Meneladani Kehidupan Rasulullah dari Kitab Al-Barzanji

Oleh : Muflihatul Chusnia
LenSaMediaNews.Com–“Wahai Nabi, semoga keselamatan atasmu Wahai Rasul semoga keselamatan atasmu
Wahai kekasih, semoga keselamatan atasmu
Rahmat Allah terlimpah atasmu
Telah terbit bulan purnama atas kita
Karenamu suramlah purnama lainnya
Seindah wajahmu tak pernah kami melihatnya.
Sama sekali wahai yang berwajah gembira”.
Itulah arti sebagian dari shalawat yang ada di dalam kitab Al-Barzanji. Isinya mengagungkan dan memuliakan Rasulullah, juga menceritakan kisah kehidupan Rasulullah dari segala aspek. Kitab tersebut ditulis oleh seorang Mufti Madinah yang bernama Sayyid Ja’far bin Hasan Al-Barzanji dalam bentuk nazham dan narasi bersajak.
Kitab Al-Barzanji selalu dibaca ketika memperingati kelahiran Rasulullah Saw. Namun sayang, banyak masyarakat yang belum faham arti dari pada syair-syairnya. Sehingga setelah membaca pun tidak mampu memberi pengaruh apapun dalam kehidupan.
Padahal tujuan disusunnya kitab Al-Barzanji tersebut tidak lain adalah untuk meneladani kehidupan Rasulullah dan dengan mengagungkan Nabi, bermaksud menstimulasi rasa cinta kepada Nabi, karena mencintai dan mengagungkan Nabi adalah konsekuensi dari pada keimanan.
Salah satu kutipan syair dari Al-Barzanji adalah, “ Berbahagialah orang yang puncak tujuannya adalah mengagungkan Nabi Muhammad saw”.
Sehingga dalam setiap peringatan Maulid Nabi ada orientasi besar yang harus kita muhasabahi terkait kehidupan Nabi. Menjadikan nabi sebagai role model seluruh umat Islam. Bukan hanya mengharapkan syafaat ketika membaca shalawat.
Namun lebih dari itu yakni mencintai dengan bukti ketaatan maksimal. Mengikuti jejak beliau dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari ibadah, akidah, akhlak, dan pemerintahan seperti ekonomi, sosial, peradilan hingga pada perjuangan beliau dalam menerapkan syariat Islam secara kafah.
Sebagaimana Allah berfirman yang artinya,“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah”. (TQS An-Nisa:40).
Rasulullah Saw bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku (Rasulullah ) Dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. Al- Qhadi Iyadh berkata : Tanda cinta kepada Nabi adalah meneladaninya , mengamalkan sunahnya dan mengikuti semua perintah dan menjauhi semua larangannya.
Dan Imam Nawawi juga menegaskan bahwa cinta yang dimaksud adalah cinta yang mendorong untuk taat secara totalitas dan mengutamakan beliau diatas segala hal didunia ( An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim).
Seperti sahabat nabi Anas bin Malik yang sangat setia melayani Nabi dengan pengabdian yang terbaik sehingga mampu menumbuhkan rasa cinta yang sangat besar kepada Nabi. Dan masih banyak lagi kisah sahabat Nabi yang membuktikan ketulusan dan kesungguhan cinta mereka.
Dengan demikian cinta kepada Nabi harus dibuktikan dengan ketaatan dan perjuangan serta pembelaan terhadap risalah yang beliau bawa yaitu Dinul Islam, sampai akhir hayat, dan kelak akan mengantarkan kita pada jannah-NYA. Sebagaimana sabda beliau, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai” (H.R Muslim).
Maka dari itu, setiap peringatan Maulid Nabi merupakan kesempatan terbaik bagi kita, untuk menyampaikan pada umat, sosok pribadi Rasulullah Saw dan menjadi suri tauladan di segala aspek kehidupan. Dan menghentikan pemahaman meneladani Rasulullah Saw dalam aspek ibadah dan akhlak saja. Karena itu termasuk su’ul adab dan pembangkangan yang nyata terhadap beliau.Wallahu ‘alam Bishowab. [LM/ry].