Kasus Raya, akibat Abainya Negara dalam Mengurusi Rakyat?

Kasus Raya_Opini_LenSa_20250905_150820_0000

Oleh: Zhiya Kelana, S.Kom

 

LenSaMediaNews.com__ Sosmed dihebohkan dengan kasus Raya seorang Balita berusia 4 tahun yang terinfeksi ribuan cacing gelang di tubuhnya. Berita ini viral setelah ia dirawat selama 9 hari di RSUD Syamsuddin Sukabumi, kemudian meninggal karena terlambat ditangani, sehingga cacing tersebut sudah mencapai organ vitalnya.

 

Diketahui bahwa Raya dan keluarganya tinggal di tempat yang tidak layak di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Tepatnya, rumah panggung yang di bawahnya terdapat kandang ayam, tempatnya bermain. Dan kondisi keluarganya juga tidak sehat, dengan ayah (Udin 32 tahun) dalam kondisi sakit dan ibu (Endah 38 tahun) berstatus ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).

 

Mencuatnya kasus Raya mendapat respon dari penjabat publik di daerah tempat tinggalnya, dengan ancaman akan memberikan sanksi kepada para aparat desa yang dianggap lalai kepada warga, dan tidak melaporkannya (Tribunnews.com, 21-08-2025).

 

Kasus ini adalah salah satu bukti bahwa anak-anak belum mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan yang baik. Padahal ini adalah tanggung jawab negara, namun rakyat miskin masih sulit mengaksesnya. Sementara, untuk mengakses kesehatan masyarakat harus membayar BPJS, itu pun bukan dengan fasilitas terbaiknya. Belum lagi penanganan yang diberikan seolah hanya ala kadarnya saja. Dengan kerumitan prosedur administrasi hingga perawatan yang tak sesuai harapan.

 

Ketika negara mengabaikan urusan rakyatnya, ini mengisyaratkan bahwa negara tidak bisa melindungi mereka, terutama warga miskin. Bahkan dalam kasus Raya, mereka tetap harus membayar tunggakan yang bernilai puluhan juta rupiah, meski korban meninggal.

 

Rakyat dibiarkan hidup dalam lingkungan yang tidak sehat, kondisinya sulit dan tidak layak. Tak jarang kita melihat sendiri bahwa masyarakat tinggal di daerah yang kumuh, pinggiran sungai, kolong jembatan atau trotoar. Hal ini terus dibiarkan tanpa ada solusi dari pemerintah. Kondisi ini merupakan dampak buruk dari penerapan sistem kapitalisme.

 

Ini tampak berbeda dengan mereka yang punya peluang, dengan mudahnya dapat mengakses kesehatan yang layak, sedangkan rakyat kecil yang tidak mampu membayar, diabaikan.

 

Dalam Islam, kesehatan merupakan tanggung jawab negara. Karena itu negara wajib menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya dan menyantuni yang lemah. Sebab Islam memandang kesehatan adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan rakyat. Negara harus memenuhinya bagi semua kalangan, baik kaya maupun miskin.

 

Kondisi sosial masyarakatnya pun terjaga di dalam Islam. Kepedulian di antara masyarakatnya akan terbangun sehingga seorang muslim tidak akan membiarkan tetangga atau saudaranya berada dalam kesulitan, mereka akan bersegera untuk menolongnya. Hubungan ini terbangun karena akidah Islam yang kokoh.

 

Negara wajib memberikan fasilitas terbaik untuk kesehatan secara cuma-cuma. Sehingga semua kalangan mudah mengaksesnya. Sebagaimana dulu pernah dicontohkan pada masa Kekhilafahan Umar bin Khattab. Beliau pernah mengirimkan seorang dokter untuk mengobati rakyatnya. Rasulullah SAW sendiri juga pernah dihadiahi seorang dokter pribadi, lalu Rasulullah SAW memintanya untuk mengobati masyarakat.

 

Maka dibutuhkan seorang pemimpin, seperti Rasulullah SAW dan para khalifah, yang akan mengutamakan rakyatnya. “Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung”. (HR. Muslim)

 

Hadis tersebut adalah dasar bagi pemahaman tentang kewajiban penting bagi kaum Muslim. Yakni untuk memiliki seorang pemimpin yang akan melindungi kepentingan dan keselamatan mereka. Tanpa adanya institusi Khilafah, umat Islam akan rentan dari berbagai ancaman yang dapat melemahkan akidah dan menghalangi penerapan syariat.

 

Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin, dan sepeninggalannya ada banyak para khalifah yang telah membawa Islam kepada sebuah era baru. Mereka berhasil membuat Barat cemburu. Bahkan dari kesuksesannya, lahirlah para tokoh Islam terkemuka.

 

Peradaban ini mungkin saja bisa diulang kembali, jika umat sadar betapa pentingnya Islam untuk ditegakkan kembali. Karena tanpa Islam, kita sudah begitu jauh dari kesejahteraan yang awalnya dijanjikan oleh pemerintah. Pil pahit yang harus kita telan saat ini karena hidup di sistem kapitalis.

 

Kasus seperti Raya dan orangtuanya, yang telantar, sangat mungkin terjadi. Sulit berharap sejahtera dari sistem kehidupan yang tidak bersandar pada Allah SWT. Saatnya kita kembali kepada Islam. Wallahu a’lam bish-shawwab. [LM/Ss]