Krisis Tenaga Kerja Global,  Kapitalisme Gagal

TenagaKerja1-LenSaMedia

Oleh : Dinar Rizki Alfianisa

 

LenSaMediaNews.Com–Dunia saat ini sedang mengalami krisis ketenagakerjaan. Di sejumlah negara besar seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat dan China mengalami lonjakan angka pengangguran. Bahkan, di China muncul fenomena pura-pura kerja dan kerja tanpa digaji, semata demi dianggap kerja.

 

Situasi krisis ini menunjukkan rapuhnya pemulihan ekonomi global, di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga ketidakpastian politik. Bukan hanya menekan daya beli masyarakat, namun juga membawa dampak sosial dan politik yang luas. Ketidakstabilan negara bisa terpicu ketika kesempatan kerja semakin terbatas.

 

Sementara di Indonesia, meski secara nasional angka pengangguran turun, generasi muda mendominasi pengangguran. Berdasarkan Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) yang diadakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik),  Februari 2025, dominasi pengangguran usia muda berusia 15-24 tahun menyumbang separuh dari angka pengangguran nasional yakni 48,77 persen (cnbcindonesia.com, 30-08-2025)

 

Kapitalisme Gagal Mewujudkan Kesejahteraan

 

Sistem Ekonomi Kapitalisme yang mendominasi dunia hari ini telah gagal dalam menyediakan lapangan kerja. Tidak heran jika kesejahteraan pun jauh untuk bisa diwujudkan. Kesenjangan sosial sangat tampak di negara-negara yang menganut sistem ini.

 

Negara China memiliki kesenjangan kekayaan yang cukup besar. Menurut Database Ketimpangan Dunia, pada tahun 2018, 10 persen orang terkaya di negara itu memperoleh 41 persen pendapatan, sedangkan 50 persen populasi termiskin hanya memperoleh 14,4 persen dari total pendapatan.

 

Di Amerika Serikat, Institut Hudson menyebut, pada 2017 sebanyak 5 persen rumah tangga paling kaya di AS memiliki harta sebesar 91 kali lipat dibandingkan keluarga kelas menengah.

 

Sementara di Indonesia, Center of Economic and Law Studies (Celios) merilis laporan pada September 2024, kekayaan 50 orang terkaya setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia. Sementara di September 2025, total kekayaan 50 orang triliuner Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat hanya dalam enam tahun. Lima puluh orang terkaya Indonesia itu memiliki harta total Rp4.857 triliun.

 

Lebarnya jurang kesenjangan sosial yang terjadi, adalah sesuatu hal yang wajar bahkan keniscayaan dalam sistem ini. Sistem Ekonomi Kapitalisme menjadikan hanya para pemilik modal besarlah yang mampu menguasai pasar.

 

Pengangguran bukan hanya soal “malas bekerja”, namun hari ini pengangguran ada karena faktor struktural dalam penerapan sistem. Pertama, perusahaan-perusahaan dengan modal besar adalah penguasa pasar. Hal ini menyebabkan para pengusaha kecil yang tidak mampu bersaing banyak yang gulung tikar. Alhasil badai PHK terjadi yang berdampak pada semakin sempitnya lapangan pekerjaan.

 

Kedua, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh negara seringkali hanya menguntungkan para pemilik modal bukan pekerja. Misalnya, menetapkan upah minimum rendah di bawah kebutuhan hidup layak, sistem outsourcing dan kontrak, privatisasi BUMN, kebijakan pro-investor serta lemahnya perlindungan terhadap para pekerja.

 

Ketiga, akses pendidikan berbiaya tinggi dan berkualitas hanya mampu diakses oleh orang kaya. Pasar tenaga kerja lebih banyak menyerap tenaga-tenaga terampil dan berpendidikan tinggi. Mereka yang tidak mampu mengakses pendidikan tinggi akan tersisih dari pasar kerja, atau kalau ada hanya sebagian kecil saja dan sisanya jadi pengangguran.

 

Selama Sistem Kapitalisme masih mendominasi dunia, termasuk Indonesia, pengangguran masih akan menjadi masalah yang tak dapat terselesaikan.

 

Islam Solusi Paripurna

 

Dalam Islam, negara berperan sebagai raa’in yaitu mengurusi rakyatnya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup termasuk mendapatkan pekerjaan. Negara akan memfasilitasi rakyat dengan pendidikan yang berkualitas, bantuan modal, industrialisasi, pemberian lahan dan lainnya agar setiap penanggung nafkah bisa memenuhi kewajibannya.

 

Negara akan membuat kebijakan sesuai syariat Islam untuk memberikan rasa keadilan bagi semua pihak, baik perusahaan maupun pekerja. Dengan sistem ekonomi Islam menjadikan kekayaan dunia terdistribusi secara adil, tidak terkonsentrasi pada segelintir pihak. Kekayaan alam adalah harta milik umum yang tidak boleh dikuasai oleh siapapun. Negara bertugas mengelolanya untuk kepentingan umum.

 

Sistem Pendidikan Islam akan mencetak individu berkepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap Islam. Negara dalam Islam akan memfasilitasi setiap rakyatnya tanpa terkecuali untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sehingga SDM yang dihasilkan siap untuk bekerja serta memiliki keahlian di bidangnya.

 

Dengan diterapkannya Islam secara sempurna maka bukan hal yang mustahil jika masalah pengangguran dapat terselesaikan. Wallahualam. [LM/ry].