Cinta Berjilid-Jilid

Oleh Lulu Nugroho
Lensamedianews.com__ Massa Jabar telah tumpah ruah di jalan Diponegoro Kota Bandung, untuk aksi damai Bela Palestina pada Ahad, 2-2-2025. Sekitar 10.000 massa dari berbagai wilayah seperti Subang, Sumedang, Cimahi, Cirebon, Sukabumi dan Bandung sendiri, telah berkumpul menunjukkan kecintaan mereka terhadap sesama muslim.
Aksi Damai Forum Ulama, Tokoh dan Advokat Jawa Barat yang bertema “Rajab, Isra’ Mi’raj, dan Bebaskan Palestina (Gaza dan Al-Aqsha) berjalan dengan tertib. Ini menunjukkan bahwa ketika massa yang jumlahnya besar dikendalikan, dikoordinasi atau dimobilisasi dengan pengaturan yang baik, maka tidak akan terjadi kericuhan. Tidak ada campur baur peserta aksi (ikhtilat), kemacetan, bakar-bakar ban, atau tindakan menakut-nakuti pengguna jalan lainnya. Di penghujung acara pun setiap peserta melakukan operasi semut, menyisir sampah yang tercecer jalan raya.
Bahkan tak hanya di Jawa Barat, di beberapa titik kota besar lainnya, pun diadakan kegiatan serupa. Aksi diadakan untuk menyampaikan pada khalayak dan negara bahwa Palestina belum merdeka. Meski dunia telah merasa sedikit lega akibat solusi dua negara, namun sejatinya pertarungan belumlah usai.
Maka perlu upaya terus menerus menyadarkan umat akan perlunya merealisasikan solusi hakiki bagi Palestina, dengan dorongan spiritual, yaitu keimanan kepada Allah. Bukan karena alasan manfaat atau materi (jasadiyah).
Dari Anas bin Malik (90 H) dari Nabi saw. Beliau bersabda, “Tiga perkara yang apabila ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: “Menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya; jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka” HR Bukhari (w. 194-256 H)
Ini adalah aksi kedua. Sebelumnya aksi damai Bela Palestina jilid 1 telah berlangsung beberapa bulan sebelumnya. Sebagian masyarakat mungkin bertanya, mau berapa jilid lagi aksi tersebut diadakan. Jawabannya, tentu akan berjilid-jilid, selama Palestina belum merdeka, kaum muslim akan terus menyuarakan solusi hakiki bagi Palestina yaitu jihad dan Khilafah.
Kedua hal tersebut merupakan perkara penting dalam Islam. Ketika musuh merusak kehidupan kaum muslim, maka perlu kekuatan seimbang untuk menghancurkannya. Solusi jihad ini hanya dapat terwujud melalui kepemimpinan yang satu yakni Khilafah. Saat ini dua hal tadi belum terealisasi. Palestina masih terbelenggu solusi dua negara yang senantiasa digadang-gadang para pemimpin negeri muslim termasuk lembaga dunia PBB.
Hingga akhirnya penderitaan mereka tak segera tuntas sebab para pemimpin hanya sibuk di meja perundingan. Umat pun masih tersekat-sekat dengan garis maya nation state, yang meluruhkan ikatan akidah dan meluluhlantakkan kepribadian muslim yang sejatinya mereka adalah khairu ummah. Maka wajar jika saat ini sulit menemukan pribadi Islam yang benar. Sekularisme telah mencerabut kehidupan Islam.
Palestina kini berjuang sendirian, tanpa pemimpin yang mampu menjadi perisai. Maka kita tidak boleh melupakannya, apalagi mengabaikan mereka. Kecintaan kita harus senantiasa ditumbuhsuburkan dengan ruh Islam. Inilah wujud keimanan. Sesama orang beriman akan merasakan senasib sepenanggungan.
Maka tak akan dijumpai bendera Palestina dalam aksi tersebut. Tetapi Bendera Ar-Rayah dan Al-Liwa yang dikibarkan, sebagai penanda bahwa kaum muslim adalah ummatan wahidatan, umat yang satu. Bendera itulah yang menjadi simbol persatuan kaum muslim dari Timur ke Barat, serta membebaskan negeri-negeri yang terjajah.
Khilafah adalah kewajiban bagi umat Islam untuk menegakkannya, sekaligus janji Allah SWT (wa’dullah) dan kabar gembira (bisyarah) Rasulullah ﷺ. Seluruh kaum muslim wajib menegakkannya. Sebab Khilafah akan melindungi umat dari berbagai mara bahaya yang akan menjauhkannya dari Islam, pun akan mengatur kehidupan kaum muslim dengan sebaik-baik pengaturan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
“Sesungguhnya, imam (pemimpin) itu adalah pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Dia berperang di depan mereka dan melindungi mereka dari bahaya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Palestina dan Baitul Maqdis belum merdeka, ia masih berada dalam cengkeraman penjajahan. Bahkan entitas Zionis pun masih semena-mena melanggar perjanjian. Tak sedikit kaum muslim yang meregang nyawa, dan tewas meski telah disepakati gencatan senjata. Di masa-masa sebelumnya, Yahudi kerapkali melanggar janji. Mereka hanya mengenal bahasa perang, sehingga tak perlu lagi diadakan diplomasi. Mereka pun mengingkari ajaran para nabi. Sungguh telah terputus tali keimanan di antara mereka.
Aksi damai ini adalah bentuk kepedulian dan kecintaan kita terhadap sesama muslim. Cinta yang berjilid-jilid dan akan terus tumbuh sepanjang hayat di kandung badan. Tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Cinta yang terikat oleh akidah semata.
Menasehati penguasa (muhasabah lil hukam) merupakan kewajiban rakyat. Sedangkan kewajiban penguasa adalah mengelola urusan umat, melindungi dan menyelesaikan urusan mereka dengan menggunakan hukum Allah SWT. Tsumma takuunu khilaafatan ala minhajin nubuwwah.

