Siswa Bebas Bertingkah, Guru Dilema dan Pasrah

Siswa-LenSaMediaNews

Oleh : Punky Purboyowati, S. S

 

LenSaMediaNews.Com–Viral di media sosial kasus murid merokok di kelas. Bedanya, di Banten guru yang memberi peringatan dipecat, sedang di Makasar hanya mendiamkan karena takut bermasalah.

 

Meski di Banten sudah berdamai, delik pelaporan dicabut orangtua murid dan guru kembali bertugas, namun tak urung masalah nir adab pada siswa didik kembali menarik perhatian, ada apa dengan dunia pendidikan kita? (suara.com, 18-10-2025).

 

Merokok bukan hanya menganggu kesehatan namun lebih pada kecanduan entah berupa dibakar atau elektrik. Menurut organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sedikitnya 15 juta remaja usia 13 – 15 tahun di seluruh dunia menggunakan rokok elektrik (vape). Data menunjukkan, remaja sembilan kali lebih mungkin menggunakan vape dibandingkan orang dewasa.

 

Laporan pertama WHO muncul di tengah tren penurunan konsumsi tembakau dunia. Jumlah pengguna tembakau menurun dari 1,38 miliar pada tahun 2000 menjadi 1,2 miliar pada tahun 2024. Namun WHO mengingatkan bahwa vape yang tanpa tembakau, justru menciptakan “gelombang baru kecanduan nikotin”. Etienne Krug dari WHO menyatakan produk ini membuat anak-anak mulai kecanduan nikotin sejak dini (rri.co.id, 7-10-2025).

 

Potret Krisis Akhlak Siswa

 

Sengkarut dunia pendidikan hari ini sungguh mengerikan sekaligus tamparan keras. Krisis akhlak menyelimuti siswa. Sikap tak sopan mulai dari cara berbicara, berbohong, melecehkan guru dan kenakalan lainnya. Padahal sekolah merupakan tempat menimba ilmu. Jika moral dan adab telah hilang, siapa yang akan dijadikan teladan?

 

Jika ditelusuri, problem kenakalan remaja diakibatkan oleh sistem aturan yang melahirkan akhlak yang rusak yaitu Sistem Kapitalisme sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Sistem ini melahirkan kebebasan, tak peduli merugikan orang lain atau tidak. Kebebasan merupakan hal yang dijunjungi tinggi.

 

Siswa merasa memiliki kebebasan bertindak di luar batas etika sementara guru merasa tak berdaya. Ketika guru ingin menegakkan kedisiplinan seringkali guru diadukan.

 

Ditambah negara lemah dalam pengawasan terhadap rokok sehingga berpeluang siswa bebas  mendapatkannya. Karena itu, betapa rumitnya posisi guru saat ini. Guru mengalami tekanan luar biasa.

 

Adanya ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa berakibat tergerusnya wibawa guru. Guru menegur namun berujung pada kekerasan. Padahal kekerasan pun tak dibenarkan. Butuh pemahaman komprehensif agar remaja sadar. Tindak kekerasan merupakan imbas dari sistem pendidikan yang berasaskan sekuler, mengabaikan nilai agama sehingga melahirkan pribadi yang rusak dalam perilaku.

 

Adapun guru yang merokok di lingkungan sekolah juga tidak dibenarkan. Merokok jelas mengganggu kenyamanan. Sekolah harus bebas dari perilaku tidak sehat. Guru merupakan cermin keteladanan bagi siswanya. Krisis akhlak butuh solusi agar tak menjamur. Dibutuhkan pendidikan yang menjadikan remaja paham siapa dirinya dan tujuan hidupnya agar tidak salah arah.

 

Islam Memuliakan Guru

 

Islam memiliki sistem pendidikan yang unggul dalam membentuk pribadi yang bersyakhsiyah Islam. Islam memuliakan guru dan memiliki aturan untuk melindungi guru. Sesungguhnya menegur dalam rangka amar makruf nahi munkar. Namun tak boleh dengan kekerasan. Hendaknya tabayun dahulu sebelum bertindak.

 

Sistem Kapitalis Sekuler mencetak pribadi yang sekuler, sehingga dipastikan gagal membentuk siswa yang bertakwa dan berakhlak mulia. Sistem ini memberi ruang kebebasan penuh tak memiliki standar baik dan buruk dalam agama. Padahal semestinya guru mentransfer ilmu sekaligus menjadi teladan kebaikan dan luasnya ilmu.

 

Terkait merokok, dalam fiqih Islam hukumnya mubah namun dilarang membahayakan diri dan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT. yang artinya, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. (TQS al-Baqarah:195).

 

Merokok selain pemborosan, juga  membahayakan kesehatan.  Seorang muslim dilarang zalim terhadap diri sendiri dan orang lain. Hendaknya muslim memiliki ilmu sebelum melakukan sesuatu agar berhati-hati.

 

Dibutuhkan peran negara untuk mengedukasi para remaja dan orang tua terhadap bahaya merokok dan mengalihkannya pada kebutuhan yang lebih urgen untuk keselamatan warga.

 

Kurikulum pendidikan Islam mampu mencetak generasi yang memiliki kesadaran tentang tujuan penciptaan manusia serta konsekuensi  atau pertanggungjawaban di akhirat. Sistem pendidikan Islam ,tidak hanya memahamkan siswa untuk memiliki prinsip yang benar tapi juga  bangkit menjadi generasi beriman dan teladan yang baik. Wallahu a’lam bisshowab. [LM/ry].