Refleksi Akhir Tahun, Adakah Harapan Umat?

20250211_164750

Oleh : Rizki Gusti

 

LenSa MediaNews.Com–2024 yang baru saja berlalu, kita lalui dengan penuh dinamika, pergolakan dan harapan. Di Indonesia tahun 2024 adalah tahun politik yang menjadi panggung besar dan mempengaruhi nasib jutaan rakyat. Namun yang jadi pertanyaan, apakah perubahan tersebut memberi harapan baru bagi umat Islam?

 

Sementara di belahan dunia lain, saudara kita di Palestina, Suriah, Afghanistan, Uyghur,Rohingya masih berjuang mempertahankan keimanan dan memperjuangkan hak-haknya untuk hidup lebih layak. Mereka jadi simbol perjuangan umat muslim yang bisa kita lihat secara nyata.

 

Di bagian negara lain seperti Amerika dan Eropa marak dengan Islamophobia yang akhirnya menuntut kita, umat muslim untuk kembali bersatu dan teguh dalam perjuangan.

 

Namun, dibalik penderitaan ada juga solidaritas antar umat muslim yang makin bertambah dan meningkat, para generasi muda mulai mengambil peran, majelis ilmu dan gelombang hijrah semakin marak. Semangat untuk kembali kepada Islam makin menyala. Namun apakah sudah cukup membawa perubahan?

 

Kalau kita melihat di Tahun 2024, ada fakta-fakta yang menunjukkan bahwa:

1. Gesekan antar umat beragama di tahun ini tidak semarak tahun-tahun sebelumnya, namun penegakan hukum terutama untuk kasus korupsi cenderung rendah.

 

2. Libelarisme makin mendominasi sehingga membuat rakyat makin jauh melanggar syariat Islam. Rezim yang berkuasa mengarahkan muslimah untuk makin jauh dari syariat dengan mengatas namakan empowerment atau pemberdayaan perempuan.

 

3. Angka kemiskinan yang tidak turun signifikan membuat perempuan terseret dalam lingkungan kerja yang eksploitatif, salah satunya dengan mendukung para perempuan untuk menjadi pekerja migran. Perempuan juga di dorong untuk menyumbang kemajuan ekonomi lagi-lagi dengan mengatas namakan pemberdayaan dan perlindungan perempuan, yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam.

 

4. Adanya isu kenaikan ppn 12 persen menyebabkan mulai ada kenaikan harga di berbagai sektor. Kenaikan ppn meskipun katanya untuk barang mewah, namun efeknya bisa ke semua sektor.

 

5. Para pengusaha akan banyak terdampak karena bisa kena pajak berkali-kali (dari pembelian bahan baku, produksi dan distribusi) sehingga terjadi first round effect (dampak awal dari inflasi dimana kenaikan harga barang dan jasa terus menerus dalam jangka waktu tertentu) dan multiplier effect di statement yang negatif.

 

Lalu, sebagai umat muslim apakah yang bisa kita perbuat di Tahun 2025 untuk mewujudkan harapan tegaknya syariat Islam di semua sektor?

 

Cendekiawan Muslim, Ustadz Ismail Yusanto, mengatakan bahwa, “pentingnya dakwah untuk mengembalikan Islam ke dalam diri umat. Sebagai muslim, Keislamannya harus tercermin mulai dari isi kepala, hati, pikiran, perilaku dan harapannya. Islam harus menjadi dasar berpikir dan berperilaku supaya kerahmatan dan keberkahan terwujud.” (UIY Channel, 31-12-2024).

 

Melalui sebuah hadis qudsi, Allah SWT menyatakan, “Jika Aku ditaati, Aku rida. Ketika Aku rida, maka Aku berkahi.”Jadi, dengan taat, Allah SWT akan rida, dan dengan ridha, berkah akan kita bisa raih dan keberkahan dari Allah itu tanpa batas.

 

Poinnya dalah keberkahan lekat dengan ketaatan. Dalam kehidupan tidak mungkin tidak ada aturan yang mengikat, baik aturan individu, masyarakat, dan negara. Lalu, darimanakah aturan yang baik yang harus kita taati? Tentunya dari Allah swt., Pencipta langit dan bumi yang Maha tahu akan segala sesuatu. Untuk mencapai keberkahan tersebut tentunya dibutuhkan konstruksi berpikir yang fundamental yang bisa meneropong lebih mendalam, tidak cukup jika sekadar dari perspektif tekhnik dan politis.

 

Allah SWT. berfirman “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS Al-A’raf:96).

 

Allah SWT. juga berfirman yang artinya,  “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS ar-Rum:41).

 

Kerusakan yang dimaksud bukan hanya dari faktor kerusakan alam, namun juga kerusakan di bidang politk, sosial, budaya, pendidikan dan hukum. Untuk mendapat rahmat Allah swt dan terhindar dari kerusakan, hanya ada satu jalan yaitu kembali kepada tuntunan yang jelas, yaitu Aturan Allah swt.Wallahu a’lam bish showab. [LM/ry].