Sungguh Miris, Penistaan Al-Qur’an Berulang Lagi

Al-Qur'an-LenSaMedia

Oleh : Ida Lum’ah

Aktivis Muslimah Peradaban

 

LenSaMediaNews.Com–Aksi pembakaran Al-Qur’an di Texas Amerika Serikat memicu kecaman dari berbagai pihak. Tindakan itu dilakukan oleh Valentina Gomez,  kandidat kongres dari partai Republik yang mencalonkan diri untuk distrik ke-31 Texas pada 2026 mendatang.

 

Gomez mengunggah video pembakaran Al-Qur’an di platform x.  Dalam unggahannya, ia menyebut akan mengakhiri Islam di wilayah Texas. Pembakaran itu dijadikan bagian dari iklan kampanyenya Gomez, bahkan meminta dukungan publik agar dirinya terpilih sebagai anggota kongres Amerika Serikat (cnncindonesia.com, 28-8-2025).

 

Video tersebut muncul di tengah meningkatnya Islammofobia di berbagai belahan dunia termasuk Amerika Serikat. Kelompok advokasi muslim menilai ujaran kebencian dan insiden anti muslim terus meningkat terutama di kalangan politisi sayap kanan. Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah politisi dan kandidat partai Republik memang kerap menggunakan retorika anti muslim untuk menarik dukungan pemilih tertentu.

 

Aksi pembakaran Al-Qur’an itu jelas melukai umat Islam. Tindakan ini tidak bisa dipandang sebagai kasus  yang hanya terjadi satu kali saja. Penghinaan terhadap Islam seringkali melindungi dengan galih kebebasan berbicara.

 

Kebebasan dalam Sistem Demokrasi

 

Dalam Sistem Demokrasi,  kebebasan  sejatinya penuh standar ganda. Kritik atau pernyataan yang menyinggung kelompok tertentu bisa segera ditindak hukum. Namun ketika Islam yang dihina, tiba-tiba kebebasan berbicara dijadikan tameng.

 

Inilah bukti bahwa Demokrasi bukanlah sistem yang adil dan seringkali justru menjadi alat untuk menindas Islam. Sedangkan Islam menolak konsep kebebasan mutlak. Setiap ucapan dan perbuatan seorang muslim terikat pada hukum syariah. Karena pada akhirnya semua akan dihisap oleh Allah SWT di akhirat kelak. Tidak ada ruang untuk menista agama, karena hal itu termasuk perbuatan tercela yang dilarang syariah.

 

Penistaan al-Qur’an di Dalam Islam

 

Qodli Iyad Mengatakan “Barang siapa yang merendahkan Al-Qur’an atau terhadap mushaf sesuatu yang ada dalam Al-Qur’an atau mencela keduanya maka ia telah kafir”. berdasarkan ijma’ kaum muslim (Asy-Syifa Bi Tarif Huquq Al -Mustofa, juz 2 halaman: 110).

 

Imam as Syafi’i bahkan menegaskan jika perintah itu seorang kafir dzimmi atau kafir yang terikat dengan perjanjian dengan kaum muslim maka tindakannya membatalkan perjanjian tersebut. Jaminan keamanan baginya hilang. Dan dia dapat dijatuhi hukuman mati (Ash-shorim al-Maslul ala Syatim ar-Rasul halaman:13).

 

Sikap tegas terhadap penistaan agama sejatinya bukan hal baru dalam sejarah umat Islam. Khalifah Sultan Abdul Hamid II, pernah mengultimatum Inggris dan Perancis yang hendak mementaskan drama menghina Rasulullah SAW. Hingga akhirnya membatalkan pementasan tersebut.

 

Itulah teladan seorang pemimpin muslim sejati, sebagaimana yang diwajibkan Allah SWT. Sayangnya para pemimpin negeri muslim. Hari ini justru lebih sibuk menjaga hubungan diplomatik dengan negara-negara barat, ketimbang menjaga kehormatan Al-Qur’an.

 

Al-Qur’an dijaga kemurniannya langsung oleh Allah SWT. sebagaimana FirmanNya yang  artinya : “ Sungguh kamilah yang menurunkan Alquran dan sungguh kami benar-benar menjadi pemeliharanya” (TQS al-hijr:9).

 

Namun adanya penjagaan Allah ini, tidak boleh diartikan umat Islam diam saja melihat penistaan terhadap Al-Qur’an. Karena sesungguhnya makna Allah menjaga Al-Qur’an adalah  dengan menjadikan umat Islam  senantiasa mempelajari, memahami, memperjuangkan dan membelanya hingga menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk bernegara.

 

Oleh karena itu jika ada pihak yang menista Al-Qur’an. Umat Islam wajib menindak sanksi tegas. Sesuai syariat, pembelaan umat terhadap Al-Qur’an hanya mungkin terlaksana, bila umat Islam memiliki pemimpin, yang menjadi perisai mereka yakni Khilafah Islamiyah.

 

Sejarah membuktikan selama Khilafah tegak. Penghinaan terhadap Islam dan Al-Qur’an. Tidak pernah dibiarkan, justru para penista selalu ditindak tegas. Dan musuh-musuh Islam tidak berani berbuat semena-mena.

 

Hari ini absennya Khilafah membuat umat Islam bercerai-berai, dan lemah. Al-Qur’an bisa dihina,  Rasulullah SAW. bisa dilecehkan. Sementara negeri-negeri muslim hanya bisa mengecam tanpa tindakan nyata. Karena itu sudah saatnya umat Islam menyadari penjagaan Al-Qur-an dan kehormatan Islam secara kafah hanya bisa terwujud dengan kembalinya Khilafah sebagai perisai umat.

 

Namun Khilafah tidak akan tegak dengan sendirinya. Ia hanya akan terwujud melalui dakwah yang konsisten, terorganisir dan dilakukan bersama kelompok Islam ideologis. Yang menjadikan Islam sebagai asas perjuangan politik. Dengan dakwah yang berlandaskan pemikiran Islam umat akan memahami kewajiban, dan kepentingan hadirnya Khilafah Islamiyah di tengah mereka. Wallahu A’lam Bisshowab. [LM/ry].