IndonesiaSale-LenSaMedia

LenSaMediaNews.Com–Delapan puluh tahun sudah negeri ini merdeka. Apakah benar-benar sudah merdeka? Harapannya ketika merdeka dan sudah menginjak delapan dekade, negeri ini mampu memecahkan persoalan satu per satu.

 

Kenyataannya, solusi yang diberikan nihil. Selain itu, negeri yang kaya akan sumber daya alam ini seharusnya mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun kenyataannya tidak demikian. Justru saat ini angka PHK tinggi dan terjadi di berbagai sektor, seperti di industri tekstil, teknologi, dan lainnya.

 

Hal ini berdampak pada penghasilan masyarakat yang terjun bebas, tidak sebanding dengan pengeluaran yang terus menanjak arena harga-harga kian meroket. Ditambah pungutan pajak ugal-ugalan. Mirisnya lagi, utang negara juga terus menggunung setiap tahunnya bahkan bisa dikatakan bayi yang baru lahir pun telah menanggung utang negara.

 

Tak heran, saat ini masyarakat berbondong-bondong menarik tabungannya demi bisa bertahan hidup. Sebagaimana yang tercatat oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), simpanan individu turun 1,09 persen secara tahunan.

 

Dimana tabungan ini mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi demikian secara tidak langsung menjatuhkan masyarakat kelas menengah hingga kecil ke dalam jurang kemiskinan.

 

Ternyata kemerdekaan yang selama ini kita rayakan hanyalah topeng. Negeri ini masih terpenjara dan terjajah. Secara kasat mata, negeri ini sudah bebas dari penjajah tapi mereka masih gentayangan dan menyetir di aspek yang lain seperti politik, ekonomi, dan budaya. Faktanya, masih banyak kebijakan yang ditelurkan menindas rakyat kecil.

 

Begitupan dalam perkara ekonomi. Negeri ini masih terjebak perjanjian dagang dan utang luar negeri. Padahal diketahui, kedua hal tersebut merupakan alat yang digunakan negara maju untuk menyetir negara miskin.

 

Berlimpahnya sumber daya alam di negeri khatulistuwa ini juga tidak dirasakan oleh masyarakat karena dalam pengelolannya pun banyak yang dilakukan oleh asing. Sehingga merekalah yang lebih banya menikmatinya.

 

Selain itu, masyarakat negeri ini yang mayoritas Islam pun masih terbelenggu dengan pemikiran-pemikiran kufur. Potensi generasi muda diaruskan untuk mengokohkan Kapitalisme. Dalam benak mereka, dijejali pemikiran rusak dan merusak agar semakin jauh dari pemikiran Islam seperti deradikalisasi, Islam moderat, dan dialog antar umat beragama. Pemikiran tersebut masih mencengkram di benak masyarakat. Sehingga mereka tidak bisa bebas menghamba pada Penciptanya dan berpikir sahih.

 

Dengan kondisi diatas menunjukan bahwasannya negeri ini belum merdeka karena memang masih terpenjara. Sejatinya merdeka itu berarti kita terlepas dari belenggu kekufuran. Individunya mampu berpikir benar sesuai syariat-Nya.

 

Masyarakatnya memiliki pola pikir dan gaya hidup yang sesuai dengan budaya Islam. Begitupun dari segi negara, ia mampu terlepas dari berbagai penjajahan baik itu fisik, ekonomi, politik, dan budaya. Wallahualam bishawab. Neneng Sri Wahyuningsih ,Bogor. [LM/ry].