Pengangguran Massal, Islam Solusi Tuntas

Pengangguran

Oleh Elsa Nurraeni

 

 

Lensamedianews.com, Opini – Pengangguran Indonesia terbanyak berdasarkan data dari IMF, dengan persentase tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2024 dibandingkan enam negara yang tergabung dalam ASEAN. Bukan hanya dari lulusan pencari kerja, kini lulusan sarjana dan diploma justru masuk dalam lingkaran pengangguran. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran per Februari 2025 kini mencapai 7,28 juta orang. Jumlah ini melonjak dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Fakta ini memperlihatkan adanya ketimpangan antara pertumbuhan ekonomi makro dan kondisi riil masyarakat pekerja. Tingginya angka pengangguran menunjukkan ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah tenaga siap kerja setiap tahunnya.

 

 

Anggota DPR RI yang juga Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyoroti tingginya angka pengangguran di Indonesia yang kian mengkhawatirkan. Bamsoet meminta para menteri ekonomi di kabinet untuk segera mengambil langkah konkret dalam menangani persoalan ini dan segera berkoordinasi dalam merancang program-program solutif yang dapat menahan laju peningkatan pengangguran. Namun kini negara abai ketika angkatan kerja baru terus bermunculan setiap tahun. ( DetikNews, 10/5/2025).

 

 

Ketersediaan lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan oleh sebuah negara. Di negeri ini sistem ekonomi kapitalisme begitu kuat. Negara selalu mengambil cara investasi, kapitalisasi dan privatisasi sebagai dasar merancang roda ekonomi termasuk menciptakan lapangan pekerjaan akibatnya penyerapan tenaga kerja bertumpu pada kebutuhan pasar industri. Pekerja dipandang sebagai faktor produksi yang biayanya bisa ditekan seminimal mungkin, sehingga ketika ekonomi global tidak stabil, industri down hingga collapse gelombang PHK tidak terhindarkan dan pengangguran meningkat. Belum lagi sumber daya alam yang dikuasai oleh asing yang niscaya melemahkan perekonomian rakyat, inilah yang menyebabkan angka pengangguran semakin tinggi. Sementara negara abai dari tugasnya untuk mengurus rakyat, negara kapitalistik hanya bertindak sebagai regulator yang mementingkan korporat.

 

 

Rakyat membutuhkan negara raa’in (pengurus rakyat), agar angka pengangguran turun bahkan sampai pada level tidak ada pengangguran.
Kehadiran negara raa’in akan mengurus rakyat dan tidak berlepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya termasuk membuka lapangan kerja secara luas. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan negara dalam menjalankan syariat. Rasulullah saw bersabda, “Seorang imam (Kepala Negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya”. (HR Bukhari)

 

 

Sistem ekonomi Islam memiliki berbagai sektor yang bisa menyerap tenaga kerja, sebab lapangan pekerjaan akan terbuka menyesuaikan kepentingan Islam dan kebutuhan rakyat bukan korporat. Apalagi Islam memiliki syariat yang mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah, jadi negara raa’in bertanggung jawab untuk terus menerus menyediakan lapangan pekerjaan. Sistem ekonomi Islam akan mengembangkan ekonomi sektor riil dibidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Berkembangnya sektor ini jelas membutuhkan tenaga terdidik dan terampil yang berkaitan dengan bidang tersebut. Ekonomi Islam memiliki regulasi kepemilikan yang khas terkait pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE).

 

 

Dalam Islam sumber daya alam dan energi dikelola oleh negara bukan pihak swasta apalagi asing, ini menjadikan sumber pendapatan negara melimpah sehingga mampu membangun negara tanpa bantuan utang atau investasi. Selain itu pengelolaan sumber daya alam dan energi yang mandiri menjadikan lapangan kerja terbuka secara lebar karena eksplorasi dan eksploitasi SDAE membutuhkan tenaga ahli dan terdidik dalam jumlah besar.

 

 

Walhasil kehadiran negara raa’in hanya bisa terwujud sepenuhnya dalam sebuah institusi bernama negara Islam yakni Daulah Khilafah yang akan menjamin kebutuhan dan menyediakan keperluan atas rakyatnya.
Wallahu ‘alam