Bahaya Lemahnya Generasi akibat Konten Merusak di Ruang Digital

Oleh Nadisah Khairiyah
LensaMediaNews.com, Opini_ Di layar-layar kecil yang menyala di tangan anak-anak kita, ada gelombang besar yang diam-diam menggerus keteguhan jiwa mereka.
Ia masuk perlahan, tanpa suara, tanpa izin dalam bentuk konten yang tampak biasa, tetapi mematikan dari dalam.
Allah mengingatkan, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan! Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh (manusia mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar.”
(TQS. An-Nur: 21)
Di ruang digital hari ini, langkah-langkah itu tidak lagi berupa bisikan. Ia hadir dalam bentuk algoritma, video pendek, iklan, dan notifikasi yang terus muncul tanpa jeda.
Fakta yang Harus Kita Tatap
Ruang digital kita dipenuhi konten yang merusak: pornografi, judi online, pinjol, cyberbullying, hingga propaganda moderasi agama.
Konten itu membentuk pola pikir, mengubah sikap, bahkan memengaruhi cara anak-anak beragama. Lahirlah generasi muslim yang rapuh menjadi dua pribadi: satu untuk dunia maya, satu untuk dunia nyata. Tanpa penjagaan, mereka tumbuh dalam kelelahan jiwa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang ia pimpin.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hari ini, tantangan terbesar kepemimpinan itu tidak lagi hanya hadir di dunia fisik, tetapi juga dalam dunia digital yang tak bertepi.
Teknologi Tanpa Penjaga, Generasi Tanpa Perisai
Kita tidak menolak kemajuan. Teknologi adalah nikmat Allah. Ia memudahkan, mempercepat, dan menghubungkan.
Tetapi ketika nikmat itu tidak dijaga, ia berubah menjadi bencana. Negara sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan berdiri tanpa visi penjagaan generasi.
Ia tak sanggup menciptakan ruang digital yang aman, karena pijakannya bukan wahyu, bukan penjagaan akhlak, bukan keselamatan iman.
Anak-anak pun dibiarkan berhadapan langsung dengan industri yang tak peduli pada masa depan mereka. Mereka ditempa oleh konten, bukan oleh nilai.
Dibimbing algoritma, bukan akhlak.
Ditemani layar, bukan keluarga. Inilah awal lahirnya kelelahan kolektif: generasi yang retak dari dalam.
Konstruksi Solusi: Negara yang Menjaga, Bukan Menonton
Dalam Islam, negara bukan sekadar pengatur administrasi. Negara adalah ra’in wa junnah pelindung dan perisai umat. Negara yang memiliki visi menyelamatkan generasi, bukan sekadar membiarkan mereka bertarung sendirian menghadapi dunia digital.
1. Melindungi rakyat di dunia nyata dan dunia digital
Khilafah memastikan seluruh kebijakan pendidikan, teknologi, budaya dibangun atas asas penjagaan akidah dan akhlak.
Allah berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(TQS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini memang ditujukan kepada para ayah, tetapi Allah tidak membiarkan mereka berjuang sendiri. Allah hadirkan masyarakat yang saling menolong, dan negara yang memimpin dan menjaga mereka.
2. Menyaring ketat konten merusak dengan teknologi terbaik
Khilafah menggunakan teknologi tercanggih untuk memfilter semua konten berbahaya.
Bukan setengah-setengah. Bukan sekadar imbauan moral. Tetapi sistem keamanan digital yang kokoh, seragam, dan berorientasi syariah. Ruang digital dijadikan medan pendidikan, pencerdasan, dan penguatan dakwah bukan tempat tumbuhnya kerusakan.
3. Penegakan syariat yang memutus akar kerusakan
Ketika syariat ditegakkan secara kaffah, seluruh industri yang menghasilkan konten merusak pornografi, perdagangan manusia, riba, perjudian, propaganda sekularisasi akan hilang dari akar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan…”
(HR. Muslim)
Di level negara, tangan itu adalah kekuasaan yang adil dan berdasarkan wahyu.
Akhirnya, kita harus berani jujur bahwa kerusakan ini tidak datang tiba-tiba.
Ia muncul karena satu hal besar telah hilang dari kehidupan kita: negara yang menjaga akal, iman, dan kehormatan manusia dengan syariat Allah.
Jika kita sungguh ingin menyelamatkan generasi, kita perlu lebih dari sekadar literasi digital, seminar parenting, atau kampanye moral sesaat. Kita butuh sistem yang memayungi, menenangkan, dan membersihkan
Khilafah yang menegakkan syariat Islam secara menyeluruh. Generasi hari ini berhak tumbuh dalam cahaya. Dan tugas kitalah memperjuangkannya.
