Gaza di Tengah Derita, Dunia Masih Bilang “Baik-Baik Saja”

Gaza-LenSaMediaNews

Oleh: Isyana

Aktivis Muslimah RAGB Bandung

LenSaMediaNews.Com–Musim dingin kembali menerjang Gaza, membawa dampak serius bagi ribuan warga yang hingga kini masih tinggal di tenda pengungsian. Tenda-tenda yang selama ini menjadi tempat berlindung warga tidak mampu menahan hujan pertama musim dingin.

 

Banjir merendam kawasan pengungsian, merobek dan merobohkan ratusan tenda hingga berubah menjadi genangan lumpur. Kondisi ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sejak lama berada pada titik kritis.

 

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) terus meminta Israel membuka akses masuknya perlengkapan hunian darurat ke Jalur Gaza (Antaranew.com. 16-10-2025). Namun Israel tetap memblokir bantuan tersebut, mengingkari kewajiban yang semestinya dipenuhi berdasarkan gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober lalu.

 

Sejak dimulainya gencatan senjata, sedikitnya 260 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia, sementara lebih dari 630 lainnya mengalami luka-luka (abc.net.au, 15-11-2025). Fakta ini menunjukkan bahwa penghentian sementara operasi militer tidak serta merta menghadirkan keamanan maupun perbaikan kondisi kemanusiaan.

 

Perkembangan tersebut mengungkapkan realitas bahwa gencatan senjata bukanlah solusi fundamental, karena akar persoalan yang dihadapi Gaza tidak terbatas pada konflik bersenjata, melainkan pada struktur penjajahan yang terus berlangsung. Selama status penjajahan tidak diakhiri, warga Gaza akan terus tersiksa oleh pengepungan, blokade, dan perampasan hak-haknya.

 

Ironisnya, sebagian masyarakat global tergiring pada persepsi bahwa situasi di Gaza telah membaik hanya karena berkurangnya intensitas serangan udara. Padahal kenyataannya, krisis justru semakin memburuk. Fasilitas kesehatan dibatasi, bantuan kemanusiaan diblokir, dan warga hidup di bawah ancaman kelaparan serta cuaca ekstrem.

 

Sementara itu, dunia yang berada di bawah pengaruh kuat negara-negara besar seperti Amerika Serikat, yang notabenenya merupakan sekutu utama Israel, terus mempertahankan pendekatan yang tidak menyentuh akar persoalan, bahkan tidak jarang mereka mengalihkan perhatian global dengan isu-isu lain yang tidak sebanding urgensinya dengan krisis penjajahan di Gaza.

 

Fakta-fakta tersebut menegaskan bahwa pendekatan dan “solusi” yang ditawarkan negara-negara Barat selama puluhan tahun tidak pernah menghasilkan penyelesaian yang komprehensif. Mereka hanya meredam konflik tanpa menghapus ketidakadilan yang melatari konflik itu sendiri.

 

Tragedi kemanusiaan yang terus berulang ini semakin memperjelas bahwa Palestina membutuhkan solusi yang hakiki, bukan solusi  sekadar meredakan penderitaan. Pertanyaan besar yang muncul kemudian adalah: apa solusi hakiki itu? Perlawanan sebagian kelompok masyarakat tidak memadai untuk menghadapi kekuatan negara yang menjalankan penjajahan, karena penjajahan atas sebuah negara memerlukan perlawanan yang setara, atau bahkan lebih kuat, di tingkat negara.

 

Daulah Islam di bawah naungan Khilafah diyakini dapat berperan sebagai entitas politik yang mempersatukan umat Islam secara global serta menjadi junnah (perisai) yang mampu memberikan perlindungan kolektif dan menghapus berbagai bentuk penjajahan.

 

Sayangnya, umat muslim hari ini banyak yang masih asing dengan konsep Khilafah. Narasi dan ide-ide yang berkembang dari dunia Barat selama beberapa dekade telah mendorong opini bahwa daulah Islam mustahil berdiri di era modern.

 

Padahal sejarah justru menunjukkan bahwa Daulah Islam pernah berdiri tegak dan berfungsi efektif selama lebih dari tiga belas abad, memberikan keamanan dan kesejahteraan tidak hanya kepada umat muslim, tetapi juga kepada komunitas non-muslim yang berada di wilayahnya.

 

Karena itu, perubahan tidak akan datang dengan sendirinya. Diperlukan kesadaran politik umat, keberanian untuk kembali melihat sejarahnya, dan tekad untuk memperjuangkan solusi yang benar-benar mampu menghapus penjajahan, bukan sekadar menjedanya.

 

Dakwah ideologis yang menekankan pentingnya keadilan, tanggung jawab, dan persatuan umat menjadi kunci untuk membangkitkan kembali pemahaman ini. Gaza tidak hanya membutuhkan simpati, Gaza membutuhkan perlindungan nyata, perlindungan yang hanya dapat diberikan oleh kekuatan politik yang bersatu dan berlandaskan prinsip Islam.

 

Inilah saatnya umat kembali menimbang solusi hakiki: jihad dan Khilafah sebagai perisai yang mampu mengakhiri tragedi penjajahan yang telah berlangsung terlalu lama. Wallahua’lam bishowab. [LM/ry].