Solusi Dua Negara untuk Gaza, Perpanjang Penjajahan

Palestina-LenSaMediaNews

Oleh: Iliyyun Novifana

 

LenSaMediaNews.Com–Dalam Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di New York pada 23 September 2025 lalu, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dalam pidatonya bahwa Indonesia mendukung penuh solusi dua negara untuk penyelesaian konflik di Gaza.

 

Menurutnya perdamaian sejati hanya akan terwujud jika hak Palestina dan keamanan Israel diakui serta dijamin oleh komunitas internasional, tanpa kebencian dan tanpa kecurigaan (tribunnews.com, 24-9-2025).

 

Konflik di Gaza Hingga Saat ini Masih Terus Berlangsung

 

Konflik Palestina-Israel ini bukan konflik yang baru terjadi pada 7 Oktober 2023 lalu. Tetapi telah terjadi jauh-jauh hari yaitu sejak tahun 1948. Bermula dari kebaikan warga Palestina yang telah menampung orang-orang Yahudi yang terusir tak punya tempat tinggal.

 

Para Yahudi ini mereka diizinkan untuk tinggal di tanah kaum muslimin di bumi Baitul Maqdis. Namun kebaikan itu telah dibalas dengan air tuba. Zionis Yahudi ingin memiliki tanah kaum muslimin, ingin menguasai. Lalu terjadilah sejak saat itu penangkapan, penyerangan, pembunuhan, pengusiran terhadap warga Palestina hingga detik ini.

 

Kini semua mata dunia tertuju pada Gaza, Palestina. Banyak dukungan diberikan kepada Palestina untuk diakui kemerdekaannya. Namun Palestina tak butuh pengakuan dari dunia jika penyelesaian atas konflik ini dengan two nation state.

 

Sejak awal tanah itu memang milik Palestina. Lalu mengapa harus berbagi dengan para penjajah? Bukankah negeri ini, Indonesia, dalam sejarahnya tidak berbagi wilayah dengan para penjajah dulu? Lalu mengapa harus membagi 2 wilayah untuk Palestina dan Israel?

 

Peristiwa antara Palestina dan Israel ini jika digambarkan seperti perumpamaan pemilik rumah yang berbaik hati menerima tamu yang datang ke rumahnya, kemudian tiba-tiba sang tamu saking nyamannya sehingga ingin memiliki rumah si pemilik.

 

Berbagai cara dilakukannya agar rumah tadi menjadi miliknya kendati harus membunuh pemilik rumah. Lalu orang-orang yang berada di luar rumah itu dengan kepercayaan diri dan lantang memberikan solusi agar dibagi dua saja rumah tersebut. Secara logika hal ini sungguh tidak logis. Tidak ada yang ingin rumahnya dikuasai oleh para tamu. Jika tamu berbuat onar, tentu pemilik rumah akan mengusir tamu tersebut dari rumahnya.

 

Bukan malah membaginya menjadi dua. Oleh karena itu solusi dua negara ini bukan solusi hakiki, sebab tak menyentuh akar persoalan. Solusinya adalah dengan penjajah harus angkat kaki dari wilayah jajahannya.

 

Membuat para penjajah untuk angkat kaki dari suatu negeri, tidak bisa tidak harus ada yang namanya perlawanan terhadap penjajah. Israel memang sekelompok kecil orang jika dibandingkan dengan seluruh kaum muslimin di dunia. Namun pada faktanya meski segelintir orang mereka adalah anak emas negara adidaya saat ini.

 

Sokongan dari induk tak pernah berhenti. Sementara Gaza hanya berjuang sendiri. Tak ada negeri muslim yang mengirimkan pasukannya untuk membantu Palestina melawan penjajah. Hasbunallah wani’mal wakil.

 

Para pemimpin negeri-negeri muslim masih tersandra kepentingan kapitalis. Jumlah milyaran orang tetapi seperti buih dilautan dan terkena wahn. Negara dengan landasan demokrasi kapitalisme tak akan pernah mampu membebaskan Palestina, sebab ia terhalang oleh sekat-sekat nasionalisme penghalang persatuan umat. Palestina hanya akan bebas jika ada sosok-sosok seperti Umar bin Khattab serta Shalahuddin Al Ayyubi yang dengan kekuatan negara berjihad melawan penjajah.Wallahua’lam bishshowab. [LM/ry].