Harga Beras SPHP Jalan Swasembada Pangan?

Oleh : Nisfah Khoirotun Khisan
LenSaMediaNews.Com–Baru-baru ini Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian saat memimpin rakor inflasi di kantor kementerian dalam negeri, meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) fokus menstabilkan harga beras di 214 kabupaten/kota yang naik di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (Kumparan.com, 2-9-2025).
Selain diberikan kepada Bapanas, data 214 kabupaten/kota itu juga akan diberikan kepada Perum Bulog, agar program pemerintah untuk stabilisasi harga pangan bisa lebih fokus pelaksanaanya. Sementara ini instrumen pemerintah untuk meredam tingginya harga beras dengan cara membanjiri beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga bansos beras 10 kg di pasar.
Tito menilai langkah mengguyur pasar dengan SPHP efektif menekan harga beras di sejumlah daerah menurun. Dengan demikian ada peningkatan jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan harga beras.
Swasembada Pangan Jauh dari Harapan
Beras yang merupakan makanan pokok di Indonesia nyatanya, harganya masih mahal dirasakan oleh rakyat, padahal Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil padi terbesar di dunia, tetapi ironinya, pemerintah masih belum mampu untuk menyediakan kebutuhan pangan rakyat dengan murah dan mudah.
Indonesia sendiri membutuhkan impor beras karena sulit untuk mencapai swasembada pangan di negeri sendiri. Terlebih jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dan mereka butuh beras. Impor beras diambil menjadi solusi pragmatis persoalan beras dan ketahanan pangan di dalam negeri. Bahkan cenderung menjadi cara praktis mendapatkan keuntungan sejumlah oknum yang bermain dalam import beras ini.
Dalam Sistem Kapitalisme memang urusan rakyat tidak pernah menjadi prioritas penguasa, mereka hanya akan mengurusi rakyat jika ada nilai keuntungan disana. Alih-alih mengurusi rakyat, pemerintah cenderung lebih mementingkan keuntungan dalam menyediakan beras yang murah dan berkualitas bagi rakyatnya.
Alhasil swasembada pangan dalam negeri semakin jauh dari harapan. Seharusnya negara berusaha untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan dengan berbagai langkah solutif dan antispasif.
Termasuk menyediakan lahan pertanian di tengah banyaknya alih fungsi lahan, berkurangnya jumlah petani dan makin sulitnya petani mempertahankan tanahnya karena alih fungsi lahan, disisi lain harga gabah dari petani seringkali dihargai murah dinegeri sendiri, ditambah adanya impor beras ditengah panen raya membuat petani seperti mati di negeri sendiri.
Islam Solusi Swasembada Pangan
Ketahanan pangan dalam Sistem Islam berfokus pada pemenuhan kebutuhan pangan secara berkelanjutan dan adil sesuai syariat Islam. Negara wajib bertanggung jawab untuk memastikan setiap individu mendapatkan kebutuhan pokoknya, termasuk pangan.
Swasembada pangan dalam Islam mewajibkan negara untuk mengurus kebutuhan pangan rakyat, mulai dari masalah produksi hingga distribusi yang merata, dengan kebijakan yang berorientasi pada kemandirian dan kedaulatan pangan bukan hanya target tetapi juga amanat syariat.
Islam mewajibkan negara untuk mengurus pangan melalui berbagai kebijakan, seperti membangun infrastruktur, mendukung kepemilikan lahan, dan mencegah alih fungsi lahan pertanian. Kewajiban ini sesuai sabda Rasulullah Saw., ” Imam/Khalifah adalah penggembala (raa’in), dan dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejarah di masa Kekhilafahan berjaya , kebijakan pertanian didasarkan pada syariat, dengan fokus pada peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, serta membangun infrastruktur pertanian. Dengan demikian kebutuhan pangan dalam negeri terpenuhi dan swasembada pangan dalam negeri dapat terealisasi dengan baik dan amanah.
Hari ini ketika kesulitan semakin meningkat, padahal solusi begitu dekat dalam keseharian kaum muslim, yaitu syariat Allah, sudah seharusnya ada perjuangan dakwah ke arah pembentukan kesadaran politik bersama jamaah dakwah idiologis, bahwa Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah rutin para pemeluknya tapi juga solusi hakiki bagi semua persoalan manusia. Wallahualam bissawab. [LM/ry].
