Zaman Keemasan Islam Tidak Tercipta dalam Naungan Sekularisme

Oleh Elly Waluyo
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam
LensaMediaNews.com, Opini_ Sistem sekuler merupakan sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan dengan asas kebebasan dan tujuan utamanya adalah kesuksesan materi. Secara otomatis sistem pendidikan yang lahir di bawah naungannya pun akan berkutat pada keberhasilan yang bersifat materi seperti rangking atau IPK (indeks prestasi komulatif). Alih-alih mewujudkan peradaban Islam, sistem ini justru melahirkan individu yang jauh dari Islam.
Dalam sambutannya di acara Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional dan Internasional yang digelar di pesantren As’adiyah Wajo, Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa pondok pesantren adalah tonggak dan benteng terkuat dalam mengembalikan zaman keemasan peradaban Islam seperti pada masa Baitul Hikmah di Baghdad di bawah pemerintahan Islam Harun Al-Rasyid. Beliau berharap, melalui lima komponen dalam pesantren yakni masjid, kiai, santri, kekuatan dalam membaca kitab-kitab agama, dan pembiasaan yang terpelihara akan mampu menintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum sebagaimana yang dilakukan pada masa kejayaan keilmuan Islam. Pembatasan keilmuan para cendekiawan saat ini, menurut beliau merupakan imbas terjadinya pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum pada masa runtuhnya peradaban Islam. (https://kemenag.go.id :2 Oktober 2025)
Pondok pesantren berposisi strategis dalam melahirkan ulama dan santri pembangun peradaban, namun tujuan tersebut tak akan mungkin tercapai di bawah naungan pemerintahan sekuler. Sistem pendidikan yang diterapkan otomatis akan bertolak belakang dengan dasar dan tujuan pesantren. Sistem kufur yang memisahkan agama dengan kehidupan dan berasas liberal menitikberatkan kesuksesan materi akan merubah wajah pesantren dari pencetak ‘waratsatul anbiya’ menjadi duta budaya juga penggerak ekonomi mandiri yang sarat bau bisnis. Kewaspadaan tersebut haruslah disadari mengingat sistem kapitalisme penuh tipu muslihat dalam upaya mengokohkan ide-ide sekulernya kearah yang bertentangan dengan Islam melalui istilah Islam moderat (wasathiyah).
Kejayaan peradaban Islam hanya bisa diraih melalui penerapan Islam secara kaffah dalam segala sektor kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu sektor dalam mewujudkannya, di mana pesantren ada di dalamnya. Karena pada dasarnya setiap individu Muslim memiliki beban kewajiban untuk mewujudkannya. Peradaban Islam tidak akan terwujud dengan narasi atau melalui aspek pendidikan semata, namun membutuhkan perjuangan dakwah politik yang sesuai dengan syariat. Melalui perjuangan yang tidak kenal lelah maka pemikiran yang cemerlang, karya-karya fiqih yang monumental, dan penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia seperti kejayaan Islam dahulu akan dapat diraih. Berkaca pada sejarah Islam yang memperlihatkan bahwa kejayaaan Islam tidak diraih melalui kenyamanan dan kesenangan duniawi, tapi diraih ketika berani keluar dari zona aman demi melaksanakan perintah Allah. Setiap muslim harus menyadari kewajiban dakwah dan menjadikannya jalan hidup. Dakwah merupakan jalan penuh kesabaran dan memerlukan keteguhan hati, apalagi di tengah kondisi masyarakat yang saat ini buta terhadap hakikat ajaran Islam akibat ide sekuler yang menggiring pemahaman bahwa agama adalah urusan pribadi. Oleh karena itulah harus diteliti secara detail cara-cara membangun peradabannya dengan mempelajari asas, miqyas amal, makna kebahagiaan, gambaran, dan lain-lain. Perjuangan pun akan terarah dan dapat mewujudkan peradaban Islam yang hakiki.