat agar tidak merosot, apalagi jatuh. Deteksinya mudah, saat kondisi umat semakin terpuruk, itu artinya mereka semakin jauh dari tuntunan Ilahi.

وَمَن كَانَ فِى هَٰذِهِۦٓ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا

 Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
(QS Al-Isra’ 71)

 

 

Di sinilah kewajiban kita mengembalikan umat kepada tuntunan Islam. Apa dulu langkahnya? Mulai dari diri sendiri dulu gaes, ibda’ binafsihi, dengan mempelajari tsaqafah Islam (pengetahuan yang dasar pembahasannya adalah akidah Islam) baik berupa fiqih, ibadah, siyasah, uqubat dan sebagainya. Kemudian sampaikan kepada teman-teman kita.

 

 

Dakwah adalah berbagai kebenaran, karenanya ia tak boleh disimpan sendiri, gaes. Ketika kebenaran Islam tersebar, saat itulah kumpulan kebaikan akan melekat pada sebuah peradaban, dan menjadi corak kehidupan yang khas, yang tegak di atas nash Ilahi. Maka dipastikan masyarakat yang berdiri di atasnya, hidup dalam keberkahan.

 

 

Luar biasa kan peran kita? Dan jangan lupa, terus menjadi pribadi yang semakin baik. Setiap individu tentu memiliki keistimewaan dalam dirinya yang dapat dikembangkan, maka jadilah versi terbaikmu dan persembahkan itu untuk menjaga agama Allah. Sebagaimana dahulu kaum muslim menjadi polymath, yakni seseorang dengan keahlian yang banyak, yang mereka dedikasikan untuk kemuliaan Islam.

 

 

Kita pun begitu. Coba lihat dalam diri kita, kemampuan apa yang bisa kita olah. Seseorang yang senang sejarah, tentu akan piawai ketika menyampaikan sirah nabi. Seorang lulusan pesantren pastinya lebih lihai dengan keilmuan dasar Islam. Begitu pun seseorang yang memiliki kemampuan sebagai content creator, public speaking atau menulis, tentu akan berbeda lagi amanah dakwah yang harus mereka emban.

 

 

Semuanya itu akan tampak bernilai tatkala kita tergabung dalam kelompok dakwah ideologis. Langkah-langkah kita pun akan tertata. Target lebih mudah dicapai ketika seluruh peran berfungsi optimal, bersinergi dan bergerak simultan. Maka mewujudkan kebangkitan pemikiran (irtifaul fikr) di tengah umat, menjadi sebuah keniscayaan bagi remaja muslim.

 

 

Terus advokasikan pemikiran Islam pada teman-temanmu, gaes. Lakukan amr ma’ruf nahy munkar sebagai bentuk penjagaan kepada generasi muda. Sebab mereka pun harus memiliki pemikiran yang benar agar dapat memenangkan pertempuran (ghawzul fikr). Bersama-sama, menggalang persatuan di antara remaja muslim dengan ikatan akidah, akan melahirkan beragam aktivitas produktif.

 

 

Di situlah remaja akan membangun networking, gaes, yakni interaksi untuk menyampaikan Islam dan menyamakan pemahaman. Hingga remaja pun siap bergerak dan berubah, saat umat melangkah maju dengan visi global yakni kebangkitan Islam. Dengan seluruh tahapan ini maka kita pun akan sampai pada tujuan utama yang menjadi proyek besar bersama, yaitu meraih kembali predikat sebagai umat terbaik (khairu ummah).