Generasi Muda, Korban Kriris Tenaga Kerja Global

Oleh: Sunarti
LenSaMediaNews.Com–Saat ini dunia sedang berada dalam bayangan persoalan yang serius pada sektor ketenagakerjaan, pun di sejumlah negara besar mengalami lonjakan angka pengangguran.
Satu hal yang membuktikan rapuhnya pemulihan ekonomi global, di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga ketidakpastian politik. Dikutip dari laman CNBC Indonesia, 29 Agustus 2025, kondisi di atas menekan daya beli masyarakat dan membawa dampak sosial dan politik yang luas karena kesempatan kerja semakin terbatas, ketidakstabilan di berbagai negara bisa saja terpicu.
Memang di Indonesia kondisi saat ini angka pengangguran turun secara nasional, namun generasi muda yang mendominasi angka penganggurannya.
Dominasi Sistem Ekonomi Kapitalistik
Tidak bisa dipungkiri pengaruh Sistem Ekonomi Kapitalis yang dominan menjadi penyebab utama berbagai persoalan di dunia. Salah satunya adalah gagalnya negara-negara menyediakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda.
Bahkan di China, Sumber daya manusia yang dicetak oleh negara untuk siap kerja, ternyata hanya pura-pura kerja, kerja tanpa digaji; dan semua dilakukan oleh mereka semata demi dianggap kerja. Bagaimana kehidupan mereka bisa sejahtera jika tanpa penghasilan? Ini bukti nyata bahwa kapitalisme gagal mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kesenjangan konsentrasi kekayaan dunia juga menjadi penyebab tingginya pengangguran. Tak beda di Indonesia. Sudah jamak diketahui bahwa di Indonesia, ketimpangan kekayaan sangat nyata. Kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia.
Negara yang berlepas tangan dari tugasnya dalam menyediakan lapangan pekerjaan menambah tingginya angka pengangguran. Dunia industri yang mengalami badai PHK juga mempengaruhi upaya pemerintah dalam menyiapkan tenaga siap kerja. Pemerintah mengadakan job fair, pembukaan sekolah serta sekolah vokasi juga tidak serta merta membuat lulusannya untuk mencari kerja.
Rekonstruksi Mendasar Harus Ditempuh
Saat ini dunia masih berpegang teguh pada sistem buatan manusia yaitu Kapitalisme. Dunia Barat, terutama Amerika Serikat masih menancapkan hegemoninya melalui sistem rusak dan merusak ini. Indonesia, tidak luput dari dominasi Kapitalisme dunia. Sudah seharusnya perubahan mendasar dilakukan.
Masyarakat muslim seluruh dunia hendaknya membaca dan mencerna kembali Islam yang tidak sekedar agama. Karena di dalamnya, Islam memiliki seperangkat aturan yang lengkap dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan. Mulai dari urusan rumah tangga hingga urusan negara. Mulai dari akidah, muamalah, hingga uqubat (sistem sanksi).
Dalam Islam, penguasa adalah pelindung dan pengayom, juga mengurus urusan rakyat. Dengan kata lain pemimpin dalam negara Islam, yaitu Khalifah, berperan sebagai ra’in atau mengurus urusan umat, termasuk dalam urusan pekerjaan.
Karena pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan hajat hidup dan pemenuhan nafkah dalam keluarga, sudah selayaknya negara memfasilitasi rakyat agar memiliki pekerjaan. Melalui kebijakan-kebijakan dalam bidang ekonomi, pendidikan, bantuan langsung berupa modal ataupun pemberian tanah, intinya negara mengutamakan kepentingan rakyat.
Sebut saja dalam bidang ekonomi. Negara menerapkan Sistem Ekonomi Islam yang menjadikan kekayaan dunia terdistribusi secara adil dan tidak terkonsentrasi pada segelintir pihak. Pengelolaan sumber daya alam yang merupakan kekayaan milik umum, dikelola oleh negara, kemudian disalurkan kepada rakyat untuk kemakmuran. Pihak swasta, apalagi pihak asing tidak diperkenankan untuk mengelola sumber daya alam tersebut.
Dalam bidang pendidikan, negara juga menerapkan sistem pendidikan dengan kurikulum berbasis Islam. Sistem pendidikan ala Islam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter Islam dan memiliki keahlian dalam berbagai bidang.
Jiwa amanah dicetak melalui Sistem Pendidikan Islam menjadi kepribadian muslim yang taat pada Rabb Semesta Alam. Sehingga output pendidikan tidak hanya mempu bekerja sesuai ahlinya, namu juga bertanggung jawab terhadap amanah yang diembannya, baik kepada dirinya, keluarga, masyarakat dan negara.
Memang sudah waktunya kita semua berfikir untuk merubah pola pikir masyarakat menuju pemikiran Islam yang ideologis. Islam sebagai pondasi hidup tidak hanya sebatas ibadah, namun juga mengatur seluruh kehidupan manusia.
Dampak kebaikannya tidak hanya bagi umat muslim, tapi juga pada non muslim. Pasalnya, dalam negara yang menerapkan sistem Islam, setiap warga negara memiliki hak yang sama atas ri’ayah negara. Termasuk dalam urusan pekerjaan. Dan rekonstruksi mendasar ini harus dipikirkan bersama guna memperbaiki eberbagai kerusakan.
Perbaikan secara menyeluruh di berbagai belahan dunia dengan solusi mendasar yakni penerapan sistem Islam dalam kehidupan. Wallahu alam bisawwab. [LM/ry].
