Teknologi : Mempermudah atau Memperbudak?

Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
LenSaMediaNews.Com–Seorang pemuda berusia 16 tahun bernama Adam Raine dari Negara Bagian California, Amerika Serikat ditengarai mengakhiri hidupnya atas dorongan ChatGPT. Menghadapi kematian tragis putranya, orang tua Adam Raine melayangkan gugatan yang diajukan ke Pengadilan Tinggi California terhadap OpenAI pemilik chatbotAI tersebut.
Dalam gugatan tersebut tertulis bahwa ChatGPT merespon dan mendorong Adam Raine untuk melakukan apapun yang diungkapkannya, termasuk berbagai pikiran yang berbahaya dan membinasakan dirinya. Menurut orang tua Adam Raine, tragedi yang menimpa putranya bukanlah kesalahan sistem atau kasus tak terduga, melainkan merupakan hasil yang dapat diprediksi berdasarkan pilihan desain yang disengaja (cnnindonesia.com, 29-08-2025).
Kapitalisme Melahirkan Teknologi yang Memperbudak
Tragedi tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi. Sejumlah gugatan telah dilayangkan juga beberapa waktu sebelumnya, yang didorong oleh kekhawatiran konsekuensi negatif terasingnya pengguna dari hubungan manusia ketika membangun ikatan emosional dengan chatbotAI.
Miris ketika tragedi terus berulang. Padahal sejatinya teknologi merupakan keniscayaan dalam peradaban manusia, yang ditujukan untuk memperbaiki dan memudahkan kehidupan manusia. Dari rentetan tragedi yang terjadi, kita dapat mengambil pelajaran bahwa nilai manfaat dari teknologi apapun tidak bisa lepas dari paradigma penemu dan penggunanya.
Manakala paradigma dibangun di atas Kapitalisme sekulerisme, teknologi yang diciptakan dapat merusak bahkan membinasakan manusia. Kapitalisme sekulerisme telah memisahkan agama dari kehidupan. Dalam sistem batil ini, orientasi hidup hanya diarahkan untuk mencari kepuasan materi semata.
Sesuai paradigma tersebut, teknologi diciptakan tanpa adanya kendali aturan agama, menjadikan manusia diperbudak hawa nafsu dan teknologi. Selagi suatu teknologi dianggap bisa mendatangkan manfaat, baik berupa uang maupun kepuasan hawa nafsu, maka teknologi tersebut akan terus dikembangkan sebebasnya.
Kapitalisme sekulerisme telah merubah orientasi hidup manusia dari yang seharusnya mengejar rida Allah, justru beralih mencari keuntungan materi dan kepuasan hawa nafsu semata. Standar halal haram tidak dijadikan pertimbangan dalam pengembangan teknologi.
Maka yang terjadi adalah seperti saat ini, maraknya fenomena kerusakan akibat penggunaan teknologi seperti chatbotAI tersebut. Alhasil, tragedi yang terjadi bukanlah semata-mata akibat kesalahan individu pengguna teknologi tersebut. Melainkan akibat sistem kehidupan yang jauh dari tuntunan Allah Ta’ala, yaitu Kapitalisme sekulerisme.
Islam Melahirkan Teknologi yang Mendatangkan Kemaslahatan
Kondisi perkembangan dan pemanfaatan teknologi akan berbeda dalam sistem kehidupan Islam. Karena dalam sistem ini, semua aspek kehidupan dibangun berdasarkan akidah Islam.
Semua amalan dibangun atas dasar keimanan yang melahirkan kesadaran bahwa manusia hanyalah hamba Allah yang sepatutnya taat, tunduk, dan patuh kepada perintah Allah. Konsekuensi dari keimanan bahwa hanya Syariat Allah yang tepat untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Paradigma tersebut akan menjadikan umat Islam berpegang pada syariat Islam untuk menjaga kemuliaan amalan serta hidupnya. Dengan motivasi ruhiyah tersebut, potensi intelektual, pengembangan dan hingga pemanfaatan inovasi teknologi diarahkan untuk kemudahan dan kemaslahatan bagi muslimin, kejayaan Umat Islam dan kelestarian alam semesta karunia Allah Ta’alaa.
Tinta emas sejarah mencatat kemudahan dan kemaslahatan yang terwujud dari pengembangan teknologi serta inovasi oleh para ilmuwan muslim di masa kejayaan Daulah Khilafah Islamiyyah.
Penemuan di bidang astrologi telah memudahkan muslimin menentukan arah kiblat. Penemuan kerangka pesawat oleh Ibnu Firnas memfasilitasi kelancaran mobilitas manusia ke berbagai penjuru dunia. Pembangunan rel kereta api di Jazirah Arab sangat membantu kelancaran muslimin menunaikan ibadah haji.
Semua fakta tersebut membuktikan bahwa pengembangan teknologi dan inovasi dalam naungan negara yang menerapkan syariat Islam secara kafah (menyeluruh) yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah mampu menghantarkan manusia pada level tertingginya, yakni sebagai Hamba Allah yang senantiasa beramal salih untuk agamanya.
Suatu keniscayaan teknologi chatbotAI dalam Daulah Khilafah Islamiyyah tidak mendatangkan kemudharatan seperti yang terjadi dalam Sistem Kapitalis sekuler, karena akan dimanfaatkan semata untuk kemaslahatan umat Islam untuk mewujudkan Rahmatan Lil Aalamin. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/ry].